WomanIndonesia.co.id – Menyambut Hari Apoteker Sedunia (World Pharmacist Day/WPD) yang diperingati setiap tanggal 25 September, PT Hexpharm Jaya menggelar diskusi media bertajuk Optimalisasi Peran Apoteker untuk Menjamin Pengobatan Rasional dan Cost-Effective di Jakarta.
Dengan tema peringatan tahun ini Safe and Effective Medicine for All, ditekankan bahwa pengobatan yang aman dan efektif adalah suatu keharusan.
Berangkat dari tema tersebut, muncul satu pertanyaan baru yakni bagaimana optimalisasi peran apoteker dalam mengedukasi masyarakat akan kualitas obat, serta penggunaan obat yang aman, rasional, dan efektif?
Dra. R. Dettie Yuliati, Apt. Msi, Wakil Sekretaris Ikatan Apoteker Indonesia
(IAI) mengungkapkan menyambut WPD, IAI akan melakukan kegiatan: sosialisasi WPD dan informasi yang bertajuk (DaGaSiBu) yaitu: (1) Dapat: mendapatkan obat di tempat yang resmi, (2) Guna: gunakan obat dengan benar sesuai jenisnya, (3) Simpan: bagaimana menyimpan obat di rumah, dan (4) Buang: membuang sisa obat dan kemasannya dengan aman.
“Ada obat yang harus habis, misalnya antibiotik. Tanyakan ke dokter apakah dalam resep ada antibiotik,” kata Dettie di Jakarta baru-baru ini.
Antibiotik harus dikonsumsi sampai habis. Tidak boleh ada sisa antibiotik, karena akan memicu resistensi. Selain itu, kata Dettie Antibiotik juga tidak boleh dibeli tanpa resep dokter, apapun jenisnya.
Kemudian Dettie menjelaskan cara penyimpanan obat yang benar. Obat yang boleh disimpan misalnya penurun demam, dan obat batuk. “Asal perhatikan suhu dan tempat penyimpanannya, agar obat tidak rusak,” imbuhnya.
Obat Generik Vs Obat Paten
Masyarakat awam masih sulit membedakan obat paten dan obat generik. Bahkan masih banyak stigma di masyarakat bahwa obat generik merupakan obat murah dan kurang berkualitas.
“Ada salah kaprah, minum obat generik paten lebih cepat sembuh karena lebih ampuh. Obat generik adalah nama zat aktif obat. Begitu sebuah farmasi menemukan zat aktif baru untuk suatu penyakit, obat tersebut akan dipatenkan. Hak paten ini berlangsung selama 15-20 tahun. Setelah itu, perusahaan farmasi lain bisa membuat obat generik berdasarkan zat aktif tersebut,” jelasnya Dettie.
Ia menuturkan bahwa kegunaan, fungsi, dan khasiat obat generik sama dengan obat paten, yang berbeda hanya “bajunya”. Dan, masyarakat berhak meminta obat generik kepada pihak apotek.
Beban BPJS
Dr. Nurifansyah, Asisten Deputi Bidang Pembiayaan Manfaat Kesehatan Primer BPJS menjelaskan, peserta BPJS yang telah terdaftar kini sudah mencapai 230 juta otang. Salah satu permasalahan mendasar adalah bagaimana memenuhi kebutuhan masyarakat untuk bisa mengakses pelayanan kesehatan.
“Obat termasuk proporsi yang cukup besar dalam pelayanan JKN. Sekitar 30-40% pederta yang membutuhkan pelayanan kesehatan, pulang membawa obat,” ujarnya.
Tahun 2000-an, terjadi tren di mana pengidap penyakit kronis meningkat, membuat kebutuhan akan obat pun meningkat, terutama obat-obatan untuk penyakit kronis. Dari 230 peserta JKN, 11 juta merupakan penderita hipertensi, dan 9 juta penderita diabetes melitus (DM).
“Dua penyakit ini merupakan nenek moyang utama penyakit katastropik di Indonesia, yang membutuhkan biaya pengobatan yang mahal bila sudah terjadi komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Penyakit katastropik menyerap 30% pembiayaan BPJS Kesehatan,” jelas dr. Nurifansyah.
Obat antihipertensi dan DM paling banyak menyerap biaya obat di BPJS Kesehatan. Selain karena memang penderitanya banyak, pengobatannya berlangsung seumur hidup.
“Obat yang dicover BPJS ada di Formularium Nasional. Sekitar 60% obat generik, dan 40% obat paten,” katanya.
PT Hexpharm Jaya
PT Hexpharm Jaya sebagai anak perusahaan PT Kalbe Farma berkomitmen untuk memproduksi obat generik dengan harga yang lebih rendah, untuk mendukung program JKN.
Obat generik PT Hexpharm Jaya memproduksi obat generik berkualitas, yang memenuhi persyaratan CPOB ( Cara Pembuatan Obat yang Baik) dari BPOM, dan telah mendapat ISO 90001 (2015). Formulasi dari obat-obat generik yang diproduksi setara dengan obat paten, dan telah melewati uji BA/BE.
“Harga obat generik yang murah akan mengurangi pembiayaan yang harus ditanggung oleh BPJS Kesehatan, sehingga tidak terlalu berat,” kata Mulia Lie, Presidan Direktur PT Hexpharm Jaya.
Terutama untuk penyakit degeneratif yang membutuhkan pengobatan seumur hidup. PT Hexpharm Jaya utamanya fokus memproduksi obat-obat generik untuk penyakti degeneratif seperti hipertensi, hiperkolesterolemia, hingga DM.
Meski harga obat generik murah, tapi tidak murahan. Efikasinya tetap terjaga, setara dengan obat paten. Kemasan baru obat generik PT Hexpharm Jaya yang berwarna biru, membedakannya dengan obat generik lain.
“Tampilan kemasannya seperti obat paten, mencerminkan kualitasnya. Kemasan tak hanya berfungsi sebagai “baju”, tapi juga penting untuk melindungi obat dari kerusakan akibat sinar matahari, kelembapan, dan lain-lain,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News