Kisah teladan 7 pemuda Ashabul Kahfi mempertahankan iman dari kekejaman Raja Dikyanus hingga ditidurkan oleh Allah dalam gua selama 309 tahun memberikan banyak hikmah bagi Muslim.
Mereka lari dari kekejaman Raja Dikyanus yang hendak membunuh karena dipaksa menyembahnya dan menyembah berhala di istananya. Kisah 7 pemuda Ashabul Kahfi itu terekam dalam Al Quran, Surat Al Kahfi ayat 9-25.
Nama 7 pemuda ashabul kahfi dan anjingnya yang beriman kepada Allah yakni, Maksalmina, Tamlikha, Martunus, Kastunus, Bairunus, Yathbunus dan Danimus. Sedangkan nama anjingnya yakni Qithmir. Pendapat lain seperti dari Syab Al-Jubai mengatakan bahwa nama anjing tersebut adalah Hamran. Namun, hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya.
Raja Dikyanus ini memimpin pada tahun 112 Masehi di masa pertengahan setelah era kerasulan Nabi Isa as dan sebelum krasulan Nabi Muhammad SAW.
Dikutip dari Buku Akidah Akhlak, Kemenag, dikisahkan bhawa Raja Dikyanus bersama bala tentaranya memaksa 7 pemuda Ashabul Kahfi untuk menyembahnya dan menyembah berhala-berhala di lingkungan istananya. Namun, 7 pemuda beriman ini tetap teguh pada pendiriannya kemudian Allah SWT menyelamatkan iman dan tauhid mereka dengan cara melarikan diri dari kekejaman Raja Dikyanus.
Kemudian Allah SWT Lalu mereka nantinya tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun.
Banyak yang berpendapat lokasi gua terdapat di Yordania di perkampungan Al-Rajib atau dalam Al Quran di sebut Al-Raqim, yang berjarak 1,5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman- Yordania. Raja Abdullah ke 2 (Raja Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan di muka gua Ashabul Kahfi masjid dan ma’had yang diberi nama “Masjid Ashabul Kahfi”.
Allah berfirman dalam Surah Al Kahfi [18] ayat 13-14:
حْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ
Artinya: Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. (QS. Al kahfi Ayat 13)
وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا
Artinya: “dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata:”Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Ilah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran. (QS. Al Kahfi Ayat 14).
Mulanya, Dikyanus ialah seorang penyembah berhala yang sangat fanatik. Ia menyebar mata-mata ke seluruh negeri Syam untuk mengetahui orang-orang yang tidak menyembah berhala. Jika ia menemukan orang yang tidak menyembah berhala seperti yang Dikyanus lakukan maka, ia mereka akan diseret ke hadapan Dikyanus. Mereka yang tidak menyembah berhala akan di seret ke alun-alun dan dipenggal di sana. Dikyanus ialah manusia dengan hati bagai batu.
Dia tertawa lebar menyaksikan jerit dan tangisan keluarga yang ditinggal dan disaksikan oleh seluruh penduduk Syam. Setiap kali kaisar Romawi mengabarkan bahwa ia sangat senang dengan kepemimpinan Dikyanus. Maka, Diqyanus segera menggelar pesta besar.
Suatu hari Dikyanus, mengadakan pesta pernikahan besar. Ia mengundang seluruh rakyatnya untuk hadir tanpa terkecuali. Seluruh penduduk diperintahkan agar menghias rumahnya dengan lampu-lampu yang cantik. Hari yang dinanti nati itu pun tiba.
Orang-orang berkumpul di sekitar istana yang dikelilingi sebuah parit yang sangat lebar. Mereka menari dan bernyanyi bersama. Sementara itu para menteri memadati istana. Tidak lama kemudian munculah Dikyanus dan mempelai wanitanya yang disambut meriah dengan sorak tepuk tangan.
Dikyanus kemudian duduk dengan khusuk di hadapan berhala yang berada di tengahtengah istanah. Suasana menjadi senyap. Dikyanus menyembah berhala itu lalu kemudian menyerahkan sesembahan lalu kembali bersujud pada patung yang terbuat dari emas itu.
Dia kemudian duduk dalam singgasananya menyaksikan para menteri dan rakyatnya yang silih berganti menyembah berhala. Tiba-tiba Dikyanus terlihat gugup dan gelisah. Dan berkata:
“Menteri, mana Martinus dan Nairawis? Tanpa mereka sadari Martinus dan Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta lebih awal. Martinus dan Nairawis adalah dua orang dari ketujuh Ashabul Kahfi.
Ketika Martinus pulang ke rumahnya ia langsung berhadapan dengan ayahnya dengan wajah merah padam. Martinus segera menghindar namun ayahnya menarik kerah bajunya dan memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya sewaktu berada di istana. Martinus kemudian mengurung diri di kamarnya, menangis terseduh-seduh.
