Womanindonesia.co.id – Perusahaan penerbangan PT ASI Pudjiastuti Aviation atau Susi Air mengatakan 70 persen penerbangan Papua di-grounded karena pesawat dibakar dan pilot disandera oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM).
Sekitar 70 persen penerbangan Susi Air ke Dataran Tinggi Papua telah dihentikan setelah insiden di mana pesawat terbakar di Nduga, provinsi Dataran Tinggi Papua, dan pilot disandera, kata pendiri maskapai Susi Pudjiastuti, Rabu (1/3). ).
Susi mengatakan, jumlah penerbangan pesawat Pilatus Porter turun drastis dari sekitar 30-40 penerbangan sehari menjadi hanya 5-15.
Susi mengatakan penculikan pilot Susi Air Selandia Baru Philip Mark Mehrtens oleh pejuang kemerdekaan Papua di pegunungan Papua pada 7 Februari telah membuat takut pilot lain di maskapai tersebut dan meningkatkan peluang mereka untuk dipecat.
“Sebagai pendiri dan pemilik Susi Air, saya meminta maaf kepada masyarakat Papua, pemerintah daerah dan pengguna Susi Air Papua yang saat ini dilecehkan,” kata Susi dalam jumpa pers di Jakarta.
Susi mengatakan kehadiran Susi Air di Papua sangat penting karena maskapai tersebut telah melayani wilayah tersebut sejak tahun 2006.
Sejak 2012, Susi Air mendapat kontrak penerbangan dari pemerintah untuk rute perintis di wilayah Papua setelah maskapai sebelumnya berhenti beroperasi.
“Rute perintis ini merupakan saluran udara yang diamanatkan pemerintah dan 65% disubsidi pemerintah. Jadi tiketnya sangat murah, hanya 250.000 rubel, dan sebagian besar dibayar oleh pemerintah,” jelas Susi. .
Susi mengatakan, malfungsi di Papua telah mengganggu pergerakan masyarakat Papua, terutama yang tinggal di daerah pegunungan. Pemilik Susi Air Susi Pudjiastuti meminta maaf kepada warga Papua atas penangguhan penerbangan ke dataran tinggi Papua.
Ujungnya akibat kebakaran pesawat Susi Air dan penculikan Philips Max Mehrtens dari KKB Papua. Hal itu disampaikan Susi, Rabu (3/1/2023) dalam konferensi pers pencarian pilot Philips.
Armada Susi Air juga berkurang dengan membakar pesawatnya. Selain itu, Susi mengatakan kepercayaan pilot Susi Air untuk terbang ke wilayah pegunungan Papua sudah hilang.
Susi menambahkan, keberadaan maskapai ini sangat penting untuk transportasi BBM, makanan dan obat-obatan, serta pelaksanaan program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Papua.
Susi menyebut tindakan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) – kelompok separatis bersenjata yang menyandera Mehrtens – tidak bijaksana karena mereka memperjuangkan kemerdekaan dengan merebut kemerdekaan dari orang lain.
“Bagi saya pribadi, apa yang terjadi sangat tidak terduga bagi kami dan kami tidak bisa berhenti memikirkannya,” katanya.
Susi berharap pemerintah daerah Papua, para tokoh masyarakat Papua dan kelompok-kelompok yang menuntut Papua merdeka tahu bahwa kepentingan masyarakat adalah yang terpenting.
Akibat kejadian ini, masyarakat Papua kehilangan perjalanan udara, pasokan bahan bakar, dan persediaan makanan. Dia juga mengatakan bahwa upaya untuk membebaskan Philips tidak berhasil.
Namun, dia memuji TNI-Polri, pemerintah dan tokoh masyarakat yang terus berupaya. Ia berharap negosiasi pembebasan Philips dapat diselesaikan dengan baik dan operasional penerbangan Susi Air kembali normal.
“Saya berdoa semoga semuanya berjalan lancar,” harap Susi.
Peristiwa itu bermula saat pesawat Pilatus Porter milik Susi Air terbang ke Bandara Paro pada 7 Februari 2023. Saat tiba, KKB Papua membakar pesawat yang membawa empat penumpang dan 452 kg kargo. Para penumpang berhasil dievakuasi. Namun pilot Philips diculik oleh KKB Papua.
Pemerintah Selandia Baru mengatakan sedang bekerja sama dengan pihak berwenang Indonesia untuk memastikan keamanan warganya yang disandera.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News