Ketua HIMPONI Dr Kemala Rita Wahidi SKp., Sp.Kep Onk., ETN., MARS., FISQua mengatakan, salah satu program dari inisiatif peningkatan kapasitas perawat onkologi di Indonesia adalah melalui Pelatihan Keperawatan Onkologi Dasar.
Pelatihan ini menggunakan kurikulum yang terakreditasi secara nasional, telah ditinjau dan didukung oleh International Society of Nurses in Cancer Care (ISNCC), serta setara dengan kurikulum yang digunakan di Inggris, Australia, dan Hong Kong China.
“Kami yakin,sebagai strategi jangka pendek pelatihan ini dapat menjawab kebutuhan akan perawat onkologi di Indonesia,” imbuhnya.
Pada akhir 2024, ditargetkan ada lima pusat pelatihan di Indonesia dan setidaknya telah melatih 500 perawat dari berbagai rumah sakit di Indonesia. Program ini telah berjalan sejak Agustus 2022 di RS Kanker Dharmais yang telah melatih 75 perawat.
Pada 21 November 2022, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta akan membuka Pusat Pelatihan Keperawatan Onkologi Dasar. Sebagai rumah sakit kedua yang menyelenggarakan program ini, RSUP Dr. Sardjito akan melatih perawat dari berbagai rumah sakit di DI Yogyakarta dan sekitarnya. Program ini ditargetkan akan bekerja sama dengan rumah sakit lain untuk memperluas cakupan peserta.
3. Navigasi Sepanjang Perjalanan Terapi Pasien Kanker
Inisiatif lain yang juga diusung dalam kemitraan ini adalah program Navigator Pasien Kanker (NAPAK), yang menghadirkan peran profesional NAPAK di rumah sakit dan mengintegrasikan ke dalam sistem perawatan sepanjang perjalanan pengobatan pasien untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Program ini hadir untuk menjawab berbagai hambatan yang ditemui pasien seperti antrian panjang, komunikasi yang kurang jelas, waktu tunggu yang lama, administrasi yang kompleks, ketidakpercayaan terhadap kemampuan tenaga kesehatan dan kurangnya empati. Meski peran NAPAK telah diakui di berbagai negara, peran ini belum ada di Indonesia.
Program kemitraan NAPAK memberikan beasiswa pelatihan profesional, pendampingan pelaksanaan NAPAK dalam sistem pelayanan rumah sakit, transfer pengetahuan melalui bantuan teknis untuk mengembangkan kurikulum lokal serta pembentukan pusat pelatihan lokal NAPAK dengan akreditasi nasional.
Dalam kesempatan terpisah, Dr Rajendra Badwe selaku Direktur Tata Memorial Centre (TMC) menjelaskan lebih lanjut terkait konsep NAPAK, Navigator Pasien Kanker akan dibekali dengan pengetahuan mendalam tentang penyakit, nilai ekonomi perawatan, hingga pemahaman efek samping terapi.
“Sehingga, saat Navigator berbicara dengan pasien, mereka dapat berperan sebagai anggota tim dokter, namun saat berbicara dengan dokter, dapat memposisikan diri seperti anggota keluarga pasien,” katanya.
Kini sebanyak 25 tenaga kesehatan profesional (dokter dan perawat) dari 8 rumah sakit di berbagai wilayah Indonesia telah terpilih untuk mengikuti program pelatihan selama satu tahun.
Dengan menggunakan metode pembelajaran blended learning, para peserta akan mendapatkan pelatihan virtual selama dua bulan dan pelatihan langsung di TMC Mumbai selama tiga bulan dan menjalani on-the-job training di rumah sakit masing-masing selama enam bulan dengan pendampingan intens dari TMC.
Di akhir 2024 diharapkan akan ada 25 pelatih dan 50 praktisi NAPAK, 8 unit NAPAK dijalankan di rumah sakit(pemerintah maupun swasta), kurikulum lokal yang terakreditasi, satu pusat pelatihan NAPAK, 1.000 pasien per hari dilayani oleh NAPAK, dan tentunya diharapkan dapat berkontribusi untuk mengurangi jumlah pasien yang berobat ke luar negeri.
Roche Indonesia sangat senang dan bangga dapat bekerjasama dengan para mitra yang tidak hanya memiliki nama besar tetapi juga komitmen yang besar dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia.
“Kami juga mengapresiasi dukungan Pemerintah bagi adopsi dan keberlanjutan program-program kemitraan tersebut. Kami percaya kemitraan ini dapat menjadi cetak biru bagaimana sektor swasta dan publik dapat bertindak aktif dan bekerja sama untuk kepentingan masyarakat Indonesia,” tutup dr. Ait.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News