Womanindonesia.co.id – Ratusan pelajar dikabarkan telah hamil di luar nikah. Para pelajar yang masih berusia dini tersebut berasal dari berbagai daerah antara lain Ponorogo, Kediri, Sumedang dan lainnya.
Kasus ratusan pelajar hamil di luar nikah tersebut membuat proses pendidikan anak tersebut terganggu hingga harus berurusan dengan kondisi serta keadaan yang seharusnya belum mereka rasakan di usianya yang masih terlalu dini.
Namun tak hanya itu, hamil di luar nikah dengan usia yang masih muda itu memiliki bahaya dan dampak yang bisa dirasakan oleh para pelajar.
Dengan adanya kabar pelajar hamil di luar nikah tersebut, Pengadilan Agama Kabupaten Ponorogo pun angkat bicara dengan mengungkap adanya pengajuan dispensasi menikah, lantaran pelajar tersebut sudah terlebih dahulu hamil.
Dikutip dari akun Instagram @medsoskediri, pelajar di bawah umur itu hamil saat berhubungan seks dengan temannya. Mereka berhubungan seks sebagai suami istri di hotel turis dan bahkan di rumah ketika orang tua mereka pergi bekerja.
“Pada minggu pertama Januari 2023, tujuh siswi SMA sudah hamil bahkan ada yang melahirkan. Terungkap ketika seorang mahasiswi hamil mengajukan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Ponorogo,” tulis akun Instagram @medsoskediri, Kamis (1/12/2023).
Banyaknya anak di bawah umur di Kabupaten Ponorogo yang dipaksa menikah karena hamil di usia dini memang memprihatinkan. Peran orang tua dalam membesarkan anak juga dipertanyakan.
Kasus ini menjadi pelajaran dan imbauan penting bagi orang tua untuk memantau interaksi sosial anaknya. Selain itu, orang tua dianjurkan untuk menanamkan nilai-nilai agama agar anaknya tidak terjerumus pada maksiat.
Risiko hamil di usia remaja
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, baik secara fisik maupun spiritual dan intelektual. Remaja cenderung sangat ingin tahu dan mengambil risiko dalam apa yang mereka lakukan tanpa memikirkannya terlebih dahulu.
Jika keputusan dalam menghadapi konflik tidak tepat, maka akan mengakibatkan perilaku berisiko dan dapat menimbulkan akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial. Berikut risiko hamil di usia remaja:
1 Kesehatan
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial yang utuh, yang tidak eksklusif bebas dari penyakit pada sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. Kehamilan remaja berdampak negatif terhadap kesehatan remaja dan bayinya, juga dapat berdampak sosial dan ekonomi.
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 20 tahun memiliki risiko lebih tinggi tertular human papillomavirus (HPV), penyebab kanker serviks.
Selain itu, mereka yang sering berhubungan seks di usia remaja juga rentan terhadap penyakit menular seksual seperti sifilis yang dapat menyebabkan kebutaan pada bayi atau kematian ibu dan janin.
2 Bayi lahir prematur
Kehamilan di usia muda atau remaja membawa risiko kelahiran prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan perdarahan pascapersalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi. Kehamilan remaja juga dikaitkan dengan kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang berbahaya.
3 Angka kematian tinggi
Persalinan pada ibu di bawah usia 20 tahun telah berkontribusi terhadap peningkatan kematian neonatal, bayi dan balita. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa ibu di bawah usia 20 tahun memiliki angka kematian neonatal, postnatal, bayi dan anak yang lebih tinggi dibandingkan ibu usia 20-39.
4 Kesuburan
Perkawinan di usia muda berisiko karena kesehatan, mental, emosional, pendidikan, sosial ekonomi, dan kesiapan reproduksi yang tidak memadai. Kematangan juga berhubungan dengan kontrasepsi, karena lamanya masa subur wanita berhubungan dengan jumlah anak yang dilahirkan.
Hal ini dikarenakan ketidaktahuan generasi muda tentang kesehatan reproduksi. Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih kurang, terlihat hanya 35,3% remaja putri usia 15-19 tahun dan 31,2% pria yang mengetahui bahwa wanita dengan kesehatan reproduksi dapat hamil melalui hubungan seks tunggal.
Hubungan seks bebas juga dapat menyebabkan HIV, yang dapat menyebabkan masalah pada bayi jika tidak diketahui sejak awal kehamilan.
Demikian pula, remaja mengalami lebih sedikit gejala PMS. Kaum muda memperoleh informasi yang relatif lebih banyak tentang HIV, meskipun hanya 9,9 persen remaja putri dan 10,6 persen remaja putra yang memiliki informasi komprehensif tentang HIV AIDS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News