Womanindonesia.co.id – Pernahkah Anda atau Si Kecil mengalami demam yang meningkat secara bertahap setiap hari dan semakin meningkat di malam hari, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan dan lemas, serta munculnya ruam? Bisa jadi itu adalah tanda atau gejala tifus atau dalam dunia kedokteran disebut demam tifoid.
Demam tifus adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit akut ini memiliki gejala mirip dengan demam berdarah dengue (DBD). Pada anak-anak, tifus atau tipes disertai sering mengalami diare, sementara orang dewasa cenderung mengalami konstipasi.
Prevalensi Demam Tifoid
Data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 11 – 20 juta orang sakit karena demam tifoid dan mengakibatkan kematian sebanyak 128.000 – 161.000 orang setiap tahunnya di seluruh dunia.
Kasus terbanyak demam ini terdapat di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, demam tifus termasuk penyakit endemik sebab prevalensi demam tifoid yang cukup tinggi yaitu mencapai 500 kasus per 100.000 penduduk per tahun.
Berdasarkan studi yang dilakukan di daerah kumuh di Jakarta, diperkirakan insidensi tifus adalah 148.7 per 100.000 penduduk per tahun pada rentang usia 2 – 4 tahun, 180.3 pada rentang usia 5 – 15 tahun dan 51.2 pada usia diatas 16 tahun.
Penyebab Tipus
Mengutip Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 8 Oktober 2020, risiko kontaminasi makanan atau minuman bisa terjadi pada tahap mempersiapkan bahan makanan, proses pengolahan, penyajian, pengemasan, penyimpanan, dan bahkan tahap pengantaran makanan baik yang disiapkan sendiri, dibeli, maupun melalui pemesanan.
Perubahan pola perilaku dalam pembelanjaan terutama makanan secara online yang meningkat sebanyak 97% juga patut diperhatikan. Pasalnya, tidak mudah untuk memastikan bahwa makanan atau minuman yang kita konsumsi terbebas dari kontaminasi kuman penyebab food borne disease seperti tifus.
Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Suzy Maria, Sp.PD-KAI., mengatakan, food borne disease (penyakit bawaan makanan) seperti tifus dapat dicegah dengan cara menjaga sanitasi dan higienitas pribadi dan menghindari kontak dengan penderita.
“Mengingat Indonesia masih merupkan negara endemik tifoid, maka vaksinasi merupakan langkah optimal serta efektif untuk mencegah demam tifoid,” kata dr. Suzy dalam webinar peluncuran kampanye “#SantapAman dalam Rangka Menyambut Hari Kesehatan Nasional” oleh Sanofi Pasteur Indonesia beberapa hari lalu.
Vaksinasi Tifoid
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit menular melalui makanan atau food borne disease terutama penyakit tifoid ialah vaksinasi. Melalui vaksinasi, tubuh mendapatkan perlindungan ekstra dan kita bisa menyantap berbagai makanan dan minuman tanpa rasa khawatir.
“Cara kerja vaksinasi untuk penyakit tifoid yaitu meningkatkan sistem imun tubuh untuk melawan infeksi bakteri Salmonella Typhi. Vaksinasi dapat dilakukan mulai usia dua tahun ke atas dan untuk mendapatkan perlindungan maksimal, seseorang direkomendasikan mendapat vaksinasi tifoid setiap tiga tahun sekali,” kata dr. Suzy.
Salah satu jenis vaksin tifoid yang umum digunakan adalah vaksin tifoid injeksi polisakarida Vi. Data setelah pemantauan selama 20 bulan menunjukkan vaksin tifoid jenis ini memberikan perlindungan terhadap penyakit tifoid sebesar 74%.
Dalam rangka Hari Kesehatan Nasional, Sanofi Pasteur Indonesia menginisiasi kampanye #SantapAman untuk mensosialisasikan pentingnya mendapatkan vaksinasi.
Di kesempatan yang sama, Head of Medical Sanofi Pasteur Indonesia, dr. Dhani Arifandi T., menjelaskan mengenai latar belakang kampanye #SantapAman. Ia mengungkapkan, Sanofi Pasteur berkomitmen menjadi mitra kesehatan terpercaya yang menyediakan perlindungan kesehatan berkualitas melalui vaksin dan mengedukasi berbagai pihak mengenai pentingnya vaksinasi.
“Di kampanye #SantapAman, kami mengajak semua pihak agar senantiasa menjaga higienitas saat menyiapkan makanan, rutin mencuci tangan, dan selangkah lebih maju dengan memberikan perlindungan untuk diri serta keluarga dari risiko penularan penyakit melalui makanan dengan melakukan vaksinasi tifoid agar kita lebih tenang saat menyantap makanan favorit,” ungkap dr. Dhani.
Chef dan pecinta kuliner William Gozali yang akrab disapa Willgoz, yang turut hadir di acara kampanye tersebut menyampaikan bahwa untuk menjamin makanan yang akan ia olah aman, ia mengedepankan higienitas. Apalagi, ia kerap mencoba berbagai kuliner termasuk memasak menu baru yang sedang tren merupakan hal yang menyenangkan.
“Oleh karena itu, saya memastikan setiap tahapan proses pembuatan makanan atau minuman tetap mengutamakan higienitas. Hal ini selaras dengan Kampanye #SantapAman yang mengingatkan kita pentingnya vaksinasi tifoid agar kita bisa menikmati makanan dengan aman dan terhindar dari risiko penyakit demam tifoid,” ujar Willgoz.
Kampanye #SantapAman dilakukan melalui edukasi mengenai pentingnya perlindungan diri terhadap penyakit tifus di media dan media sosial @KenapaHarusVaksin. Vaksinasi tifoid dapat dilakukan di semua fasilitas kesehatan. Konsultasikan kepada dokter Anda untuk mendapatkan vaksinasi tifoid.
Testimoni
“Saya pernah mengalami tifus beberapa kali. Gejalanya demam, badan gemetar, lemas dan tidak ada nafsu makan. Yang saya ingat banget ketika saya sibuk bekerja, stres dan tidak menjaga asupan makanan, hingga semuanya terakumulasi dan saya ngedrop banget,” ujar Andien sebagai Content Writer kepada womanindonesia.co.id.
Dokter pun meyarankan dia untuk istirahat yang cukup dan mejaga pola makan sehat dan dibantu resep obat. “Badan harus istrahat total kuncinya. Makanan juga gak bisa sembarangngan misal pedas, dan saya juga minum madu agar untuk booster imun,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News