Indomc for Pakistan tersebar di 600 negara termasuk Indonesia. Sejak berdirinya pada tahun 2006 organisasi ini telah menggagalkan sekitar 700 pernikahan perempuan Indonesia dengan orang Pakistan
Womanindonesia.co.id – Sylvi Butt ialah perempuan berkebangsaan Indonesia dan bersuamikan pria asal Lahore – Pakistan, yang dikenal sebagai pemilik organisasi Indomc for Pakistan, singkatan dari Indonesia Mix Cover Married untuk pakistan yang sudah berdiri sejak tahun 2006.
Di tahun yang sama, Sylvi Butt diberi kepercayaan oleh organisasi itu untuk meng-handle kasus-kasus yang berhubungan dengan kawin campur antara Indonesia-Pakistan yang kejadiannya di Indonesia.
Sylvi menerangkan dalam kurun tahun 2006 sampai tahun 2009, mereka memberdayakan penggunaan platform Friendster dan Multiply sebagai salah satu media sosialisasi. Mengikuti perkembangan zaman dan dunia digital, maka pada 2010 hingga sekarang, Indomc For Pakistan menggunakan Facebook.
“Anggota yang tergabung dalam Indomc For Pakistan tersebar di 600 negara termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri diperkirakan kurang lebih sekitar 30-40 couple yang tergabung dalam organisasi ini,” ujar Sylvi kepada womanindonesia.co.id ketika ditemudi di Aneka Bubur 786 Jakarta beberapa waktu lalu.
Ibu dua anak ini menambahkan, sebelum pandemi Covid-19, Indomc For Pakistan secara rutin mengadakan acara bulanan untuk kopi darat. Sesekali saat ‘senior-senior’ yang mudik ke Indonesia mereka juga mengadakan Gathering atau saat hari jadi Indomc yang diadakan setiap tanggal 16 Agustus.
Menggagalkan Sekitar 700 Pernikahan Perempuan Indonesia dengan Pria Pakistan
Menurut pengakuan Sylvi, dalam rentang tahun 2006 sampai hari ini, ia dan organisasi Indomc For Pakistan telah membantu menggagalkan sekitar 700 pernikahan perempuan Indonesia dengan orang Pakistan.
Salah satu contoh sebabnya berupa bantuan penggagalan terjadi dikarenakan data dari pihak laki-laki dinyatakan tidak valid. Bisa jadi fotonya bukan foto asli atau usia yang tidak sesuai.
“Tidak menutup kemungkinan penggagalan ini datang dari pihak perempuan. Mereka mundur teratur karena tidak sanggup dengan adanya perbedaan budaya selama masa penjajakan. Sudah jamak dikenal, wanita dari luar negara tersebut akan mendapatkan kesulitan untuk berkarir. Mungkin pertimbangannya karena mereka adalah pendatang, sehingga peluang bekerja cukup kecil. Padahal berkarir adalah salah satu impian para wanita,” ucap Sylvi.
Sepanjang perjalanan tahun 2010 hingga 2022 selain bergerak melalui facebook, Indomc juga merambah ke Live Streaming Tik-Tok. Di sana, Sylvi dan teman-teman mendapati kenyataan bahwa situasi dunia pencarian jodoh tidak sedang baik-baik saja.
Bagaimana tidak, banyak sekali perempuan-perempuan dengan usia di atas matang menjalin hubungan dengan laki-laki Pakistan berusia sangat muda. Belum lagi setelah pernikahan, masalah yang pasti terjadi adalah shock culture dan masalah lain yang dianggap cukup berat dalam pernikahan yang dulu belum sempat terdeteksi.
“Kami banyak memberi support. Kami melakukan komunikasi dan kerjasama dengan pihak kedutaan Pakistan di Jakarta, KBRI dan KJRI. Bahkan melakukan pendekatan dengan pihak KBRI untuk keperluan pembaharuan biodata karena yang masuk ke Indomc hanya biodata dan foto couple yang kadang belum diperbaharui,” bebernya.
Untuk memperkecil penanganan, Indomc menugaskan para penanggung jawab yang memegang masing-masing daerah Pakistan. Area Karaci ditangani oleh Humaerah Salim, untuk area Lahore ada Titi Hayati, sementara Islamabad ditangani oleh Rubi Nursiti, dan Khyber Pakhtunkhwa oleh Lusi Aurazai.
“Ada contoh cerita menarik mengenai kerjasama ini. Kemarin sempat geger, salah satu istri jurnalis dilaporkan melarikan diri dari rumah, disinyalir hendak ke Pakistan dan akan menikah dengan kekasih gelapnya. Yang melapor kebetulan bukan pihak suami tapi teman si suami, maka kami coba berikan solusi dan bantuan yang tepat untuknya,” kata Sylvi.
“Kami hubungi kedutaan Pakistan yang bertempat di Indonesia dan pihak kedutaan Indonesia di Pakistan. Mereka bersama-sama menelusuri keberadaan wanita ini dengan mengecek jadwal dan bandara tempat mendarat pesawat yang ditumpangi istri jurnalis tersebut. Setelah diketahui dan dipastikan, mereka segera berkomunikasi dengan Konsuler di Karachi. Bersama pihak imigrasi terkait akhirnya diputuskan untuk mendeportasi perempuan itu,” sambungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News