Womanindonesia.co.id – Industri kedokteran Indonesia terus berkembang, namun produksi lokal alat kesehatan masih terbatas. Data dari Kementerian Kesehatan RI pada 2023, menunjukkan bahwa industri farmasi dan alat kesehatan di Indonesia masih mengandalkan impor bahan baku dan teknologi dari negara lain.
Menurut Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Dr. DRA. Lucia Rizka Andalucia M.Pharm, MARS, selama masa pandemi, kita mengalami kesulitan dalam hal obat, alat kesehatan, serta oksigen. Oleh karena itu, Kemenkes berkomitmen melaksanakan transformasi layanan kesehatan melalui enam pilar, yaitu transformasi layanan primer, layanan rujukan, Sumber Daya Manusia (SDM), ketahanan kesehatan, pembiayaan dan sistem digital.
Pada Kamis, (7/12/2023), Dokter senior spesialis jantung, dr. Jetty H Sedyawan, Sp. JP (K), FIHA, FAPCC, FAsCC berkata bahwa peraturan pemerintah tentang impor alat kesehatan sudah tidak berlaku lagi. “Dan saat ini kami baru mencapai 42,6 persen dalam usaha mendukung program kesehatan di APBN 2023,” katanya.
Untuk mewujudkan dukungan nyata PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP) terhadap program kesehatan, SCNP berkolaborasi dengan STEI-ITB melakukan riset dan pengembangan AKD yaitu NIVA (Non-Invasive Vascular Analyzer) untuk skrining kardiovaskular dan stroke.
“Kolaborasi ini bertujuan untuk mengatasi kurangnya alat kesehatan AKD yang diimpor, dan mengurangi ketergantungan pada suplai luar negeri,” ungkapnya.
NIVA kini telah mengantongi izin edar alat kesehatan dalam negeri dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dan menjadi alat kesehatan produksi lokal pertama yang telah resmi digunakan.
Ada lebih dari 100 unit NIVA yang telah terjual, dan pada tahun 2024, diharapkan dapat terjual hingga 1.000 unit dengan harga sekitar Rp253 juta.
SCNP bekerja sama dengan PT Selaras Medika Digital Indonesia (SMDI) dan PT Arkan Jaya Nusantara (AJN) untuk melakukan distribusi ke para pengguna jasa screening NIVA. Dengan hadirnya NIVA di pasar domestik, akses masyarakat terhadap jasa screening jantung dan pembuluh darah akan semakin memungkinkan.
Melalui kehadiran AKD NIVA, diharapkan dapat membantu dalam upaya pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia, khususnya sebagai program penghematan anggaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News