WomanIndonesia.co.id – Kanker ovarium merupakan penyebab kematian nomor 8 akibat kanker pada perempuan di seluruh dunia. Di Indonesia, kanker ovarium berada di peringkat 3 dari sisi insiden dan tingkat kematian untuk penyakit kanker pada perempuan.
Dokter Spesialis Onkologi dan Ginekologi Konsultan Pungky Mulawardhana menerangkan bahwa kanker ovarium jarang ditemukan pada stadium awal karena berkembang secara tersembunyi dan hampir tidak bergejala. Bila timbul gejala klinis, umumnya merupakan akibat dari pertumbuhan, perkembangan, serta komplikasi yang sering timbul pada tingkat stadium lanjut.
Saat keadaan sudah pada stadium yang lanjut, kanker akan sulit untuk disembuhkan. Operasi dan kemoterapi adalah penanganan yang umum dilakukan untuk kanker ovarium.
“Pada kanker ovarium stadium awal, di mana penyakit ini masih terbatas di ovarium, penanganan dan pengobatan memiliki kemungkinan besar untuk berhasil,” kata dr. Pungky pada peluncuran virtual Kampanye 10 Jari untuk Mengenal Faktor Risiko dan Deteksi Dini Kanker Ovarium oleh AstraZeneca bekerjasama dengan Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI) dan Indonesian Cancer Information & Support System (CISC) Sabtu (29/5).
Ketua Indonesian Cancer Information & Support System (CISC), Aryanthi Baramuli Putri mengatakan, informasi merupakan hal penting dalam kanker ovarium. Perempuan Indonesia perlu mengetahui bahwa dengan deteksi dini, mengenali faktor risiko dan menyadari gejalanya, mereka memiliki peluang lebih baik untuk memiliki harapan hidup yang lebih baik.
CISC sebagai komunitas kanker yang berpusat di Jakarta dan berdiri sejak tahun 2003, berkomitmen dalam memberikan dukungan serta layanan informasi pada masyarakat kanker dan awam menuju Indonesia Peduli Kanker.
Sudah merupakan bagian dari visi CISC untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker dan pentingnya deteksi dini serta menyediakan informasi yang tepat dan terkini tentang kanker. “Kampanye 10 Jari ini akan menjadi informasi yang penting dan mudah dipahami serta dapat disebarluaskan ke masyarakat Indonesia,” kata Aryanthi.
Pandemi COVID-19 telah membuat perawatan kanker secara global sangat terganggu. Hal ini memberikan dampak yang signifikan terhadap prospek untuk melakukan diagnosis dini guna mendapatkan hasil yang lebih baik pasien. Bukti baru menunjukkan bahwa rujukan di seluruh dunia telah berkurang sebanyak 80%.
Penyintas Kanker Ovarium, Shahnaz Haquen terdiagnosa kanker ovarium tahun 1998 ketika usia 26 tahun. Kanker ovariumnya dapat ditangani dengan baik salah satunya karena terdeteksi sejak dini.
Memperhatikan dan melakukan pengecekan terhadap 10 hal dalam Kampanye 10 Jari merupakan upaya penting agar perempuan Indonesia bebas dari ancaman kematian akibat kanker ovarium.
“Saya mengajak perempuan Indonesia untuk membekali diri dengan informasi dari sumber yang tepercaya, salah satunya dari informasi dalam Kampanye 10 Jari,” kata Shahnaz.
Di tahun 2020, diagnosa penyakit kanker turun sekitar 40% dan kemungkinan lebih buruk lagi dengan berlanjutnya situasi pandemi saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News