WomanIndonesia.co.id – Sambil membuka-buka album foto yang sudah nampak kusam air mata perempuan berambut sebahu itu bergulir melintasi pipinya yang juga nampak kusam. Hatinya perih menatap wajah-wajah di dalam album itu terutama wajah anak lelaki yang sedang tertawa riang. “Anakku, maafkan mama.” Katanya perlahan sambil mengusap foto itu.
Rasa bersalah telah menghukum perempuan itu bertahun-tahun sejak kepergian anak semata wayangnya. Yang tersisa kini hanyalah penyesalan yang tak berkesudahan seperti divonis hukuman seumur hidup untuk kesalahan yang dilakukannya di masa lalu, kesalahan yang menyebabkan mimpi buruk terjadi.
Saat itu ia tergoda oleh seorang laki-laki tampan yang selalu membuatnya istimewa, yang menghujaninya dengan sejuta perhatian, tidak seperti suaminya yang sudah tak peduli lagi dengan keinginan dan perasaannya. Sama anak pun kurang perhatian karena sibuk kerja.
“Apakah salah aku mencintai orang yang mencintaiku dan tidak peduli pada orang yang tidak peduli padaku.” Pembenarannya saat itu. Perempuan itu juga menyukai kutipan yang pernah Ia baca di Instagram; “Kita bisa memilih dengan siapa kita menikah tetapi kita tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta.”
Sekarang perempuan yang sebenarnya cantik itu hidup sendiri, suami dan anak kesayangannya sudah tak ada. Lelaki penggoda itu pun sudah meninggalkannya. Hak asuh anak dimenangkan oleh mantan suaminya yang dianggap lebih mampu membesarkannya. Ya, bahkan perempuan itu tak mampu terbebas dari penyesalannya.
Baca juga artikel Cinta yang Tak Sempurna
* * * * *
Cerita singkat di atas memang hanyalah ilustrasi fiksi bukan cerita nyata tetapi kejadian-kejadian seperti ada di dunia nyata. Ceritanya bisa saja berbeda tetapi rasanya tetap sama, menyiksa dan berdampak negatif pada hampir semua aspek kehidupan. Luka batin karena penyesalan dan rasa bersalah sangat merusak kehidupan seseorang. Deprsesi, Trust Issue, Anxiety, dan persoalan-persoalan mental lainnya bisa muncul disebabkan oleh penyesalan dan rasa bersalah seperti itu.
Setiap jiwa pasti pernah atau masih memiliki penyesalan dan rasa bersalah tetapi kadarnya berbeda-beda, ada yang ringan, ada yang sedang, ada juga yang berat. Dengan berjalannya waktu sebagian bisa melupakannya atau menghilangkannya, sebagian lainnya tidak bahkan semakin parah.
Sebenarnya kita tidak bisa benar-benar menghilangkan kenangan yang kuat di masa lalu, semua itu masih ada tersimpan di alam bawah sadar. Kenangan-kenangan itu bisa muncul kembali jika ada pemicunya. Misalnya, seseorang merasa sudah melupakan mantannya tetapi ketika mendengar lagu kesukaannya, wajah dan momen-momen indah bersamanya kembali berhamburan keluar dari kotak bawah sadar.
Kalau yang diingat dari mantan adalah hal-hal yang baik tentu tak masalah, lalu bagaimana jika banyak kenangan buruk terjadi bersamanya? Atau lebih parah lagi dia pernah berbuat sesuatu yang menyebabkan trauma hingga depresi. Jangan anggap enteng kenangan masa lalu, karena energinya masih ada walaupun peristiwa dan orang-orangnya sudah tiada. Mengingatnya berarti kita kembali “menyentuh” energinya. Saat kita mengenang kenangan indah, kita akan merasa senang. Saat kita mengingat kenangan buruk, kita akan merasa sedih, marah, takut, atau perasaan-perasaan negatif lainnya.
Yang bisa kita lakukan adalah bukan berusaha melupakannya tetapi mengubah reaksi yang ditimbulkan olehnya, mengubah senyawa energi itu menjadi tidak berbahaya lagi, yaitu dengan cara mengubah mindset kita terhadap peristiwa atau perlakuan orang tersebut. Misalnya meyakini; “Orang-orang yang hadir di hidupku adalah utusan Tuhan untuk memberi pelajaran buatku, termasuk dia yang berbuat tidak baik padaku. Dia rela menjadi jahat demi untuk menempa hidupku menjadi pribadi yang tabah dan tangguh. Aku berterima kasih untuk pengorbannya itu.”
Begitu juga dengan penyesalan dan rasa bersalah, kita harus menerima kejadian itu sebagai sebuah pembelajaran hidup yang terjadi untuk sebuah alasan. Pasti ada maksud baik Tuhan di balik semua itu. Ubahlah masa lalu dari hari ini. Bukan mengubah peristiwanya tetapi mengubah rasa yang ditimbulkan saat mengingatnya. Ketika kita sudah bisa mengingat kejadian buruk di masa lalu dengan perasaan baik-baik saja, saat itulah luka batin itu sudah sembuh.
* * * * *
Perempuan dengan rambut sebahu itu membuka-buka album foto, menatap satu persatu wajah-wajah masa lalu di sana. Tatapan matanya terhenti lama pada wajah anak lelakinya yang masih imut itu. Kini dia sudah dewasa, sudah kuliah di salah satau Universitas Negeri di Jakarta.
Sejak kejadian itu, mantan suaminya mengurus anak semata wayangnya dengan serius dan fokus pada pendidikannya. Tidak seperti dulu yang kurang perhatian, mungkin sekarang dia sedang ingin menunjukan bahwa dia adalah ayah yang baik, yang berhasil membesarkan anak sendirian. Ya, dia berhasil.
Sambil tersenyum perempuan dengan rambut sebahu itu menutup album foto itu dengan perasaan lega dan bangga. Lelaki di sampinya berkata, “Sayang, semua itu memang harus terjadi kalau itu tidak terjadi aku ngga akan pernah menjadi suamimu.”
Mohamad Risat
Motivator Jiwa Bahagia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News