Womanindonesia.co.id – Anak remaja adalah anak yang berusia 12 hingga 18 tahun. Pada usia ini, anak akan mengalami perubahan fisik maupun psikis, serta perubahan lainnya secara mental.
Bagi setiap orangtua menghadapi anak remaja tentunya berbeda dengan anak-anak. Olehnya itu, orangtua harus melalui pendekatan khusus seperti berikut ini:
1. Sisihkan waktu khusus untuk mendengarkan anak
Kebanyakan orangtua lebih suka menasihati ketimbang mendengarkan dan memahami anak terlebih dahulu. Padahal, merujuk teori Newman (dalam Rice, 1999), remaja justru menginginkan orangtua yang menaruh perhatian dan siap membantu apabila mereka membutuhkan bantuan, serta mengerti mereka sebagai remaja.
2. Hormati privasi anak
Orangtua sering kali menganggap urusan anak adalah urusannya juga. Hal ini memang berlaku saat anak masih kecil. Akan tetapi, ketika anak beranjak remaja, orangtua perlu memahami bahwa anak mulai memiliki privasi yang harus dijaga dan dihormati. Seiring dengan pertambahan usianya, orangtua terkadang lupa bahwa anak juga memiliki privasi. Kamar dan telepon genggam termasuk bagian dari privasi anak yang sebaiknya tidak dicampuri.
3. Hindari kekerasan! Karena hanya akan meninggalkan trauma mendalam
Ketika anak remaja melakukan kesalahan, hindari melakukan kekerasan fisik maupun kekerasan emosional. Mendidik anak remaja yang keras kepala dengan kekerasan akan memperumit masalah. Contoh dari kekerasan fisik misalnya memukul, menendang, atau melakukan hal yang dapat melukai seseorang. Sementara kekerasan emosional biasanya dilakukan secara verbal.
Seperti menghina, meremehkan atau mempermalukan orang lain di depan umum. Kekerasan yang dilakukan akan membuat remaja dengan watak keras kepala menjadi memiliki trauma bahkan perasaan dendam. Perasaan dendam akan membuat jiwa remaja semakin sulit ditaklukan.
4. Biarkan anak mandiri dengan mengambil keputusannya sendiri
Saat memasuki masa remaja, otomatis dunia anak menjadi berbeda. Mereka ingin lebih mandiri dan cenderung sedikit tidak bergantung pada orangtua. Kendati baik, namun tak sedikit orangtua yang cemas dan belum sepenuhnya menerima hal tersebut. Alhasil, mereka sering mendikte apa yang harus anak kerjakan, termasuk untuk urusan kecil.
Contoh, cara berpakaian, memilih makanan, atau kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Alih-alih demi kebaikan, sikap orangtua yang seperti itu justru tidak disukai oleh anak. Akhirnya, muncul perdebatan antara keduanya.
Itulah beberapa pendekatan orangtua menghadapi anak remajanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News