Pelaksanaan puasa Ramadhan di berbagai negara berbeda-beda, terlebih lagi di negara minoritas muslim.
Womanindonesia.co.id – Hampir seperempat penduduk bumi adalah muslim tersebar di berbagai negara. Di beberapa negara mereka adalah mayoritas, dan di bagian lain dunia sebagai minoritas. Namun, bagi umat Islam yang taat, ini tidak akan mengurangi keimanan mereka kepada Allah SWT.
Beruntung bagi kita yang tinggal di Indonesia yang merupakan salah satu negara muslim terbesar di dunia. Menurut data World Population Review, jumlah umat Islam di negara itu pada tahun 2020 akan mencapai 229 juta orang atau 87,2 persen dari total penduduk 273,5 juta.
Itulah mengapa di negeri kita tercinta ini nuansa puasa Ramadhan begitu kental. Dan bukan tidak mungkin puasa menjadi lebih mudah karena kebanyakan orang berpuasa dan tidak ada godaan untuk melihat makanan atau minuman. Tapi bagaimana dengan muslim yang tinggal di negara-negara di mana muslim adalah minoritas?
Pelaksanaan Puasa Ramadhan di 5 Negara Minoritas Muslim
1. Rusia
Di Rusia, misalnya. Populasi Muslim di negara itu diketahui hanya sekitar 25 juta dari sekitar 146 juta orang. Tidak seperti di Indonesia, umat Islam di Rusia menjalankan puasa 20-22 jam, yang menjadikannya salah satu jam puasa terlama di dunia.
Muslim di Rusia menjalani kehidupan sehari-hari mereka tanpa mengubah jam kerja atau hari libur, tidak seperti di banyak negara Muslim. Karena Rusia adalah negara besar, setiap kota memiliki kebiasaan dan tradisinya sendiri yang membedakannya dari yang lain. Selama bulan tersebut, hubungan antar umat Islam berkembang dan orang-orang saling mengundang untuk berbuka puasa atau sahur bersama, terutama dengan keluarga mereka.
2. Filipina
Sama halnya dengan Rusia, di Filipina, jumlah pemeluk Islam juga tergolong minor. Meski didominasi oleh umat Katolik, komunitas Muslim hampir selalu hadir di setiap kota besar.
Tinggal di negara mayoritas non-Muslim, merupakan berkah besar memiliki komunitas Muslim yang membantu sesama Muslim. Kegiatan keislaman lainnya juga tersedia, seperti ceramah, program buka puasa dan kerelawanan. Namun ada sebuah kota yaitu Marawi, Kota yang merupakan satu-satunya kota Islam di Filipina.
Sama seperti di Indonesia, ada stand bazar yang menjual menu makanan untuk berbuka puasa. Umat Islam juga lebih sering berkumpul di masjid dari biasanya, karena ingin membaca Alquran.
Selain itu, ada juga tugu peringatan ‘Duyog Ramadhan’. Mengutip UCA News, Duyog Ramadan merupakan kegiatan tahunan yang dimulai sejak 1979 yang bertujuan untuk mengajak keluarga Kristen “menemani” umat Islam dalam berpuasa, berdoa, dan melayani orang miskin.
Namun, dalam tiga tahun terakhir, masyarakat Marawi berusaha bangkit kembali setelah Idul Fitri 2017 di Kota Marawi dirayakan di tengah baku tembak antara kelompok teroris lokal dan aparat keamanan pemerintah. Konflik ini mengakibatkan kehancuran kota dan menelantarkan sedikitnya 400.000 penduduk Muslim dan Kristen.
3. Brazil
Karena kehadiran kuat komunitas Arab yang diperkirakan berjumlah 12 juta orang, umat Islam di Brasil dimanjakan dengan pilihan makanan khas untuk berbuka puasa. Di Brasilia, produk masakan oriental, kurma dan rempah-rempah di supermarket dan toko khusus sering mengalami penjualan ganda selama Ramadhan.
Mengutip ANBA, Ramadhan lebih terasa di Brasil jika Anda memiliki kenalan Muslim dan tinggal di dekat masjid. Di sana, ada kalender besar yang menunjukkan waktu sholat berjamaah, perayaan, jadwal kuliah dan bahkan makan malam untuk berbuka puasa. Di rumah-rumah Muslim, cenderung ada pertemuan besar keluarga dan teman, dengan sedikit pilihan makanan, untuk makan bersama setelah jam kerja tanpa makan atau minum.
4. Vietnam
Sementara Vietnam, memiliki lebih dari 80.000 pengikut Islam. 85 persen dari mereka adalah Cham yang tinggal di provinsi selatan. Mengutip LIPI, Muslim Champa merupakan dua pertiga dari total jumlah Muslim di Vietnam, sepertiga sisanya adalah Muslim pendatang dari berbagai negara seperti Arab, Pakistan, India, Malaysia, Indonesia, dan lain-lain.
Tradisi Ramadhan di Vietnam juga tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Sebelum bulan puasa, masyarakat Cham berkumpul di rumah warga atau masjid untuk menyiapkan makanan halal seperti kue dan daging sapi untuk disantap saat berbuka puasa. Mereka benar-benar menghindari minuman beralkohol. Beberapa pekerja bahkan mengambil cuti kerja untuk berkumpul bersama keluarga dan fokus beribadah.
5. Cina
Di Beijing, ibu kota Cina, umat Islam sering berkumpul di Masjid Niujie, masjid terbesar dan tertua di Beijing, untuk merayakan awal Ramadhan. Mengutip SCMP, selama bulan puasa, jemaah Muslim berkumpul untuk sholat, berkumpul untuk berbuka puasa, dan bertukar kunjungan.
Pada puncaknya, lebih dari 1.000 Muslim menghadiri Masjid Niujie. Masjid Niujie adalah yang terbesar dan tertua di Beijing dan didirikan oleh seorang sarjana Arab pada tahun 966 M. Sementara para pria mendengarkan pendeta berkhotbah di aula utama, semua wanita berkumpul di aula yang lebih kecil, di mana sebuah pengeras suara menyampaikan kata-kata pendeta kepada mereka secara bersamaan.
Mereka menikmati lingkungan yang santai di Beijing selama bulan Ramadhan. Wisatawan diizinkan untuk menghadiri acara selama Ramadhan. Meskipun komunitas Muslim adalah kelompok minoritas di Cina, Islam telah dipraktikkan di negara itu selama sekitar 1.400 tahun.
Itulah pelaksanaan puasa Ramadhan di lima negara minoritas muslim. Semoga bermanfaat!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News