Pentingnya Kepemimpinan Empatis Untuk Work-life Balance
Presiden Direktur PT. Nestlé Indonesia, Bapak Ganesan Ampalavanar menegaskan bahwa perusahaan perlu menciptakan lingkungan kerja yang turut mendukung perempuan dan tentu saja dapat dituangkan melalui implementasi regulasi yang konsisten untuk mewujudkan kesetaraan gender.
Pekerja laki-laki juga perlu didukung dan menjadikan mereka sebagai champion yang dapat mendorong terciptanya kesetaraan gender.
Dampak pandemi juga dirasakan oleh perempuan pekerja dengan disabilitas. Selain adanya beban berlapis dan stigma terhadap pekerja perempuan, kerentanan mereka sebagai kelompok disabilitas juga turut berdampak pada kondisi kesehatan mental mereka. Selama masa pandemi, kelompok pekerja perempuan dengan disabilitas mengalami risiko yang lebih tinggu untuk mengalami pemutusan hubungan kerja.
Pendiri sekaligus CEO Difalink, Ni Komang Ayu Suriani menyatakan bahwa perusahaan yang inklusif dan aksesibel dapat membantu mengikis stigma perempuan pekerja dengan disabilitas. Ruang kerja menjadi wadah bagi perempuan disabilitas untuk berekspresi dan berkreasi, tidak sedikit dari mereka yang juga menjadi tulang punggung keluarga.
Tentu saja, sektor bisnis juga perlu peka untu melihat bahwa kelompok disabilitas memiliki kebutuhan yang berbeda-beda tergantung disabilitas sehingga memang penting.

Sementara itu, Amanda Valani, selaku Head of Original Content Narasi & pendiri Ruang Berpijar, yang merupakan ibu sekaligus pekerja menekankan pentingnya bermitra dengan laki-laki tidak hanya dalam konteks ruang kerja saja namun juga dalam konteks domestik.
Membangun kultur dan rasa saling membutuhkan antara peran perempuan dan laki-laki menjadi salah satu faktor penting sebuah sistem bekerja dengan baik. Pembagian peran sesuai kapasitas yang dimiliki dan disepakati kedua belah pihak diyakini Amanda mampu mencapai tujuan pekerjaan maupun rumah tangga secara sehat.
Pembagian peran yang sehat dan setara di rumah serta pentingnya pelibatan laki-laki, secara dalam dibahas pada webinar hari kedua. Termasuk membahas mengenai tantangan yang biasa dihadapi oleh pekerja milenial urban ketika hendak berbagi peran dan menciptakan kemitraan yang sehat dan setara di rumah.
Pentingnya Kepemimpinan Empatis Untuk Work-life Balance
Nuraismi Jamil selaku perwakilan Rumah KitaB dengan Kampanye Muslimah Bekerja menyatakan, “Melalui kampanye Muslimah Bekerja kami mencoba menyediakan ruang diskusi dan counter narasi bahwa perempuan dan laki-laki setara, karir dan keluarga seimbang serta dunia dan akhirat selaras,” katanya.
Ruang diskusi yang dilakukan oleh kampanye Muslimah Bekerja turut melibatkan tokoh agama, pengusaha muda dan para pihak tokoh kunci yang dapat kolaborasi mendorong perempuan bekerja. Muhamad Saeroni koordinator nasional Aliansi Laki-laki Baru juga mempertegas, laki-laki perlu turut serta di rumah untuk menciptakan balance, tidak hanya untuk diri sendiri tapi untuk mendukung perempuan.
Berbagai praktik baik keterlibatan laki-laki juga dibagikan oleh Roni dan mengingatkan bahwa untuk menciptakan kemitraan yang sehat dan setara, laki-laki perlu memulainya dari langkah konkrit dan terkecil, yaitu berbagi peran dalam keluarga.
“Keluarganya akan lebih harmonis, karena kelekatan hubungan dalam keluarga lebih terjaga. Laki-laki akan merasa lebih dihargai, lebih bermakna hidupnya, lebih bahagia dan lebih dicintai oleh pasangan dan keluarganya,” tambah Roni.
Pembagian peran dan pelibatan laki-laki ini tidak hanya akan menguntungkan perempuan saja, tetapi juga laki-laki dan bahkan anggota keluarga di rumah tersebut. Kedua webinar ini menandai puncak dari kampanye #KitaMulaiSekarang, yang dalam satu setengah tahun belakangan telah melibatkan lebih dari satu juta perempuan dan laki-laki pekerja milenial urban dengan pesan tentang menciptakan kemitraan yang sehat dan setara antara perempuan dan laki-laki di ruang kerja mupun di rumah untuk mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan.
Webinar ini sekaligus juga menandai peluncuran modul pembelajaran daring Meredefinisi Kembali Work-life Balance: Memahami Pekerja Urban Milenial dan Produktivitas Kerja, yang merupakan salah satu produk Yayasan Pulih untuk mendukung pekerja urban dan tempat kerja untuk kembali menciptakan ruang kerja yang sehat, setara serta inklusif bagi semua.
Itulah penjelasan mengenai Pentingnya Kepemimpinan Empatis Untuk Work-life Balance. Semoga bermanfaat!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News