Bagaimana bila terjadi perceraian? Apakah rumit yang harus dilalui?
Kalau rumit sih tidak, katanya. Tetapi ada yang harus diketahui, ada beberapa suku yang tidak mudah menceraikan pasangan. Misalnya Orang Pathan, mereka lebih suka main cantik dengan menggantung status pasangan, dia tetap bisa menikah lagi tapi pasangan akan terlunta-lunta urusan statusnya.
Beda dengan Punjabi yang bila sudah ada kesepakatan berdua atau tanpa kesepakatan sekalipun, mereka bisa menceraikan pasangan dengan mudah.
Dibandingkan dengan Indonesia, angka perceraian di Pakistan termasuk rendah. Pria Pakistan masih sering menggunakan anak sebagai bahan pertimbangan saat perpisahan. Mereka jauh lebih banyak memikirkan nasib anak yang harus masuk ke dalam keluarga baru dan menyesuaikan diri ketika ada pernikahan kedua.
Fakta yang lain, kesabaran perempuan Pakistan jauh di atas rata-rata kesabaran orang Indonesia. Kalau melihat film India, di mana seorang perempuan dibentak suami dan diancam cerai akan menangis, memeluk kaki si lelaki dan memohon-mohon bila perlu meminta maaf agar tidak diceraikan, itu sebenarnya gambaran nyata dari kehidupan pernikahan di sana.
Perempuan modern Indonesia bisa balik ngamuk kalau suaminya membentak, menantang cerai dan tidak takut dengan perpisahan tapi tidak dengan mereka.
Dari segi edukasi yang jauh dari tinggi, tidak memiliki penghasilan sendiri dan takut menjadi beban keluarga, lebih mudah bagi para perempuan ini memanjangkan sabarnya dan ‘nerimo’ pada apa yang terjadi pada keluarganya.
“Sukur-sukur kalau tidak pernah digampar atau sejenisnya, yang penting tetap punya keluarga dan hidup normal meski hati koyak. Ketidak berdayaan inilah yang membuat para istri lebih memilih untuk bertahan dan patuh pada suaminya,” ujarnya.
Tips Menjalin Hubungan dengan Pria Pakistan

Lantas, apa tips-tips saat seorang perempuan Indonesia memutuskan untuk berhubungan baik itu pacaran bahkan meningkat ke hubungan yang lebih serius seperti pernikahan?
Mimy Indonesia yang dikenal sebagai expect traveler Pakistan tidak menganjurkan bagi perempuan Indonesia untuk memberi sesuatu yang diminta oleh pria Pakistan. “Hadiah meski murah apalagi mahal, mengirim uang atau apapun yang diminta oleh pria Pakistan, sebab itu dipandang tidak pantas,” ujarnya.
Lebih baik, kata Mimy dalam masa pengenalan digunakan untuk menggali data sebanyak-banyaknya, dinilai dengan jeli apakah pria Pakistan tersebut memang berniat serius atau tidak. Pasalnya, kebanyakan pria Pakistan melakukan banyak skenario untuk menggaet perempuan Indonesia.
Biasanya lelaki-lelaki ini suka meyakinkan para perempuan dengan cara memperkenalkan pada keluarganya. Di sini, saat diperkenalkan baiknya untuk tetap menjaga attitude dan gesture.
“Tidak perlu kelihatan terlalu antusias karena bisa jadi hanya dikenalkan sebagai teman, apalagi ada kendala bahasa yang belum tentu kita pahami arah pembicaraannya,” ujar Mimy.
Bila memang dirasa sudah serius, kata Mimy wajib hukumnya untuk mengarahkan pembicaraan ke arah pernikahan dan segala kesepakatannya. Jangan sampai melewatkan hal-hal sekecil apapun, bila perlu ada perjanjian pra nikah.
Pertemuan kopi darat juga sangat dianjurkan bagi mereka yang berkenalan di dunia virtual agar tidak tertipu. Biasanya perkenalan di sosmed lebih condong ke arah penipuan klasik macam wajah asli dan foto di sosmed tidak sama.
“Itu kalau pihak laki-laki yang mendatangi si perempuan. Bagaimana kalau si wanita yang akan bertandang ke Pakistan? Apa dan bagaimananya kami semua menyarankan untuk DM Mimi agar ada pendampingan, tips dan trik kunjungan dan perjalanan,” pungkas Silvi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News