Menguap bisanya menandakan kalau kita mengantuk dan tubuh butu istirahat, tapi pernahkah Anda tiba-tiba menguap setelah melihat teman Anda menguap?
Womanindonesia.co.id – Setiap orang pastinya menguap hampir setiap hari dan hal ini merupakan normal, wajar dan manusiawi. Tak hanya karena lelah, atau mengantuk, hal ini juga bisa karena beberapa hal lain.
Hal ini terkadang berlangsung singkat atau pendek, tapi terkadang juga bisa terjadi selama beberapa detik sebelum napas terbuka. Menganga juga terkadang bisa terjadi ketika seseorang berbicara tentang menguap atau melihat atau mendengar orang lain (menular). Benarkah? Simak penjelasannya berikut ini:
Penyebab Menguap
1. Pendinginan Otak
Sebuah teori menyebutkan bahwa menguap atau yawn merupakan salah satu upaya alami tubuh untuk mendinginkan otak. Ketika yawn, otot leher, rahang, dan wajah akan meregang, sehingga dapat meningkatkan aliran darah di bagian kepala dan wajah.
Selain itu, ada juga studi yang menyatakan bahwa seseorang akan lebih mudah menguap saat udara dingin daripada ketika udara sedang panas.
Saat mengambil napas dalam ketika yawn, udara dingin akan masuk ke dalam rongga sinus dan hal ini membuat suhu udara dingin tersalurkan ke otak melalui pembuluh darah. Sesampainya di otak, suhu dingin tersebut akan mendinginkan otak.
2. Melihat orang menguap
Berbagai riset mengungkapkan bahwa hal ini bersifat menular. Hal ini diduga berkaitan dengan rasa empati seseorang. Inilah yang membuat mengapa Anda mudah menguap ketika melihat orang di sekitar menguap, terlebih orang yang dikenal atau dekat dengan Anda.
3. Merasa bosan
Pernahkah Anda merasa bosan, kemudian tanpa disadari Anda menguap? Jika pernah, hal tersebut sebenarnya wajar terjadi. Aktivitas ini memang bisa disebabkan oleh rasa bosan. Jadi, jika Anda melihat dua orang yang sedang berkomunikasi kemudian salah satunya sering kali menguap, bisa jadi orang tersebut merasa bosan selama sesi perbincangan.
4. Memiliki penyakit tertentu
Terlalu sering menguap, terutama yang dilakukan tanpa rasa lelah atau mengantuk, bisa jadi tanda adanya penyakit tertentu, seperti:
- Anemia atau kurang darah
- Sinkop vasovagal atau kondisi akibat refleks saraf berlebihan di dalam tubuh yang membuat seseorang mudah pusing dan pingsan
- Sleep apnea
- Sindrom kelelahan kronis
- Kelainan tiroid
- Narkolepsi
- Gangguan otak, seperti seperti tumor otak, stroke, atau epilepsi
- Penyakit kronis, seperti multiple sclerosis, diabetes, dan gagal hati
- Untuk memastikan apakah keluhan sering mengantuk memang disebabkan oleh penyakit tertentu atau tidak, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter.
Untuk menentukan penyebab sering mengantuk yang Anda alami, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti tes darah, CT scan atau MRI otak, elektroensefalogram (EEG), dan sleep study.
Menguap adalah aktivitas yang wajar terjadi, terutama jika Anda sedang merasa lelah, bosan, atau melihat orang lain menguap.
Namun, jika Anda sering menguap dan tidak disertai rasa kantuk, terlebih bila sudah timbul keluhan lain, seperti sulit berkonsentrasi dan pusing, juga bila keluhan ini sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Bagaimana Menguap Bisa Menular?
Mengutip informasi dari laman Healthdigest, menguap merupakan perilaku manusia yang paling menular. Kejadian menganga yang menular ini lebih dikenal dengan istilah contagious yawning.
Robert R. Province, seorang ahli saraf meyakini bahwa mungkin saja seseorang dapat langsung yawn saat membaca sesuatu tentang ini.
Province mengatakan, contagious yawning tidak hanya menular dengan melihatnya, tetapi bisa juga dengan membaca atau mendengarnya. Fakta lain juga mengungkapkan bahwa hal ini bisa menular karena kepekaan persepsi.
Dilansir dari laman Bigthink, para peneliti di Tohoku University, Jepang mengungkapkan bahwa menganga yang menular disebabkan karena kepekaan persepsi daripada empati. Maksud dari kepekaan persepsi adalah kepekaan pancaindra dalam memproses sesuatu.
Oleh karena itu para peneliti beranggapan bahwa contagious yawning tidak ada hubungannya dengan empati atau kedekatan emosi dengan seseorang yang mengalami ni.
Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa kecenderungan untuk mengulang contagious yawning secara bawaan disebabkan oleh refleks primitif dari bagian otak yang bertanggung jawab atas fungsi motorik.
James Giordano, seorang ahli saraf, percaya bahwa perilaku tersebut dapat dikaitkan dengan neuron cermin di otak. Ia menyatakan bahwa yang terlibat di dalam neuron ini mencocokkan dengan yang Anda rasakan dan cara Anda bergerak.
Giordano juga mengatakan bahwa pencerminan sosial ini terkait dengan perilaku lain seperti menyilangkan kaki dan tertawa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News