Womanindonesia.co.id – Monosodium Glutamat (MSG) sering menjadi perdebatan: melezatkan atau menyesatkan? Untuk menjawab berbagai mitos dan persepsi tentang MSG, Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) bersama PT Sasa Inti dan Gerakan Fermentasi Nusantara menggelar acara edukasi di Studio Kreasi Sasa, Jakarta, pada Rabu (11/12).
Acara ini menghadirkan pakar kimia kuliner, Irvan Kartawiria dan Harry Nazarudin, yang dikenal sebagai Duo Kimiasutra, serta Dr. Dase Hunaefi dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Mereka membahas secara ilmiah bagaimana MSG berperan dalam meningkatkan cita rasa makanan, sekaligus meluruskan anggapan negatif yang selama ini berkembang.
MSG: Produk Fermentasi Alami
Ketua Bidang Komunikasi P2MI, Satria Gentur Pinandita, menjelaskan bahwa MSG adalah produk fermentasi dari tetes tebu menggunakan mikroorganisme. “Hasil akhirnya adalah MSG dengan kemurnian lebih dari 99%. Ini adalah produk yang aman sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan,” ujarnya.
Irvan Kartawiria menambahkan bahwa MSG, yang memiliki kandungan sodium 30% lebih rendah dibanding garam, dapat membantu mengurangi penggunaan garam dan gula dalam masakan. “Ini adalah penguat rasa yang optimal dalam dosis tertentu, seperti halnya mentega dalam masakan Barat,” jelasnya.
Edukasi untuk Melawan Mitos
Dalam sesi edukasi, peserta diajak melakukan eksperimen rasa untuk memahami bagaimana MSG bekerja dalam makanan. “Rasa adalah memori. MSG, seperti glutamat alami pada kecap, tomat, atau bahkan ASI, berfungsi memperkuat rasa secara alami,” kata Harry Nazarudin.
Dr. Dase Hunaefi menambahkan bahwa MSG tidak hanya melezatkan, tetapi juga membantu konsumen mengurangi ketakutan dan salah persepsi yang sering dikaitkan dengan kesehatan.
Shiv Shagal, CEO PT Sasa Inti, menegaskan pentingnya acara ini sebagai langkah awal membangun pemahaman baru tentang MSG. “Kami berharap, ‘lezat’ bukan hanya pengalaman, tetapi juga menjadi pengetahuan yang dapat dibagi kepada masyarakat luas,” ujarnya.
Acara ini diakhiri dengan makan siang ala fine dining, di mana peserta mencicipi Sup Tom Yam dan Soto Betawi. Menu ini disiapkan oleh mahasiswa Universitas Podomoro bekerja sama dengan Corporate Chef PT Sasa Inti, memperlihatkan langsung bagaimana MSG digunakan dengan tepat untuk memperkuat rasa tanpa berlebihan.
Melalui edukasi berbasis sains ini, masyarakat diajak memahami bahwa MSG adalah produk alami yang aman, asalkan digunakan dengan bijak. Fakta ini diharapkan dapat mematahkan stigma negatif dan membawa wawasan baru dalam dunia kuliner Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News