WomanIndonesia.co.id – Keanekaragaman budaya merupakan salah satu kekayaan Indonesia dalam menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara. Dalam pelestariannya, Indonesia membangun sebuah konstruksi dengan menjadikan sebuah kearifan budaya lokal.
Salah satu budaya yang kini terus meregenerasi adalah wayang kulit. Keunikannya telah menghipnotis masyarakat dan menyimpulkan kebudayaan ini satu bagian pewaris nenek moyang.
Wayang kulit merupakan perpaduan budaya Jawa dan Betawi ratusan abad lalu yang dibawa oleh pasukan Mataram pimpinan Sultan Agung Hanyo Krokusumo saat memerangi tentara Belanda di tanah Babat Betawi kala itu.
Kini, Wayang Kulit Betawi sudah hampir tak terdengar, bahkan bisa dikatakan hampir punah ditelan waktu, dan tersisa hanya sebagian kecil saja jika sejarah kebudayaan wayang kulit betawi ini tak dilestarikan oleh para penggiat kebudayaan dan para sepuh dalang sebagai warisan bangsa.
Seperti halnya wayang kulit Betawi sanggar Alam jaya pimpinan Dalang Alm Kanta yang berlokasi di Rt 011/02, Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar – Kota Jakarta Timur ini. Disanggar budaya inilah Wayang Kulit Betawi masih terus dilestarikan keasliannya dari generasi ke generasi.
Ditemui wartawan di sanggar Alam Jaya, Kong Ceper (90) mengkisahkan perjuangannya dalam menjaga warisan budaya wayang kulit betawi. Ia merupakan salah satu pelaku sejarah budaya yang masih tersisa di sanggar tersebut.
“Budaya kita adalah warisan nenek moyang. Usia saya hampir 1 abad, dan untuk itu sengaja saya hibahkan seluruh alat alat kesenian ini agar dirawat dan digunakan sebaik-baiknya untuk terus dijalankan dari generasi ke generasi,” cerita kong Ceper Senin siang (11/1).
Dengan nada sedih, kong Ceper juga menyebut kawanan group yang selama ini bersamanya telah tiada, hanya dirinya yang masih hidup. “Ane yang merawat alat-alat musik ini sampai detik ini tong, karena yang lainnya sudah meninggal dunia termasuk juga dalangnya,” ujarnya.
Didampingi wartawan dan dalang Subur Marzuki salah seorang putra pimpinan Cang Rawin, Kong Ceper pergi menghibahkan seluruh alat-alat kesenian budaya wayang kulit betawi ke sanggar BeCak (Betawi Cakung). “Ini semua alat kesenian wayang kulit ane hibahkan agar penerus kebudayaan Betawi, khususnya wayang kulit Betawi ini tidak punah,” harap kong Cepet.
Sementara Cang Rusli sebagai orang yang mendapatkan hibah alat-alat kesenian budaya wayang kulit milik kong Ceper sangat terharu dan bangga bisa menjadi perawat sebagai penerus sejarah alat-alat wayang kulit betawi yang hampir punah.
“Semoga ane dan kawan-kawan bisa menjalankan amanah ini, sekaligus dapat mengenalkan kembali budaya betawi wayang kulit ke anak cucu kita nanti agar tetap tidak padam,” kata Rusli.
Terpisah, Melalui Ketua Divisi bidang Budaya dan Pariwisata Forum Wartawan Jakarta (FWJ), Cang Nur menyampaikan apresiasinya kepada para pelaku sejarah kebudayaan Betawi, terlebih untuk Kong Ceper yang kini telah ikhlas menghibahkan alat-alat kesenian wayang kulitnya kepada sahabatnya agar tetap terjaga kelestarian budaya wayang kulit betawi,” papar cang Nur.
Ia juga menghimbau kepada pemerintah, dalam hal ini Dinas Kebudayaan DKI Jakarta agar segera merealisasikan pencanangan pelestarian budaya Betawi dalam segala hal budaya yang ada.
“Kita berharap Pemprov DKi melalui Dinas Kebudayaannya mampu menjadi tangan-tangan emas guna mendukung upaya menghidupkan kembali kebudayaan betawi yang sebagiannya hampir punah. Untuk itu kami Forum Wartawan Jakarta akan selalu siap berkolaburasi guna menjaga kelestarian budaya Betawi yang ada,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News