Womanindonesia.co.id – Pahlawan merupakan sosok yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani. Untuk menjadi seorang pahlawan tak hanya seorang laki-laki saja, tapi juga seorang perempuan bisa menjadi pahlawan. Seperti parah pahlawan perempuan nasional Indonesia yang kita ketahui dalam sejarah.
Namun, tahukah Anda selain pahlawan perempuan yang kita ketahui atau sering kita dengar namanya disebutkan, ada banyak sosok pahlawan perempuan yang jarang diketahui lho! Siapakah mereka? Simak berikut ini:
1. Sultanah Safiatuddin
Sultanah Safiatuddin merupakan nama pahlawan perempuan Indonesia yang paling terkenal dan termahsyur di kesultanan Aceh. Lahir pada tahun 1612 ia berhasil membawa kesultanan Aceh ke dalam masa keemasan lewat kebudayaan, literasi serta pendidikan.
Dibawah kepemimpinan Sultanah Safiatuddin ia membawa kesultanan Aceh ke masa kejayaan, dalam berbagai bidang, di antaranya pendidikan, kebudayaan, penyebaran agama Islam, hingga perlawanan terhadap VOC gencar ia lakukan. Ia juga membuat pasukan prajurit perempuan penjaga istana yang ikut serta bertempur dalam perang Malaka pada sekitar tahun 1639.
Di masanya juga, Sultanah Safiatuddin sangat tertarik dan mendukung kebudayaan dan literasi serta pendidikan. Ia me memberikan dukungan penuh pada para sastrawan dan kelompok intelektual untuk mengembangkan diri mereka. Ia pun juga aktif membangun pesantren-pesantren untuk rakyat belajar mengaji. Sultanah Safiatuddin lebih mengedepankan jalur diplomasi ketimbang lewat militerisme. Kemampuan literasinya yang membuat ia fasih berdiplomasi dengan beberapa pihak dan berhasil menghalau ancaman-ancaman yang datang.
2. Hj. Rangkayo Rasuna Said
Pahlawan perempuan asal Sumatera Barat ini lahir pada 14 September 1910 dan dikenal karena kegigihannya memperjuangkan hak perempuan. Dilansir dari jurnal Risalah, Rasuna Said disebut bergabung dalam Persatuan Wanita Republik Indonesia (PERWARI) dan menyuarakan kesetaraan hak bagi perempuan.
Selain itu, pendiri sekolah Thawalib ini dalam orasinya kerap memberikan kritik yang tajam terhadap penindasan yang dilakukan Belanda. Hal itu membuat dirinya dimasukkan ke dalam penjara pada 1932 setelah dipaksa berhenti menyampaikan pidato oleh pemerintah kolonial. Lantaran lantang menyuarakan kritik, ia pun terjerat hukum Speek Delict, hukum tersebut ditujukan bagi orang-orang yang menentang Belanda.
H.R Rasuna Said meninggal pada 2 November 1965. Walaupun tidak begitu terkenal seperti Cut Nyak Dien dan R.A. Kartini, namanya tetap diabadikan sebagai nama jalan utama di ibukota. Di tahun 1974, H. Rangkayo Rasuna Said ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional RI.
3. Dewi Sartika
Meneruskan mimpi dan harapan RA Kartini, ada Dewi Sartika yang menjadi tokoh yang memperjuangkan pendidikan kaum perempuan. Tahun 1904, ia mendirikan sekolah bagi perempuan, berlokasi di Pendopo Kabupaten Bandung. Ia pun mendapat gelar Orde van Oranje-Nassau. Karena jasanya.
4. Maria Walanda Maramis
Maria Walanda Maramis memiliki cita-cita untuk memberdayakan kaum ibu dan mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) di tahun 1917. Tujuannya, untuk memperjuangkan pendidikan bagi wanita. Khususnya kaum ibu untuk meningkatkan kesehatan anak dan kesejahteraan keluarga. Ia bahkan memperjuangkan agar wanita memiliki hak suara di lembaga perwakilan Minahasa Raad pada 1919.
5. Laksamana Keumalahayati
Nama Laksamana Keumalahati sangat lekat bagi keturunan kerajaan Aceh Darusalam hingga hari ini. Sebagai tanda jasa, perempuan tangguh dari Aceh di abad ke 16 ini diberi gelar kehormatan sebagai Pahlawa Nasional oleh Presiden RI Joko Widodo berkat perjuangan Kongres Wanita Indonesia (Kowani) didukung Menteri Sosial RI Khofifah dan peran besar keturunan Laksamana Keumalahayati, Pocut Haslinda Syahrul yang tiada henti menulis buku kerajaan Aceh Darussalam.
Penghargaan diberikan kepada Ahli Waris Kerajaan Aceh Darussalam sebagai generasi ke 45, Sultanah Putroe Safiatuddin Cahaya Nur’alam atau Bundo Putro yang kini berusia 85 tahun. Terlahir dalam keluarga Laksamana angkatan laut menempuh pendidikan admiral bahkan endapat suami yang juga seorang Laksamana menjadikan Keumalahayati perempuan tangguh, bahkan setelah suaminya syahid di medan perang, ia memimpin 2.000 Inong Balee (para janda) melawan penjajah Portuggis dan Belanda.
Itulah lima pahlawan perempuan yang jarang diketahui dan diangkat kisahnya. Yuk, ceritakan tentang pahlawan perempuan yang berjasa atas kemerdekaan Indonesia kepada anak cucu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News