Har Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi (Zeven Provincien) merupakan salah satu kejadian penting bagi sejarah Indonesia yang diperingati setiap tanggal 5 februari.
Womanindonesia.co.id – Hari Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi (Zeven Provincien) diperingati tanggal 5 Februari setiap tahunnya. Ini merupakan hari peringatan atas pemberontakan ‘Kapal Tujuh Provinsi’ merupakan pemberontakann anti kolonial pertama yang dilakukan oleh prajurit laut Indonesia. Hari peristiwa kapal tujuh Provinsi ini pastinya tidak terlepas dari sejarah. Yuk simak sejarahnya berikut ini.
Sejarah Har Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi
Melansir dari tirto.id, Sejarah peristiwa Kapal Tujuh Provinsi terjadi tanggal 5 Februari 1933 dini hari di pantai lepas Sumatera ketika Indonesia masih diduduki oleh pemerintah kolonial Hinda Belanda. Terjadi “pemberontakan” atau perlawanan dari awak kapal perang “De Zeven Provincien” milik pemerintah kolonial.
Aksi perlawanan di atas bahtera dalam pelayaran menuju Surabaya dengan upaya pengambil-alihan kemudi itu terjadi karena diturunkannya upah para awak kapal sebesar 17 persen. Terdapat latar belakang mengapa peristiwa tersebut terjadi hingga menjadi sorotan dalam sejarah Indonesia.
“De Zeven Provincien” digambarkan sebagai kapal perang terbesar milik Pemerintah Hindia Belanda. Bahtera ini difungsikan sebagai tempat karantina sejumlah marinir, baik dari bangsa Eropa, Belanda, juga bumiputera atau pribumi alias orang Indonesia.
Dalam Rondom de Muiterij op De Zeven Provincien (1934), J.C. Mollema menerangkan bahwa kapal tempur tersebut juga digunakan sebagai tempat pelatihan para marinir pribumi yang telah selesai studinya di Pendidikan Dasar Pelaut Bumiputera (Kweekschool voor Inlandse Schepelingen), Makassar.
Menurut J.C.H Blom dan Touwen Bouwsma dalam De Zeven Provincien: Ketika Kelasi Indonesia Berontak 1933 (2015), di kapal tersebut terdapat beberapa orang Indonesia, yakni Paradja, Rumambi, Gosal, dan Kawilarang. Mereka bisa disebut sebagai para tokoh utama yang memprakarsai terjadinya peristiwa Kapal Tujuh Provinsi.
Penurunan gaji pegawai tersebut merupakan upaya pemerintah Hindia Belanda untuk mengurangi defisit anggaran belanja akibat depresi ekonomi yang melanda dunia pada saat itu.
Namun keputusan tersebut mendapat tantangan hebat dari semua pihak, baik pegawai berkebangsaan Eropa, Indonesia maupun Eurasia yang ada di pemerintahan Hindia Belanda. Pemberontakan di atas kapal Zeven Provincien tersebut di atasi dengan cara pengeboman kapal tersebut oleh pesawat udara angkatan laut Belanda.
Setelah kejadian tersebut, banyak awak kapal yang meregang nyawa. Namun, Kawilarang saat itu selamat beserta beberapa orang lainnya meksipun akhirnya ditangkap.
Hukuman yang diberikan kepada Kawilarang adalah penjara 18 tahun. Mereka yang tewas dimakamkan di Pulau Mati, Kepulauan Seribu. Nantinya, jenazah mereka dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Kawilarang masuk Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Ia gugur saat menjalankan tugas di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News