Hari Peduli Autisme Sedunia atau Autism Awareness Day diperingati setiap tahunnya di seluruh dunia pada tanggal 2 April.
Womanindonesia.co.id – Peringatan ini digagas dan disahkan oleh PBB untuk mengingatkan perlunya kesadaran dan dukungan dari masyarakat atas hak orang dengan autisme untuk mampu menentukan arah perkembangan dirinya sendiri, mandiri dan otonomi, mengakses pendidikan dan pekerjaan dengan azas kesetaraan.
Sejarah Hari Peduli Autisme Serdunia
Sepanjang sejarahnya, keluarga Perserikatan Bangsa-Bangsa telah merayakan keragaman dan mempromosikan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas, termasuk perbedaan belajar dan disabilitas perkembangan. Pada tahun 2008, Konvensi Hak Penyandang Disabilitas mulai berlaku, menegaskan kembali prinsip dasar hak asasi manusia universal untuk semua.
Tujuannya adalah untuk mempromosikan, melindungi dan memastikan penikmatan penuh dan setara semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar oleh semua penyandang disabilitas, dan untuk mempromosikan penghormatan atas martabat yang melekat pada mereka.
Ini adalah alat penting untuk mendorong masyarakat yang inklusif dan peduli untuk semua dan untuk memastikan bahwa semua anak dan orang dewasa dengan autisme dapat menjalani kehidupan yang penuh dan bermakna.
Majelis Umum PBB dengan suara bulat mendeklarasikan 2 April sebagai Autism Awareness Day ( A/RES/62/139 ) untuk menyoroti perlunya membantu meningkatkan kualitas hidup penyandang autisme sehingga mereka dapat menjalani kehidupan yang utuh dan bermakna sebagai bagian integral dari masyarakat.
Autism adalah kondisi neurologis seumur hidup yang bermanifestasi selama masa kanak-kanak awal, terlepas dari jenis kelamin, ras atau status sosial ekonomi. Istilah Spektrum Autism mengacu pada berbagai karakteristik. Dukungan yang tepat, akomodasi dan penerimaan variasi neurologis ini memungkinkan mereka yang berada di Spectrum untuk menikmati kesempatan yang sama, dan partisipasi penuh dan efektif dalam masyarakat.
Autism terutama dicirikan oleh interaksi sosialnya yang unik, cara belajar yang tidak standar, minat yang tajam pada mata pelajaran tertentu, kecenderungan pada rutinitas, tantangan dalam komunikasi yang khas, dan cara-cara tertentu dalam memproses informasi sensorik.
Tingkat autism di semua wilayah di dunia tinggi dan kurangnya pemahaman memiliki dampak yang luar biasa pada individu, keluarga dan komunitas mereka.
Stigmatisasi dan diskriminasi yang terkait dengan perbedaan neurologis tetap menjadi hambatan substansial untuk diagnosis dan terapi, masalah yang harus ditangani oleh pembuat kebijakan publik di negara berkembang, serta negara donor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News