Womanindonesia.co.id – Di tengah-tengah Pandemi COVID-19 Sekarang ini, Pemerintah mengharuskan Seluruh kalangan masyarakat Indonesia untuk melakukan vaksinasi. Namun, bagi masyarakat sebelum melakukan vaksinasi COVID-19, ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan, seperti siapa saja yang tidak boleh melakukan vaksinasi.
Nah, simak penjelasan berikut ini, mengenai siapa saja yang tidak boleh melakukan vaksinasi dilansir dari laman homecare24:
Anak-Anak atau di bawah 18 tahun
Vaksin Covid 19 hanya boleh diberikan kepada mereka yang usia remaja, dewasa dan orang tua, yaitu yang berusia 18 tahun ke atas. Seperti vaksin Sinovac dan Moderna hanya boleh digunakan mulai usia 18 tahun ke atas. Pfizer boleh digunakan di usia 16 ke atas.
Alasan kenapa vaksin Covid-19 tidak boleh diberikan kepada yang berusia di bawah 18 tahun, karena hingga saat ini belum ada pengujian klinis yang dilakukan pada anak-anak atau yang di bawah 18 tahun. Namun saat ini para peneliti terus melakukan penelitian dan dan pengujian vaksin Covid-19 hingga bisa digunakan oleh anak-anak, balita, maupun bayi sekalipun. Dan tentunya pengujian ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, diperkirakan hasil pengujian baru terlihat di pertengahan tahun 2021.
Terkonfirmasi atau penyintas Covid-19
Wakil Menteri Kesehatan dr Dante Saksono Harbuwono menjelaskan mereka yang terkonfirmasi atau sudah sembuh dari Covid 19 tidak boleh vaksin Covid 19. Menurutnya alasannya karena mereka yang terpapar atau sudah sembuh Covid 19, tubuh pasien tersebut sudah membentuk antibodi alami untuk melawan infeksi virus Corona. Antibodi tersebut bisa menjadi kekebalan atau imunitas terhadap Covid-19, jadi tidak perlu lagi diberi vaksin. Lebih lanjut dia menjelaskan meskipun antibodi tersebut bisa turun, namun saat ini vaksinasi diprioritaskan bagi yang belum terkena.
Yang kontak erat atau suspek Covid-19
Bagi yang memiliki riwayat kontak erat dengan orang yang positif Covid 19, serta mereka yang dalam kondisi suspek Covid 19, sebaiknya tidak boleh vaksin Covid 19 terlebih dahulu. Alasannya karena dikhawatirkan mereka juga ternyata sudah positif Covid 19. Jadi sebaiknya pastikan dulu dengan melakukan tes PCR Covid 19.
Ibu hamil dan menyusui
Ibu hamil dan yang sedang menyusui juga tidak boleh vaksin Covid 19. Alasannya, menurut Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari Brawijaya Hospital Antasari, Dinda Derdameisya, SpOG seperti dilansir dari Kompas.com, karena uji klinis vaksin Covid 19, khususnya Sinovac, terhadap ibu hamil dan menyusui belum banyak. “Berbeda dengan vaksin Pfizer dan Moderna yang sudah ada studi klinis fase satu, dua, dan tiga tiga untuk ibu hamil dan menyusui.” Ujarnya. Lebih lajut dia menambahkan sebenarnya Ibu hamil dan menyusui bukannya tidak boleh diberikan, tapi diutamakan yang tidak hamil dan menyusui terlebih dahulu.
Tekanan darah Tinggi atau Hipertensi
Mereka yang memiliki tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg atau biasa disebut hipertensi juga tidak boleh vaksin Covid 19. Alasannya, menurut ahli patologi klinis Tonang Dwi Ardyanto, karena atas dasar prinsip kehati-hatian, karena belum ada data studi yang banyak mengenai vaksin Covid untuk penderita hipertensi. “Tidak berarti bahwa kalau diberi vaksin pasti sakit atau pasti masalah. Sebaliknya kalau mengatakan pasti aman juga tidak. Karena memang belum ada datanya, maka hati-hati dulu,” jelasnya.
