WomanIndonesia.co.id – Hubungan antara ibu, ayah, dan juga mertua bisa dibilang cukup kompleks. Terlebih lagi ketika Anda sudah hamil juga memiliki anak. Sangat bisa dipahami jika orang tua memang memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak.
Di sisi lain, mertua dengan pengalamannya juga merasa memiliki keinginan untuk menjadikan sang cucu seperti yang diharapkannya. Kondisi seperti inilah yang terkadang menimbulkan permasalahan baru antara Anda dan mertua.
Bahkan, tak hanya ketika Anda sudah memiliki anak. Konflik antara menantu dan mertua juga bisa timbul sejak Anda menjalani program kehamilan atau hamil. Sekitar 65% dari 586 ibu yang sedang menjalani program kehamilan atau sedang hamil pun mengaku mengalaminya.
Ada pun tiga konflik utama yang sering muncul di masa ini antara lain: permintaan mertua kepada menantu untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai keinginan (30%); kritik mertua terhadap menantu (28%); dan intervensi mertua dalam keputusan untuk memilih layanan medis selama program kehamilan atau ketika menjalani kehamilan (15%).
Sementara itu, dari 527 ibu yang sudah memiliki anak, 58% di antaranya juga ternyata kerap mengalami konflik dengan mertua terkait pola pengasuhan.
Perbedaan pendapat tentang cara perawatan anak menjadi sumber masalah utama dari konflik antara Anda dan mertua. Diikuti dengan pola dan kebiasaan makan anak, kemudian waktu tidur anak.
Salah satu ibu yang mengalami kondisi ini ialah Putri. Dimulai sejak masa kehamilannya, Putri mengaku sang mertua terlalu banyak memberikan intervensi terkait pemilihan layanan medis, seperti dokter dan rumah sakit.
Tidak berhenti di situ, setelah Putri melahirkan, ia juga merasa bahwa sang mertua terlalu ikut campur dan banyak mengkritik tentang caranya dalam merawat anak.
“Kadang suka kesal sih, kayak ini kan anak aku, ya. Ya, walaupun memang baru anak pertama, aku masih belajar juga, tapi aku juga kan enggak asal-asalan. Maksudnya, kayak waktu aku menggendong anakku, aku juga akan memastikan kalau dia aman dan nyaman. Walaupun cara mertua berbeda dengan caraku, bukan berarti aku tidak bisa merawatnya,” aku Putri ketika diwawancarai Teman Bumil beberapa waktu lalu.
Menanggapi hal ini, Psikolog Ajeng Raviando menenekankan bahwa “happiness is compromising”. Artinya, jika Anda menginginkan kehidupan relasi dengan mertua terasa menyenangkan, maka semuanya harus dikompromikan. Beberapa pasangan mertua mungkin ada yang menyadari bahwa terdapat perbedaan pola asuh antara zamannya dan zaman sekarang. Sehingga mereka tidak ingin terlalu mengintervensi keputusan Anda dan suami dalam mengasuh si Kecil.
Di sisi lain, tak sedikit pula pasangan mertua yang justru memiliki pandangan sebaliknya. Jika sudah begini, mungkin akan timbul gesekan serta konflik antara Anda dan mertua seperti yang dialami Putri.
“Jika memang mertua tidak menyadari adanya perbedaan tersebut, sebagai menantu tidak ada salahnya untuk mengupayakan berkompromi dan berdiskusi demi tercipta keharmonisan. Tidak perlu langsung serta merta menolak omongan mertua, karena selain bisa menyakiti, mungkin omongan tersebut bisa berguna juga,” kata Ajeng.
Ajeng memberikan saran, misalnya jika ada webinar mengenai perawatan bayi, cobalah untuk mengajak mertua ikut serta di dalamnya. Dengan begini, mertua memperoleh pengetahuan baru dan melihat fakta akan adanya perbedaan pola pengasuhan yang Mums maksud. Alih-alih mertua merasa digurui oleh menantu, Mums dan mertua juga bisa berkompromi mengenai pola asuh apa yang memang cocok untuk diterapkan.
Baca artikel tentang konflik dengan mertua dalam hal pola asuh anak dan peran ayah dalam pola asuh anak
Suami, Penghubung antara Mums dan Mertua Ketika Timbul Konflik
“Yang penting itu, bersyukur dan pandai melihat apa yang bisa kita syukuri. Kedua, jangan mudah emosi negatif. Ketiga, perlu diingat kalau semua masalah tidak akan selesai dalam waktu singkat, Memang butuh proses dan kita harus yakin bahwa lama-lama kita bisa solving the problem juga selama kita mengupayakan cara penyelesaiannya,” tambah Ajeng.
Berada dalam situasi konflik dengan mertua memang terasa sangat tidak nyaman. Meski kebanyakan Anda akan mengungkapkannya kepada suami. Tetapi ada pula ibu yang justru memilih untuk diam dan memendamnya sendiri.
Menurut Ajeng, mengungkapkan keresahan ibu terkait konflik dengan mertua adalah cara yang paling efektif dalam menjaga hubungan tetap harmonis. Dengan mengutarakannya, suami bisa membantu menjadi penghubung dan memberikan saran untuk menyelesaikan konflik. Hal ini mengingat suami sebagai anak kandung pasti akan lebih memahami karakteristik dan kebiasaan orang tuanya.
Di sisi lain, sebagai pasangan, Mums juga harus bisa memandang dari ‘kacamata’ suami. Di mana ia berada di antara Anda dan orang tuanya. Hal ini tentu bukan hal mudah bagi suami, sehingga jika Anda juga terlalu menyudutkan pasangan karena perilaku mertua, bisa jadi justru timbul masalah baru lagi dalam rumah tangga Anda.
“Kadang kala yang jadi posisi sandwich kan pasangan (suami), antara istri atau orang tua. Itulah yang harus disadari dulu. Ketika sudah menyadari, pada akhirnya kita bisa saling toleransi, dan komitmen jadi keluarga yang bahagia,” tutup Ajeng.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News