Womanindonesia.co.id – Penggunaan MSG (mononatrium glutamat) saat ini makin marak, masyarakat dan pebisnis kuliner terus berinovasi membuat makanan sendiri di rumah maupun untuk berwirausaha. Hal itu karena MSG dapat memberi cita rasa kenikmatan yang lezat.
Penggunaan MSG sesuai dengan takaran yang tepat merupakan tindakan penting yang harus diterapkan dalam industri makanan.
Ketua Bidang Komunikasi Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) Satria Gentur Pinandita mengatakan P2MI dengan berbagai produknya, banyak digunakan oleh para pelaku dan bisnis kuliner khususnya pelaku UMKM.
“Menyadari hal ini P2MI turut meningkatkan usaha UMKM dengan memberikan atau berbagi kiat-kiat dalam membangun usaha sekaligus memberikan materi yang berhubungan dengan pemakaian MSG, seperti demo cooking, berbagi resep dengan takaran MSG yang benar,” imbuhnya.
Cara Penggunaan MSG yang Benar
Ditegaskan Satria, P2MI hadir menjadi asosiasi yang memberikan informasi yang benar dan faktual tentang mononatrium glutamat dan turunannya kepada masyarakat dan instansi terkait. Hal ini turut memajukan Industri MSG dan GA di Indonesia, agar dapat berdaya saing tinggi.
“Pesan kami gunakan MSG secukupnya. Sesuai dengan kebutuhan, jangan khawatir dengan pemakaiannya di kuliner-kuliner yang bertebaran dan terus berinovasi saat ini. MSG tidak berbahaya aman namun yang terpenting adalah cara dan takaran pemakaian,” kata Satria dalam talkshow dan Cooking Demo “Pentingnya Implementasi Food Safety Bagi UMKM” Pastikan Sajian Makanan Aman Dikonsumsi di Jakarta, Senin (12/12).
Lebih lanjut Satria juga menerangkan bagaimana cara pengemasan produk penyedap rasa yang benar, yakni tidak boleh dikemas dengan cara dilipat bagian yang terbuka dan dibungkus dengan mengikat menggunakan karet.
Satria menyarankan, penggunaan produknya ketika sudah dibuka harus segera dipindahkan ke kotak penyimpanan bumbu. Hal ini dikarenakan sebagai produk asam amino atau glutamat memiliki sifat hidroskopis yang mudah menyerap udara sehingga terkontaminasi dengan berbagai kuman-kuman.
“Diikat dengan karet gelang bisa terkena udara dan terkontaminasi kuman disana kemudian dimasak sehingga menimbulkan masalah, dan yang disalahkan pasti MSGnya, padahal salah pada cara penyimpanannya yang tidak benar. Sehingga edukasi ini sangat penting. Kami pastikan P2MI selalu akan memberikan yang terbaik, dan kami bertanggung jawab dunia akhirat,” tegas Satria.
Dilanjutkan Satria, melalui informasi yang bagikan hari ini, P2MI ingin menepis berita negative mengenai MSG dan ingin menyampaikan bahwa penyedap makanan ini aman untuk dikonsumsi dan digunakan oleh para penggiat UMKM kuliner.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga mengklaim bahwa mononatrium glutamat aman dikonsumsi. Hal itu berdasar pada hasil pengujian laboratorium yang juga dilakukan oleh WHO. WHO sama sekali tidak melarang peredaran penyedap rasa.
MSG sendiri juga telah memiliki ijin edar dari BPOM. Hal itu menandakan MSG layak konsumsi. Jadi, jangan ragu lagi untuk menambahkan MSG dalam makanan. “Sehingga saat ini UMKM tidak perlu ada kekuatiran dalam menggunakan MSG karena sudah terbukti halal, aman dan menyehatkan serta memberikan manfaat,” tutup Satria.
Kandungan Nutrisi
Nutrisionis Ahli Madya Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mursalim menyatakan Kemenkes selaku regulator ingin menggencarkan bahwa gizi seimbang itu sudah seharusnya diketahui oleh seluruh masyarakat, sehingga apa yang dimakan oleh masyarakat itu sudah memenuhi kecukupan gizi.
Terkait marak penggunaan bahan tambahan pangan pada bisnis kuliner saat ini Mursalim mengatakan baiknya memang dihindari penggunaan bahan tambahan pangan, dan kalau memang ada bahan tambahan pangan yang terbuat dari bahan alami bisa menjadi pilihan yang lebih baik.
