Womanindonesia.co.id – Badan pengungsi UNHCR memperkirakan bahwa lebih dari lima juta warga Suriah telah kehilangan rumah mereka setelah gempa dahsyat melanda pada Senin (6/2).
Menurut perkiraan awal, 5,37 juta orang di seluruh Suriah yang terkena dampak gempa membutuhkan bantuan dan perlindungan.
“UNHCR sangat memperhatikan tempat penampungan dan fasilitas pendukung, memastikan tempat penampungan kolektif bagi pengungsi memiliki fasilitas yang memadai seperti tenda, selimut plastik, selimut termal, alas tidur, pakaian musim dingin, dll,” kata Sivanka Dhanapala, perwakilan UNHCR di Suriah.
Bagi Suriah, menurut Dhanapala, situasi ini berarti “krisis di dalam krisis”. Pasalnya, negara tersebut masih menghadapi gangguan ekonomi, Covid-19 dan puncak musim dingin serta badai salju yang ganas.
Dia juga mengingatkan bahwa sejak dimulainya perang saudara yang berkecamuk di Suriah pada 2011, 6,8 juta orang telah mengungsi.
“Semua ini pasti akan mempengaruhi ketersediaan bantuan,” kata Dhanapala.
“Jalan rusak dan menghalangi kami menjangkau orang. Ini sangat-sangat sulit,” lanjutnya.
Gempa kuat bermagnitudo 7,7 mengguncang Turki dan Suriah pada Senin pagi pukul 04:17 waktu setempat. Gempa tersebut dianggap yang terkuat dalam 100 tahun sejak 1939.
Korban tewas dalam gempa dahsyat yang melanda Turki dan Suriah Sabtu dini hari adalah 23.726.
Respon Menkes Turki terhadap gempa
Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca mengatakan jumlah korban tewas di negaranya telah meningkat menjadi sedikitnya 20.213 orang dan 80.052 lainnya luka-luka.
Pada saat yang sama, total korban tewas akibat gempa bumi di Suriah setidaknya mencapai 3.384 orang.
White Helmets, sebuah kelompok sukarelawan Suriah, mengatakan total korban tewas di daerah yang dikuasai pemberontak di barat laut setidaknya 2.166 orang.
Kemudian 1.347 korban lainnya berada di bawah kendali pemerintah Suriah. 5.245 warga Suriah lainnya dilaporkan terluka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News