Hari Diabetes Sedunia diperingati pada Senin 14 November 2022. Dalam rangka memperingati hari diabetes sedunia, P&G Health Indonesia meluncurkan NEUROMETER untuk deteksi dini risiko neuropati.
Womanindonesia.co.id – Di Indonesia, jumlah orang dengan diabetes terus meningkat dari 10,7 juta pada 2019 menjadi 19,5 juta pada tahun 2021 naik dari peringkat tujuh ke peringkat lima untuk jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia.
Orang dengan diabetes umumnya juga mengalami neuropati diabetik, yaitu kerusakan saraf tepi yang ditandai dengan gejala seperti kebas, kesemutan, rasa tertusuk-tusuk, hingga sensasi panas atau terbakar. Ini sejalan dengan data yang menjelaskan bahwa 50% orang dengan diabetes (1 dari 2 pasien diabetes) menderita Neuropati Perifer yang merupakan salah satu faktor yang mengganggu kualitas hidupnya.
Menurut International Diabetes Federation (IDF) Atlas edisi ke-10, saat ini setidaknya satu dari 10 orang atau sebanyak 537 juta orang di dunia hidup dengan diabetes. Apabila tidak ada intervensi, angka ini diproyeksikan akan meningkat, mencapai 643 juta pada tahun 2030 dan 784 juta pada tahun 2045.
Diabetes merupakan penyebab utama dari neuropati perifer dimana pertambahan jumlah penderita neuropati perifer seiring dengan bertambahnya jumlah orang dengan diabetes.
Diabetes dan Risiko Komplikasi
Sekretaris Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), DR. Dr. Wismandari, SpPD, K-EMD menjelaskan, diabetes adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal.
Permasalahan yang ada saat ini terkait penyakit diabetes adalah sebagian besar (sekitar tiga diantara empat orang) penderita diabetes tidak menyadari kalau dirinya menderita penyakit diabetes dan kurangnya kesadaran terhadap kontrol berkala.
Orang dengan diabetes memiliki risiko komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, arteri perifer, retinopati diabetik, nefropati diabetik dan neuropati.
Komplikasi diabetes, selain dapat menimbulkan kematian, juga dapat mengurangi kualitas hidup, contohnya gangguan neuropati diabetik yang dapat membuat penderita tidak menyadari bila ada luka pada tubuhnya.
“Oleh karena itu, orang dengan diabetes harus teratur melakukan konsultasi atau kontrol ke dokter, patuh pada rekomendasi penanganan yang diberikan oleh dokter dan melakukan deteksi dini risiko penyakit penyerta.”
Hari Diabetes Sedunia 2022: Deteksi Dini dengan NEUROMETER
Sebagai mitra dari International Diabetes Federation (IDF), P&G Health berkomitmen mendukung Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pemahaman mengenai diabetes dan komplikasinya termasuk neuropati perifer dan kerusakan saraf.
“Dan sebagai bagian dari upaya ini, dalam rangka World Diabetes Day, kami meluncurkan kampanye ‘Hidup Bebas Tanpa Kebas dan Kesemutan’ dan memperkenalkan aplikasi penilaian risiko neuropati pertama di Indonesia, NEUROMETER, yang dapat memberikan informasi dan alat deteksi dini yang mudah digunakan untuk mendukung penanganan neuropati perifer yang cepat,” kata General Manager Personal Healthcare, P&G Health Indonesia, Maithreyi Jagannathan di Jakarta, Rabu (9/11).
Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, dr. Esti Widiastuti M, MScPH mengatakan, peningkatan angka orang dengan diabetes sangatlah memprihatinkan. Untuk itu, Pemerintah mengupayakan pengendalian penyakit diabetes sekaligus penyakit penyertanya, seperti neuropati diabetik.
Pada neuropati diabetik, pemerintah bekerjasama dengan organisasi profesi telah menyusun upaya tata laksana mengurangi nyeri karena neuropati diabetik. Nyeri neuropati diabetik kerap menimbulkan keluhan tidak hanya fisik, namun juga memengaruhi mood dan kualitas hidup penderita diabetes.
Nyeri yang berlangsung kronik bahkan dapat menyebabkan timbulnya keluhan depresi. Dengan tata laksana ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup orang dengan diabetes.
“Kami mengapresiasi inisiatif P&G Health atas komitmen terus-menerus dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dengan edukasi neuropati dan kesehatan saraf secara umum, juga pentingnya deteksi dini yang dapat diakses dengan aplikasi NEUROMETER untuk menilai tingkat risiko neuropati,” ujarnya.
Gejala Neuropati
Dokter Spesialis Saraf, DR. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, M.Kes,Sp.S menjelaskan, “Rasa kebas, kesemutan, rasa seperti tertusuk, dan sensasi panas atau terbakar di tangan dan kaki merupakan gejala umum dari neuropati yang dapat memengaruhi kualitas hidup pasien. Kerusakan saraf dapat bersifat irreversible jika lebih dari 50% serabut saraf telah rusak.
Untuk itu, deteksi dan penanganan sedini mungkin sangat penting dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi vitamin B neurotropik yang telah terbukti efektif menurunkan gejala neuropati diabetik sebesar 66% berdasarkan Studi Klinis 2018 NENOIN.
Berdasarkan Studi Klinis 2018 NENOIN, mengonsumsi satu tablet berisi Vitamin B1 (100mg), B6 (100mg) dan B12 (5000mg) selain dapat mengurangi gejala neuropati secara efektif, juga terbukti aman digunakan dalam jangka panjang oleh orang dengan diabetes.
Brand Director Personal Healthcare P&G Health Indonesia, Anie Rachmayani mengatakan, kampanye “Hidup Bebas Tanpa Kebas dan Kesemutan” terdiri dari berbagai kegiatan seperti seminar, pelaksanaan Neuropathy Check Point di delapan titik di Jakarta & sekitarnya, dan edukasi awam melalui media sosial dan peluncuran NEUROMETER, aplikasi penilaian risiko neuropati pertama di Indonesia, yang dapat diakses melalui akun Instagram Neurobion, yakni @Neurobionid. NEUROMETER berisi beberapa pertanyaan yang dapat menilai risiko seseorang terhadap neuropati.
Aplikasi berbasis web ini bukan merupakan alat diagnosis mandiri dan tidak menggantikan diagnosis medis. Namun, hasil dari penilaian risiko ini dapat membantu untuk dapat berkonsultasi lebih lanjut ke dokter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News