“Kalau memang bisa dihindari namun jika ada BTP yang alami bisa dipilih untuk lebih baik. Meskipun tak sepraktis BTP yang tidak alami,” kata Mursalim.
Dalam mengelolah pangan itu harus diperhatikan, bahan pangan itu sendiri aman atau tidak, kedua bagaimana proses pengolahan dan yang ketiga bagaimana penyajiannya. “Karena banyak yang kami temukan banyak terjadinya keracunan atau kasus itu terjadi akibat penyajian waktu yang terlewat,” ujarnya.
Dikatakan Mursalim, sejauh ini belum ada artikel dimanapun yang menyatakan penyedap masakan menimbulkan berbagai masalah atau kasus. Memang ada beberapa kasus namun ini biasanya terjadi pada orang yang rentan dan sensitif terhadap MSG.
Yang sudah-sudah kami temukan kasus tersebut tidak berlangsung lama. Secara penggunaan bahan tambahan pangan yang telah mendapatkan izin edarnya dari BPOM dan kehalallanya sudah terbukti secara general aman, namun memang ada kasus tertentu namun tidak berakibat dan berdampak fatal pada kesehatan.
“Kami membenarkan bahwa selama ini penyedap MSG yang beredar di indonesia adalah aman untuk dikonsumsi,” jelas Mursalim.
Ia turut menjelaskan, MSG tidak berbahaya jika dipergunakan dalam batas aturan yang telah ditentukan. Penggunaan dalam takaran terbatas dan sesuai dengan aturan yang diatur oleh indonesia semua aman.
“Sekali lagi saya tegaskan, selama pemerintah Indonesia menyatakan bahwa yang dikeluarkan telah mendapatkan izin edar maka tidak berbahaya dikonsumsi. Yang tidak sesuai itu adalah penggunaanya yang berlebihan atau tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan” ujar Mursalim.
Pemilik Coto Mangkasara, Florentina Panti Rahayu yang turut hadir dalam diskusi turut memaparkan pengetahuan Food Safety harus dimiliki bagi seluruh pengusaha bidang makanan dari tingkat golongan warung kaki lima hingga hotel bintang 5.
“Saya Sebagai pribadi yang diantaranya sudah hampir 15 tahun bergerak dalam bidang kuliner tentu sangat memperhatikan masalah food safety. Karena kita sebagai pengusaha itu harus berprinsip berdagang dengan beretika bermoral dan bertanggung jawab bagi masyarakat,” ungkapnya.
Berkaitan dengan pembahasan talkshow dikatakan Florentina, MSG kita tidak usah juga membabi buta berpandangan bahwa MSG itu mematikan. MSG pada zamannya ditemukan oleh seorang profesor di Jepang.
Dalam arti melalui riset yang dapat dipertanggung jawabkan. Yang lebih penting mengedukasi masyarakat apa itu MSG sampai sejauh mana aman dikonsumsi dengan takaran yang benar dan memberi alternatif bahan-bahan lain yang dapat memperkuat cita rasa gurih dalam masakan.
“Saat ini ada kaldu jamur yang harus dibaca juga komposisinya kerana masih ada yang mengandung Monosodium Glutamate atau MSG. Jadi yang lebih penting itu mengedukasi bukan melarang. Karena kalau dianggap barang terlarang tentu pemerintah harus menutup pabrik produsen MSG,” ungkap Florentina.
Dilanjutkannya, Coto Mangkassara Daeng Rhulie miliknya memang menambahkan MSG dalam masakannya meskipun pada dasarnya coto makassar itu berbahan daging yang sdh menghasilkan rasa gurih dengan ditambahkan tulang-tulang besar sehingga membuat kaldu yang cukup.
Tapi untuk memenuhi selera masyarakat saya juga menambahkan kaldu untuk memperkuat rasa gurihnya. Yang terpenting adalah dalam skala besar atau kecil usaha kita harus Memiliki Standard Oprasional Prosedure.
“SOP itulah yg harus ditaati oleh pengusaha dan karyawannya. Dari mulai belanja bahan kita kan sudah tentukan apa saja yang harus kita belanja dan bagaimana takaran serta penyajiannya,” terang Florentina.
Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) yang beranggotakan PT Ajinomoto Indonesia, PT Ajinex International, PT Sasa Inti, PT Daesang Ingredients Indonesia berinisiatif mengkampanyekan edukasi dalam media dan UMKM mengenai Monosodium Glutamamate atau lebih dikenal dengan MSG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News