Womanindonesia.co.id – Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) diperingati setiap tahunnya pada tanggal 5 November. Peringatan HCPSN sendiri pertama kali digagas pada tahun 1993 oleh Presiden Soeharto dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional.
HCPSN memiliki tujuan untuk meningkatkan perlindungan dan pelestarian flora dan fauna serta untuk menumbuhkembangkan kepedulian, rasa cinta dan kebanggaan terhadap flora dan fauna Indonesia.
Sejarah Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN)
Sejarah Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) adalah berdasarkan Keppres No. 4 Tahun 1993 yang ditandatangani oleh Presiden Soeharto. Melalui Keppres tersebut, maka ditetapkan setiap pada tanggal 5 November memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional.
Melalui sambutan Presiden Soeharto pada Upacara Pencanangan Tahun Lingkungan Hidup tanggal 10 Januari 1993 di Jakarta, seperti dikutip dari buku Mimbar kekaryaan ABRI, Presiden Soeharto menyampaikan pesan tentang tujuan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional sebagai berikut.
“Untuk terus menerus meningkatkan diri kita agar kita selalu menjaga kelestarian fungsi lingkungan, maka kita telah menetapkan satu hari dalam setahun sebagai hari yang menggugah kesadaran dan kecintaan kita semua pada puspa tanaman dan satwa alam kita. Untuk itu saya menetapkan tanggal 5 November sebagai Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional.” kata Presiden Soeharto.
Manfaat Memiliki Tanaman di Rumah dan Halaman
Membersihkan udara
Sama dengan manusia, tumbuhan juga bernapas dengan menyerap karbon dioksida, kemudian melepaskan oksigen segar ke udara.
Menurut penelitian dari National Aeronautics and Space Administration (NASA) – lembaga pemerintah milik Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas program luar angkasa tanaman cukup efektif menghilangkan racun di udara, bahkan beberapa tanaman memiliki kemampuan menghilangkan hingga 87 persen racun di udara hanya dalam waktu 24 jam.
Tanaman tidak dapat menggantikan filter udara bersih di rumah, tetapi dapat membantu memastikan udara yang Anda hirup sebersih mungkin.
Memberikan Suasana Rindang
Manfaat tanaman bagi lingkungan rumah yang secara nyata kita rasa adalah suasana rindang ‒ khususnya jika menanam tanaman besar. Rimbun tanaman rumah memberikan suasana yang berbeda, rindangnya memberikan ketenangan pada rumah dan penghuninya. Tanaman yang ditanam dapat menyaring udara kotor dan menghadirkan udara sejuk.
Mempercantik lingkungan rumah
Manfaat menanam tanaman disekitar rumah yang bisa kita dapat lainnya adalah dapat mempercantik dan sebagai dekorasi rumah. Tanaman yang dapat ditanam tidak selamanya tumbuhan buah atau pohon-pohon besar.
Tanaman hias, bunga, dan beberapa tumbuhan lain yang berukuran kecil juga dapat ditanam. Bagi yang tidak memiliki tempat untuk menanam tanaman, tidak perlu khawatir.
Di era sekarang yang jumlah penduduk semakin banyak dan lahan untuk membangun rumah semakin minimal, banyak sekali hunian yang tidak memiliki halaman.
Untuk tetap memiliki tumbuhan disekitar rumah, kita dapat mengakalinya dengan menggantung pot-pot tumbuhan atau menempelkannya pada dinding yang terdapat trails sebagai tempat menempelkan pot Tips dan Hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Merawat dan Menanam Bunga Gantung.
Meningkatkan produktivitas dan fokus
Selain efek psikologis di atas, adanya tanaman di dalam rumah dapat membentuk interaksi antara alam dan manusia, sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan fungsi memori. Hal ini juga bisa berdampak pada meningkatnya produktivitas dan fokus.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa manfaat tanaman di dalam rumah memungkinkan pemiliknya berpikir lebih jernih dan kreatif.
Mengurangi stres dan kecemasan
Selain meningkatkan suasana hati, tanaman juga dapat mengurangi stres dan kecemasan. Dalam sebuah penelitian di Jepang, peserta yang menyimpan tanaman kecil di meja mereka melaporkan tingkat stres dan kecemasan jauh lebih rendah setelah periode empat minggu.
Selama waktu itu, mereka mengambil istirahat tiga menit ketika merasakan tanda-tanda stres dan berinteraksi dengan tanamannya. Sekitar 27 persen dari peserta tersebut juga mengalami penurunan denyut nadi yang signifikan, yang merupakan tanda kuantitatif pengurangan stres.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News