Womanindonesia.co.id – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Melisa Lilisari, SpA, Mkes menyebutkan bahwa seorang ibu yang tengah menyusui dan menginginkan memberikan ASI kepada sang anak harus memperhatikan pola makannya terutama pada saat sahur.
“Memproduksi ASI membutuhkan energi dalam jumlah tertentu yang berasal dari makanan yang terakhir dimakan yaitu saat sahur. Ibu perlu sarapan pagi,” ujarnya dalam konferensi pers daring, Kamis (31/03/2022).
Melisa juga menjelaskan, saat energi makan habis, tubuh menggunakan energi ibu untuk memproduksi ASI normal yang berlangsung selama 12-14 jam selama puasa. Selama nutrisi Anda baik dan penyakit seperti diabetes dan hipertensi ada atau tidak, tubuh Anda dapat beradaptasi.
Maka Melisa mengingatkan perawat tentang tanda-tanda peringatan, seperti berat badan ibu yang turun lebih dari satu kilogram per minggu, oleh karena itu perlu berkonsultasi ke dokter.
Setelah itu tanda-tanda yang harus diwaspadai adalah tanda-tanda dehidrasi akut antara lain jarang buang air kecil dan urine berwarna kuning tua dan berbau, sakit kepala, pandangan kabur, lemas, mual dan muntah.
“Ini adalah gejala yang berhubungan dengan dehidrasi parah. Jika ini terjadi, Anda bisa mengalami dehidrasi parah, jadi Anda membutuhkan cairan segera,” kata Melisa.
Mengenai dampak puasa pada bayi Anda, secara umum puasa bagi ibu menyusui tidak membahayakan bayinya selama ibu cukup makan dan minum di malam hari.
Menurut beberapa penelitian, bayi dapat tumbuh normal dengan parameter seperti berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala.
Namun, ibu menyusui juga harus mempertimbangkan usia anak. Bayi di bawah enam bulan yang hanya membutuhkan ASI mungkin memiliki kebutuhan yang berbeda dengan bayi seusia ini yang sudah mendapat makanan pendamping ASI.
“Jadi kalau anaknya kurang dari 6 bulan dan ibunya mau puasa, sebaiknya konsultasi dulu (dokter),” kata Melisa.
Saat berpuasa, ibu harus mewaspadai beberapa hal yang berkaitan dengan bayinya, termasuk pertumbuhan bayi yang dinilai secara tajam dari berat badan bayi.
Perhatikan jika bayi mengalami kenaikan berat badan yang kurang optimal, bahkan mengalami penurunan berat badan.
Tak hanya itu, jika terdapat gejala dehidrasi akut, misalnya bayi terlihat tidak senang setelah menyusu, jarang buang air kecil (lebih dari 6 jam), popok tidak basah dan kental, dan bayi tampak lemah atau tidak seaktif biasanya.
Untuk mencegah hal-hal tersebut terjadi selama Ramadan, ibu menyusui harus memperhatikan nutrisi dan hidrasi saat sahur dan berbuka puasa.
Usahakan untuk makan sahur dan berbuka puasa dengan asupan dan cairan yang cukup.
“Yang harus dimakan saat puasa sebenarnya membutuhkan jumlah kalori, protein, lemak, dan mineral yang sama dengan sebelum puasa. Mengutamakan jadwal hanya bisa dilakukan saat sahur dan berbuka serta rehidrasi di malam hari,” kata Melisa.
Nutrisi penting termasuk karbohidrat kompleks berserat tinggi, kalsium yang cukup, banyak protein hewani, berbagai buah dan sayuran untuk berbagai vitamin dan mineral, dan hidrasi yang cukup untuk menjaga hidrasi sepanjang hari dan menghindari kafein tanpa dehidrasi.
Di sisi lain, perhatikan juga kondisi ibu, seperti gizi, aktivitas sehari-hari, dan penyakit terkait. Sebisa mungkin, ibu menyusui yang berpuasa menghindari aktivitas berlebihan dan cuaca panas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News