Womanindonesia.co.id – Harga pasar dunia untuk minyak turun sekitar satu persen pada Senin (27 Februari) waktu AS. Permintaan minyak kemungkinan akan membebani risiko kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed) AS.
Data ekonomi AS yang kuat membuat investor bersiap untuk kenaikan suku bunga bank sentral untuk memerangi inflasi yang dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Namun, penurunan harga dibatasi oleh masalah pasokan minyak setelah Rusia menangguhkan ekspor ke Polandia melalui jalur pipa utama.
Brent berjangka turun 71 sen, atau 0,9 persen, menjadi $82,45 per barel, menurut Reuters.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 64 sen, atau 0,8 persen, menjadi $75,68.
Ketegangan yang meningkat antara China dan AS, memicu kekhawatiran tentang permintaan minyak global, memukul pasar saham di China dan Hong Kong.
Minggu lalu, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan bahwa China belum mulai memberikan bantuan mematikan ke Rusia untuk melawan Ukraina.
Harga minyak juga didorong oleh data dari Amerika Serikat. Administrasi Informasi Energi, yang melaporkan pekan lalu bahwa persediaan minyak mentah domestik Paman Sam naik ke level tertinggi sejak Mei 2021.
Selain itu, sebagian besar analis percaya bahwa larangan UE untuk mengangkut minyak Rusia melalui laut dan membatasi harga internasional berdampak kecil pada pasokan global.
“Produksi minyak Rusia telah mengalahkan ekspektasi dalam beberapa bulan terakhir karena pelonggaran sanksi UE-AS,” kata Bank of America dalam sebuah pernyataan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News