Womanindonesia.co.id – Perayaan Hari Kartini tahun ini tak sekadar mengenang sejarah, tetapi menjadi momentum bagi perempuan muda untuk menafsirkan kembali semangat emansipasi dalam karya nyata.
Melalui acara bertajuk “Perempuan Berkarya: Lintas Generasi dan Budaya”, perempuan dari berbagai latar belakang hadir menunjukkan bahwa warisan Kartini kini hidup dalam inovasi, kreativitas, dan kolaborasi lintas generasi.
Bertempat di Warung Turki, Jakarta, Sabtu (26/4/2025), acara ini menjadi panggung bagi perempuan muda seperti Cahaya Manthovani, Karina Alya Manthovani, dan Nadira Parsa Manthovani (Nara) untuk berkontribusi lewat kreativitas mereka masing-masing.
Mereka bergandengan tangan dengan sosok-sosok perempuan inspiratif, seperti Maya Miranda Ambarsari, Yanti Subianto, dan Liesna Subianto, dalam menghadirkan karya yang tidak hanya estetik, tetapi juga penuh makna sosial.
“Ini tentang bagaimana generasi muda meretas batas tradisi. Mereka tidak melupakan akar budaya, tetapi membawanya ke ranah baru yang lebih relevan dan membumi,” ujar Maya Miranda Ambarsari, womenpreneur dan pendiri Rumah Belajar Miranda dalam keterangan tertulisnya, Senin (28/4).
Semangat pembaruan ini terlihat jelas dalam peragaan busana kolaboratif antara desainer Liesna Subianto dan ilustrator muda Nara. Dengan mengangkat karakter perempuan dari tujuh budaya Indonesia dalam patchwork ilustratif yang diaplikasikan pada kebaya modern, mereka membuktikan bahwa tradisi bisa bertransformasi menjadi karya yang segar dan dinamis.
“Aku ingin generasi muda merasa bangga terhadap budayanya. Lewat ilustrasi ini, aku berusaha membangkitkan rasa cinta itu,” kata Nara yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk tiap karyanya.
Karya-karya tersebut kemudian dihidupkan dalam koleksi kebaya modern yang mempertemukan teknik tradisional seperti batik dan tenun dengan ilustrasi tangan akrilik berwarna-warni. Tujuh tampilan busana yang ditampilkan bukan hanya menonjolkan keindahan visual, tetapi juga mengangkat keberagaman budaya Indonesia dalam wujud kekinian.
Selain fashion show, acara ini juga menyoroti peran perempuan muda dalam dunia sosial dan kewirausahaan. Cahaya Manthovani, sociopreneur muda yang juga Ketua Harian Yayasan Inklusi Pelita Bangsa, mendorong generasi muda untuk menjadikan kreativitas sebagai medium kontribusi sosial.
“Kreativitas bukan sekadar ekspresi diri. Ia adalah bentuk kepedulian kita untuk membuat perubahan positif bagi bangsa,” ujar Cahaya penuh semangat.
Di sisi lain, kehadiran komunitas Srikandi Mixed Marriages yang dipimpin Ani Natalia menambah lapisan makna pada acara ini. Menurutnya, perayaan Hari Kartini kali ini bukan sekadar seremoni, melainkan perwujudan nyata perempuan yang berkarya, berkolaborasi, dan berbagi lintas budaya dan generasi.
“Semangat Kartini hari ini adalah tentang membangun masyarakat yang inklusif. Kita semua bagian dari perjuangan itu,” tutur Ani Natalia.
Tak hanya menjadi tempat bertemunya ide dan karya, Warung Turki lokasi acarajuga menjadi simbol kolaborasi lintas batas negara, memperkuat pesan bahwa perjuangan perempuan masa kini adalah perjuangan global.
“Di Warung Turki ini, kita menunjukkan bahwa budaya dan kreativitas bisa menyatu dalam harmoni,” ungkap Yanti Subianto, pemilik Warung Turki.
Dalam acara ini, Karina Alya Manthovani turut tampil sebagai muse di peragaan busana, membawakan koleksi kebaya modern dengan penuh percaya diri. Menurut Karina, ajang ini menjadi refleksi bahwa perempuan Indonesia kini semakin bebas mengekspresikan dirinya, lebih terbuka terhadap dunia, namun tetap mengakar pada budaya sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News