Dia merasa diasingkan oleh seluruh penduduk negeri bahkan oleh ayahnya sendiri yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas, salah seorang menteri dari Dikyanus. Sedangkan, Nairawis ialah anak dari menteri kepercayaan Dikyanus yaitu Kaludius.
Sementara itu, di rumah Maksalmina, seorang pengikut ajaran Nabi Isa as, yang sangat tidak suka dengan pemerintahan Dikyanus tiba-tiba rumahnya diketuk. Maksalmina membukakan pintu. Ternyata yang ia temui ialah Martus, sahabat yang sepaham dengannya. Mereka berdialog dengan peristiwa yang baru saja menimpa negerinya.
Mereka berdua ialah orang-orang yang kehilangan orang yang mereka sayangi dari peristiwa tragis itu. Tidak lama mereka bercakap-cakap. Pintu rumah kembali diketuk. Ternyata mereka adalah Nairawis dan Dainamus.
Dainamus ialah seorang pedagang yang selalu tertindas dalam ketidak adilan oleh para pedagang besar orang-orang romawi. Mereka berempat terlibat dalam pembicaraan yang serius. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk lari dari kota yang penuh dengan kenistaan dan jauh dari Tuhan.
Keesokan harinya terdengar kabar bahwa putra dari Diqyanus tewas terbunuh di sungai. Pembunuhnya ialah Hawawi Narthusia seorang pengikut Nabi Isa As. Dia segera ditangkap dan disiksa di hadapan Diqyanus. Ketika sedang mengawasi penyiksaan ini. Mata-mata Dikyanus mengatakan kepada Diqyanus, “Tuan, aku pernah melihat pemuda ini bersama Martinus dan Nairawis beserta para pemuda lainnya. Aku khawatir mereka bersekongkol menyiapkan rencana licik ini. Mereka menyebarkan bahwa tuan adalah orang sesat kerena menyembah berhala.
Mereka juga mengatakan bahwa Anda kejam dan sewenang-wenang. Aku khawatir mereka berusaha menggulingkan Tuan dari jabatan terhormat ini” Mendengar perkataan ini, Diqyanus geram. “Pergi dan tangkap mereka sekarang juga, jangan kembali jika kau tidak berhasil menangkapnya! Diantara para pejabat Dikyanus, ada yang simpati terhadap nasib Martus dan Nairawis. Kabar ini pun tersampaikan ke telinga Martinus. Mereka berenam sepakat untuk melarikan diri ke negeri terdekat ar-Raqim.
Di sinilah cikal bakal pelarian pemuda Ashabul Kahfi dalam pelarian mereka kemudian beristirahat dalam sebuah gua. Dan tidak henti-hentinya meminta perlindungan kepada Allah Swt. Allah SWT, menjadikan gua ini tampak menyeramkan sehingga siapa pun yang medekati gua ini, akan terbersit ketakutan dan tak berani memasukinya.
Ketujuh pemuda dan seeokor anjing ini akhirnya tertidur selama 309 tahun, dengan izin Allah Swt. (QS. Al-Kahfi [18]: 25)
Allah SWT berfirman:
وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ وَازْدَادُوْا تِسْعًا
Artinya: Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (QS. Al Kahfi ayat 25).
Selama berada di tempat persembunyiannya di gua, ketujuh pemuda itu atas izin Allah ditidurkan selama 309 tahun.
Mereka kemudian dibangunkan oleh Allah dari tidurnya. Wajah mereka pun berseri-sering dan saling bertanya berapa lama tidur di gua. Sebagian dari tujuh pemuda itu lalu berkata bahwa hanya Allah yang tahu berapa lama mereka ditidurkan.
Setelah itu, mereka keluar dari gua dan mencari makan ke kota. Ketujuh pemuda itu kaget karena keadaan kota sudah berubah dan banyak orang yang sudah beriman kepada Allah SWT.
Selama 309 tahun berlalu dengan pemimpin yang silih berganti dan semuanya ialah orang yang amat kejam. Hingga akhirnya Allah Swt menunjukkan jalan. Tidak berapa lama kemudian, ketujuh pemuda itu meninggal dunia.
Negeri Syam yang kini bernama Yordania kini dipimpin oleh seorang pengikut Nabi Isa As yang memerintahkan rakyatnya agar menyembah Allah Swt. dan menghancurkan berhala. Ia juga berlaku adil dan sangat bijaksan. Negeri Syam kini menjadi negeri yang makmur dan rakyatnya terhindar dari kemiskinan.
Demikian kisah teladan 7 pemuda Ashabul Kahfi mempertahankan iman dari kekejaman Raja Dikyanus yang banyak mengandung hikmah.
Wallahu A’lam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News