WomanIndonesia.co.id – Betapa tidak nyaman saat gatal menyerang vagina. Pasti kesal ya. Tapi, tahukah Anda bisa jadi gatal itu karena beragam penyebab, mulai dari sabun yang tidak cocok hingga infeksi menular seksual.
Sebenarnya, vagina yang sehat itu tidak terasa sangat gatal karena vagina dapat membersihkan dirinya, menurut Lektor Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran di University of Alabama, Birmingham, Audra Williams.
“Vagina itu dapat menjaga dirinya. Ada bakteri alami yang menjaga keseimbangan vagina. Jika keseimbangan terganggu dapat berujung vagina sangat gatal dan mengeluarkan cairan lebih banyak,” ujarnya, seperti dilansir laman prevention.
Nah, kalau vagina terasa sangat gatal, ada beberapa kemungkinan penyababnya. Simak ya!
Baca terus womanindonesia.co.id untuk mendapatkan informasi penting bagi kehidupan Anda.
Terserang Infeksi Jamur
Dokter Williams menyebutkan bahwa biasanya perempuan mengalami gatal pada vagina karena infeksi jamur. Setidaknya mayoritas perempuan sekitar 75 persen pernah mengalami infeksi satu jenis jamur.
Selain timbul gatal, gejala infeksi jamur terlihat dengan cairan yang tebal, putih seperti dadih dan Anda mengalami sensasi terbakar ketika buang air kecil.
Lektor Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran di University of Texas San Antonio, Jill Krapf, MD mengatakan bahwa Anda dapat memakai krim untuk mengatasi jamur.
Menderita vaginosis bakteri
“Vaginosis bakteri ini muncul ketika terjadi pertumbuhan bakteri yang berlebihan,” ujar Dr. Williams.
Selain rasa gatal, muncul gejala lain seperti cairan encer berbau amis. Sehingga, Anda mesti periksa ke dokter agar mendapat antibiotik.
“Anda dapat mengasup probiotik atau yogurt untuk membantu kesehatan vagina,” imbuhnya.
Tidak cocok dengan sabun atau celana dalam
Rasa gatal pada vagina juga dapat disebabkan kulit Anda berekasi terhadap alergen atau iritasi yang tidak sesuai dengannya, seperti sabun, losion, perwarna, deterjan, atau pembalut.
“Beberapa perempuan itu sensitif terhadap produk beraroma atau pewarna yang dapat menimbulkan reaksi alergi. Karena alergi ini menyebabkann sejumlah iritasi dan nantinya berimbas menjadi infeksi atau ketidakseimbangan pada bakter vagina Anda,” sebut Dr. Williams.
Ia menyarankan agar Anda menggunakan sabun tidak beraroma Dan bila mengenaikan pakaian dalam, pilihlah berbahan katun 100 persen sehingga vagina dapat bernapas.
Selama berhubungan intim, sambung Dr. Krapf, pilihlah kondom atau kondom non-lateks yang tidak mengandung pelumas agar tidak menimbulkan gatal.
Alami menopause
Menopause yang biasa dialami oleh perempuan paruh baya itu menimbulkan gejala perubahan hormonal.
Menurut dr. Krapf, perubahan hormon itu menimbulkan kekeringan pada vagina dan penipisan kulit yang disebut atrofi vagina.
Untuk mengatasinya, Anda dapat memberikan pelembap vagina dalam bentuk krim dan supositoria. Atau Anda dapat menggunakan minyak kelapa.
Mengalami Infeksi Menular Seksual
Walaupun sangat kecil kemungkinannya, namun dokter kandungan memikirkan bahwa gatal pada vagina disebabkan infeksi menular seksual (IMS). Salah satunya adalah trikomoniasis.
“Trikomoniasis cenderung menyebabkan keputihan yang lebih berat,” jelas Dr. Williams.
Menurut Dr. Krapf, IMS lainnya yang dapat menyebabkan gatal pada vagina, termasuk klamidia, herpes genital, dan kulit kelamin. Sehingga, penting bagi Anda untuk memeriksakan diri ke dokter dan pastikan pasangan Anda menggunakan kondom untuk melindungi diri terhadap IMS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News