Womanindonesia.co.id – Sarung bukan sekadar kain yang dililitkan di pinggang, tetapi merupakan bagian tak terpisahkan dari tradisi busana dan kultural di Indonesia. Keberadaannya telah mengakar sejak lama, terjalin erat dari adat istiadat di hingga agama di berbagai daerah di Indonesia.
Sarung tidak hanya dianggap sebagai pilihan utama bagi kaum laki-laki untuk sholat tetapi juga sebagai elemen penting dalam menghubungkan budaya masa lalu dengan kehidupan modern Indonesia.
Lebih menarik lagi, ragam budaya Indonesia terlihat dari ragam sarung khasnya yang memiliki corak tersendiri di masing-masing daerah dari Sabang sampai Merauke. Salah satu yang menarik perhatian ialah sarung buatan Batik Paduka asal Pekalongan, Jawa Tengah. Memiliki keunggulan dengan menggunakan kualitas kain sarungnya yang nyaman dipakai dan tidak licin serta didukung desain yang menarik, banyak masyarakat lokal yang akhirnya jatuh hati pada produknya.
Tidak berhenti di situ, Ardi Sanjaya selaku owner Batik Paduka, bertekad untuk mengenalkan visibilitas produknya kepada masyarakat di luar Pekalongan sehingga untuk memperluas pelanggannya baik dari segi bisnis maupun dari segi promosi batik sebagai budaya lokal. Di situlah, Batik Paduka melihat TikTok sebagai platform yang dapat membantu untuk mewujudkannya.
“Benar saja, setelah membuka bisnis di TikTok, kami berhasil mendapatkan lebih dari 1000 pesanan dalam waktu singkat. Saya ingat betul itu sehabis sholat Jumat di minggu awal kami baru memiliki akun TikTok. Melalui platform ini, kami juga dapat menjangkau pasar yang lebih luas dengan target audiens yang sesuai, dan juga memiliki kesempatan yang sama dengan produk-produk lokal lainnya untuk dilihat dan dibeli oleh pengguna TikTok yang besar. Berkat TikTok pula, kami juga bisa menawarkan mata pencaharian untuk masyarakat,” jelas Ardi Sanjaya, owner Batik Paduka.
Pencapaian lainnya ialah saat kampanye puncak Ramadan tahun 2023, Batik Paduka berhasil mencapai penjualan 250 juta hanya dalam waktu 3 jam live di TikTok. Ardi menambahkan hal ini tentunya tidak lepas dari dukungan TikTok yang membantu para penjual untuk memasarkan produknya, seperti potongan harga penjualan dan juga pelatihan strategi pemasaran.
“Jadi waktu mengalami pasang surut berjualan di TikTok, kami akan berkonsultasi dengan pihak TikTok, kira-kira evaluasi seperti apa yang perlu kami lakukan, konten video yang bagaimana yang dapat menarik lebih banyak audiens, sehingga hal ini dapat terus mendorong kami untuk terus berkembang menjalankan usaha kami di TikTok,” tambah Ardi.
Batik Paduka telah aktif terlibat dalam kegiatan komunitas dan workshop yang diselenggarakan oleh TikTok. Pada bulan Januari yang lalu, Ardi berkesempatan menjadi pembicara dalam acara #MelokaldenganBatik di Solo, Jawa Tengah. “Kami berharap dapat berbagi pengalaman kami dengan para UMKM di seluruh Indonesia dan TikTok membantu untuk mewadahinya melalui kegiatan tersebut.
Dengan Ramadan yang semakin dekat pula, kami juga akan memanfaatkan momen ini untuk lebih intensif dan gencar dalam menghadirkan konten, live, dan promosi yang menarik, sehingga masyarakat muslim dapat merasakan produk lokal kami atau memilih Batik Paduka sebagai hadiah pilihan di momen Idul Fitri nanti,” tutup Ardi.
Melalui Shop | Tokopedia, Batik Paduka mengalami peningkatan penjualan lebih dari 20% dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan ini didukung kuat oleh pertumbuhan mereka dalam program afiliasi yang dibangun, serta bantuan dari banyak pihak yang mempromosikan produk mereka, termasuk kreator TikTok dan influencer Tya Ariestya dan Inemjogja.
Kisah Batik Paduka dan peran aktifnya dalam komunitas digital menawarkan inspirasi bagi banyak usaha kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia untuk mengadaptasi dan berinovasi dalam era digital. Dengan memanfaatkan platform seperti TikTok, Batik Paduka tidak hanya berhasil mempertahankan esensi budaya melalui produk sarungnya tetapi juga membuktikan bahwa tradisi dapat berjalan seiring dengan kemajuan teknologi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News