Mengalami gejala efek samping
Seperti alergi, sesak napas, bengkak, dan kemerahan setelah divaksinasi Covid-19 sebelumnya, ini berlaku untuk pemberian vaksinasi kedua. Mereka berisiko akan alergi berat jika mendapatkan vaksin kedua.
Yang mendapatkan imunisasi jenis lain.
Yang mendapatkan imunisasi jenis lain yaitu imunisasi yang dilakukan 1 bulan sebelum dan sesudah mendapatkan vaksin corona.
Mengalami gejala ISPA
ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) seperti pilek, batuk, sesak napas dalam 7 hari terakhir. Mereka yang mengalami penyakit ini, sistem imun tubuhnya sedang aktif, sehingga menyulitkan pemantauan kejadian ikutan pasca imunisasi.
Sedang mengalami demam
Baik itu demam ringan maupun berat, Alasannya sama dengan mereka yang mengalami gejala ISPA.
Mengidap Penyakit jantung (gagal jantung/penyakit jantung koroner)
Kondisi in dikhawatirkan bisa memunculkan respon imun berbeda terhadap vaksin dan meningkatkan risiko efek samping setelah divaksin. Pengaruh vaksin terhadap penderita penyakit jantung juga bisa memunculkan respon antibodi lemah yang berujung pada kegagalan vaksin.
Mengidap penyakit ginjal (gagal ginjal kronik, sindroma nefrotik).
Sebenarnya kondisi ini masih tergantung stadium penurunan fungsi ginjalnya, karena itu juga berakibat bisa menurunkan respon vaksin.
Mengidap penyakit Autoimun.
Orang yang sedang sakit autoimun dikhawatirkan akan gagal untuk membentuk antibodi.
Mengidap penyakit kelainan darah
Penyakit kelainan darah (leukimia, limfoma, myelodysplastic). Mereka yang mengalami penyakit ini dan melakukan kemoterapi bisa menyebabkan kegagalan vaksin. Apalagi hingga saat ini belum ada data keamanan yang meyakinkan.
Mengidap penyakit kanker
Mengidap penyakit kanker dan penyakit parah lainnya kelainan darah, imunokompromais atau defisiensi imun, dan penerima produk darah atau transfuse. Alasannya sama dengan mereka yang juga harus menjalani kemoterapi.
Mengidap penyakit diabetes mellitus
Bila penyakit yang diderita ini tidak terkendali, bisa menyebabkan kegagalan vaksin. Penderita diabetes melitus boleh diberikan vaksin bila kondisi terkontrol (HbA1c <7,5%).
Mengidap penyakit saluran pencernaan kronis
Kondisi sama dikhawatirkannya dengan mereka yang menderita penyakit autoimun, yaitu dikhawatirkan pembentukan antibodi akan gagal.
Gangguan psikosomatis
Sebaiknya mereka yang mengalami kondisi ini harus diperbaiki terlebih dahulu kondisi stresnya. Ini karena berpotensi akan mengalami pingsan setelah disuntik.
Mengidap HIV (human immunodeficiency virus)
Sebenarnya masih bisa menerma vaksin bila hitung CD4>200.
Mengidap penyakit paru obstruktif kronis
Ini bisa berisiko kegagalan vaksin, yaitu tidak bisa membentuk antibodi.
Penderita asma atau infeksi tuberculosis (TBC)
Bagi penderita penyakit ini vaksinasi perlu ditunda sampai asma terkendali dengan baik. Penderita TBC boleh vaksin setelah lebih dari 3 Minggu mendapatkan obat TBC.
Pendonor darah
Mereka yang mendonorkan darahnya tetap boleh divaksin. Tapi sebaiknya menjadi donor lagi setelah 6-8 minggu sesudah vaksin (saat liter antibodi sudah tinggi dan ada sel memori)
Jadi bagi kelompok yang tidak atau belum boleh vaksin Covid 19, sebaiknya tetap menjaga protokol kesehatan secara ketat agar jangan sampai terpapar Covid 19. Hal ini sebenarnya juga berlaku bagi mereka yang sudah menerima vaksin Covid 19, tetap harus menjaga protokol kesehatan 5M (Memakai masker, Menjaga jarak, Mencuci tangan, Mengindari kerumunan, Mengurangi mobilitas).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News