Penyebaran penyakit mulut dan kuku (PKH) pada hewan ternak menjadi fokus perhatian Kementerian Pertanian dengan melakukan langkah-langkah pencegahan berikut ini.
Womanindonesia.co.id – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan memberikan himbauan kepada masyarakat, khususnya para peternak untuk melakukan langkah pencegahan sebagai antisipasi penyebarluasan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Langkah Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku Pada Ternak
Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nuryani Zainuddin dalam Siaran Pers tertulisnya pada hari Senin (30/05) menyampaikan empat langkah pencegahan penyakit mulut dan kuku pada ternak sebagai berikut:
1. Tidak Memasukkan Ternak Baru
Langkah pertama pencegahan penyakit mulut dan kuku pada ternak adalah dengan tidak memasukkan ternak baru. Hal tersebut disampaikan oleh
Nuryani mengatakan, beberapa langkah yang dihimbau olehnya kepada para peternak diantaranya untuk tidak memasukkan ternak baru, terutama dari daerah wabah dan membatasi lalu lintas orang yang keluar masuk lokasi kandang.
“Bagi peternak yang hewannya sudah ada yang terinfeksi agar memastikan ternaknya tidak kemana mana. Tetap tinggal dikandang agar tidak menulari ke peternakan lain. Petugas akan memberikan obat hewan seperti vitamin untuk memulihkan kondisi tubuh ternak,” ujar Nuryani.
2. Melakukan Penyemprotan Desinfektan
Langkah kedua pencegahan penyakit mulut dan kuku pada ternak adalah menambahkan, penyemprotan kandang, kendaraan, peralatan dan perlengkapan kerja dengan disinfektan perlu dilakukan secara rutin.
3. Tidak Menjual Ternak yang Terinveksi
Langkah ketiga pencegahan penyakit mulut dan kuku pada ternak adalah peternak diimbau tidak menjual ternaknya yang sakit karena tingkat kematian pada hewan dewasa relatif rendah (1–5%), walau pada ternak berusia muda bisa lebih tinggi.
4. Memperbaiki Mutu Pakan dan Terapi
Langkah keempat pencegahan penyakit mulut dan kuku pada ternak adalah para peternak melakukan upaya untuk meningkatkan imunitas ternak dengan memperbaiki mutu pakan dan memberikan terapi supportif, obat hewan seperti vitamin dan mineral.
“Perlu diingat bahwa PMK bukan zoonosis, namun sangat mudah menular ke sesama hewan berkuku genap seperti sapi, kerbau, domba, kambing dan babi serta hewan berkuku belah lainnya,” ungkap Nuryani.
Partikel virus ditemukan pada udara yang dihembuskan hewan terinfeksi, air liur, susu, urine, tinja, semen, cairan dari vesikel, hingga cairan yang dikeluarkan saat ternak keguguran.
“Virus PMK dapat masuk ke tubuh hewan peka melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi terutama melalui aerosol, dan dengan benda-benda terkontaminasi seperti pakaian, sepatu dan kendaraan. Hal seperti ini peternak mesti tahu,” paparnya.
Nuryani juga mengimbau agar para peternak segera melaporkan kepada petugas peternakan setempat jika ada ternak yang menunjukkan gejala klinis mengarah pada PMK. Seperti muncul lepuh atau vesikel dan/atau erosi kulit di bagian hidung, lidah, bibir, di dalam rongga mulut baik di gusi maupun pipi bagian dalam, di sela kuku dan di ambing.
Ia pun menjelaskan, tanda klinis lain yang sering ditemukan yakni demam sekitar 40°C, depresi, hipersalivasi atau keluarnya air liur secara berlebihan, penurunan nafsu makan dan berat badan serta produksi susu.
“Peran dari para peternak untuk turut serta membantu mencegah penyebaran PMK dengan mengikuti petunjuk dan saran dari para petugas kita di lapangan akan sangat membantu keberhasilan penanganan PMK ini. Setelah vaksin datang, dalam waktu dekat kita akan lakukan vaksinasi,” pungkas Nuryani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News