Patria Mercedes Mirabal Reyes, Maria Argentina Minerva Mirabal Reyes dan Antonia Maria Teresa Mirabal Reyes terlibat dalam berbagai aktivitas rahasia demi melawan kediktatoran Presiden Republik Dominika Rafael Trujillo.
Womanindonesia.co.id – Hari Anti kekerasan Terhadap Perempuan atau International Day for the Elimination of Violence against Women diperingati pada tanggal 25 November setiap tahunnya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan didasarkan pada keprihatinan atas kekerasan yang dialami oleh kaum perempuan.
Sejarah Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Melansir dari History, peringatan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan tanggal 25 November bertepatan dengan hari terbunuhnya Mirabal bersaudara, yakni Patria, Minerva, dan Maria Teresa pada 1960. Mereka adalah aktivis yang berani menentang kediktatoran penguasa Republik Dominika saat itu, yaitu Rafael Trujilo. Malangnya, mereka dibunuh oleh kaki tangan Trujilo karena dianggap merecoki kekuasaannya.
Tanggal 25 November kemudian dideklarasikan sebagai Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan pada 1981 saat Kongres Perempuan Amerika Latin yang pertama. Sejak saat itu, negara-negara Amerika Latin merayakan Hari Anti Kekerasan Terhadap Permpuan setiap 25 November. Dengan demikian, tiap tahun, tanggal 25 November dimanfaatkan untuk mengajak dan menyerukan perlawanan terhadap isu kekerasan terhadap perempuan.
Tokoh di Balik Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Di balik peringatan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, ada tokoh perempuan yang berjasa. Patria Mercedes Mirabal Reyes, Maria Argentina Minerva Mirabal Reyes dan Antonia Maria Teresa Mirabal Reyes terlibat dalam berbagai aktivitas rahasia demi melawan kediktatoran Presiden Republik Dominika Rafael Trujillo.
Di bawah kepemimpinan Trujillo, Republik Dominika berada dalam masa kegelapan. Setidaknya lebih dari 50 ribu orang kehilangan nyawanya akibat perintah sang El Jefe (sebutan Trujillo yang berarti sang Ketua).
Melihat kepemimpinan El Jefe yang kejam, banyak pergerakan di Republik Dominika yang berusaha menggulingkannya. Salah satunya adalah perjuangan kakak-adik Kupu-Kupu.
Ketiganya sebenarnya masih memiliki saudari bernama Dede Mirabal, namun ia tidak terlibat dalam aktivitas trio Kupu-Kupu. Kakak-adik Mirabal lahir dari keluarga petani dan dibesarkan di lingkungan ekonomi menengah. Kakak-adik Kupu-Kupu merupakan perempuan-perempuan yang cerdas mengingat ketiganya mengenyam pendidikan formal, kecuali Dede yang memilih untuk mengurus rumah.
Anak tertua, Patria lahir pada 1924. Ketika masih remaja, orangtuanya menyekolahkan Patria di sekolah Katolik, Colegio Inmaculada Concepcion. Pada usia 17 tahun, Patria keluar dari sekolah tersebut dan menikahi seorang petani, Pedro Gonzales. Dengan bantuan Gonzales, Patria menapaki langkah kakinya dalam perjuangannya melawan rezim Trujillo.
Maria merupakan anak ketiga dari keluarga Reyes. Ia lahir pada 1926 dan ketika ia berusia 12 tahun, Maria ikut bersama Patria untuk mengenyam pendidikan di Colegio Inmaculada Concepcion. Lulus dari sekolah Katolik tersebut, Maria melanjutkan studinya dengan berkuliah di Universitas Santo Dominingo. Di sana ia mengambil jurusan hukum.
Pada 1949, Maria sempat didekati oleh Trujillo hingga sang El Jefe mengajaknya untuk menjalin asmara. Ia pun menolak pendekatan tersebut dan memicu terhambatnya karier Maria di dunia hukum.
“Bagaimana jika saya mengirim orang-orang saya untuk menakklukan Anda?” tanya Trujillo kepada Maria. Tak gentar, Maria merespons pertanyaan itu dengan tantangan, “Dan bagaimana jika saya yang menaklukkan orang-orang Anda?”
Suami Maria yang ia temui ketika masih berkuliah, Manuel Tavarez Justo, terus mendukung dan membantu Maria dalam perjuangan melawan kediktatoran di Republik Dominika. Di antara ketiga kakak-adik Kupu-Kupu, Maria merupakan aktivis yang paling aktif dan menjadi pelopor dalam perjuangan melawan Trujillo.
Karena aktivitasnya, Trujillo kerap mengeluarkan perintah penahanan Maria. Namun ia bergeming. Bahkan tekad kuat Maria menjadi motivasi yang membuat Patria dan Antonia bergabung dalam perjuangan saudari mereka. Motivasi ketiganya semakin kuat setelah melihat kediktatoran Trujillo yang menyebabkan banyaknya korban.
Kakak-Adik Kupu-Kupu membentuk kelompok bernama Gerakan 14 Juni untuk melawan rezim Trujillo. Nama itu dipilih karena Patria pernah menjadi saksi mata dalam pembantaian yang dilakukan oleh anak buah Trujillo pada 14 Juni.
Dari mulai pembagian pamflet hingga ikut unjuk rasa terbuka, dilakukan oleh ketiganya tanpa takut akan tekanan dari sang El Jefe. Sayangnya nasib nahas menimpa ketiganya pada 25 November 1960. Pada saat itu ketiganya diculik, disiksa hingga dipukuli sampai meninggal dunia oleh anak buah Trujilo. Jenazah ketiganya kemudian diletakkan kembali di mobil milik mereka dan dibuat layaknya mereka tewas akibat kecelakaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News