WomanIndonesia.co.id – Sebanyak 10,9 per 1.000 penduduk Indonesia mengalami stroke per 2018. Angka ini menurun dari lima tahun sebelumnya, 12,10 per 1.000 penduduk dan meningkat dibandingkan tahun 2007, yakni 8,3 per 1.000 penduduk.
Penderita stroke baru (2019) sebanyak 14,5 juta, yang meninggal 5,5 juta. Dan saat ini sebanyak 80 juta penduduk dunia menderita stroke.
Stroke terjadi karena adanya gangguan aliran darah ke bagian otak. Bila ada daerah otak yang kekurangan pasokan darah secara tiba-tiba dan penderitanya mengalami gangguan sistem syaraf sesuai daerah otak yang terkena.
Bentuknya dapat berupa lumpuh sebelah (hemiplegia), berkurangnya kekuatan sebelah anggota tubuh (hemiparesis), gangguan bicara, gangguan rasa (sensasi) di kulit sebelah wajah, lengan atau tungkai.
Dr. Sukono Djojoatmodjo, Sp.S , Direktur Klinik Wijaya mengungkapkan bahwa stroke penting dibahas, karena stroke penyebab kecacatan urutan pertama, penyebab kematian urutan kedua namun dapat dicegah.
“Dengan mencegah faktor risiko, 90 persen kejadian stroke dapat dicegah,” kata dr. Sukono pada acara peringatan World Stroke Day 2019 di Klinik Wijaya Pusat Terapi Robotik Pasca Stroke yang berlokasi di JL Wijaya, Jakarta, Minggu (3/11).
Penderita stroke yang hidup, kata dr. Sukono akan mengalami kecacatan fisik, gangguan komunikasi, kemampuan berfikir menurun, kehilangan pekerjaan dan kehidupan sosial.
Meskipun tidak menular, penyakit ini memiliki peningkatan yang sangat signifikan bagi para penderitanya. Penderita stroke pun kini bergeser berdasarkan usia. Kalau dahulu, penyakit stroke sering menyerang orang di usia lanjut, namun saa inibisa menyerang usia muda. Salah satu pemicunya adalah lifestyle yang tidak sehat.
Pemicu stroke sendiri paling banyak dialami kalangan muda, dengan kelompok berisiko seperti penderita hipertensi, kencing manis, obesitas, hyperurecemia dan perokok.
Hidroterapi
Seiring berkembangnya teknologi kesehatan, intervensi untuk penyakit stroke pun semakin berkembang. Ada banyak pengobatan dan terapi untuk penderita stroke salah satunya adalah hidroterapi atau terapi air yang ditawarkan oleh Klinik Wijaya.
Lebih lanjut dr. Sukono menerangkan bahwa banyak keuntungan yang bisa pasien stroke dapatkan ketika melakukan terapi ini. Misalnya saja pasien tidak memiliki hambatan ketika melakukan gerakan-gerakan yang menyulitkannya.
“Pasien akan merasa lebih rileks berada di air dengan suhu 3 derajat, suasana juga lebih nyaman. Mereka lebih mudah mobilisasi di bagian-bagian tertentu,” ujarnya.
Namun, lanjut ia teknik terapi bukan mengajak pasien untuk berenang. Tapi lebih untuk melakukan gerakan-gerakan di dalam air. “Kita pakai media air, membuat pasien lebih rileks,” ucapnya.
Selain itu, hidroterapi ini juga sebagai membantu keseimbangan dan streching atau pemanasan untuk pasien. Nantinya setiap pasien akan diberikan pelampung untuk keseimbangan. Di kolam dengan kedalaman sekitar satu meter ini, pasien akan dilatih selama 40 menit.
Sebagai komitmen Klinik Wijaya sebagai Pusat Terapi Robotik Pasca Stroke secara resmi meluncurkan pusat Informasi & Tanya jawab seputar masalah stroke yang dapat diakses oleh masyarakat awam melalui hotline nomor whatsapp 08118112216.
Klinik Wijaya merupakan klinik rehabilitasi stroke pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi robotik, berdiri sejak tahun 2000 dan telah melayani lebih dari 3.000 pasien. Memiliki visi menjadi Klinik Rehabilitasi Medik dengan teknologi yang terdepan. Dengan misi menyediakan teknologi robotik untuk mendukung proses rehabilitasi lebih efektif menyenangkan serta berfokus pada patient safety.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News