Gaya hidup generasi muda sedentari atau kurang bergerak berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
Womanindonesia.co.id – Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.
Tekanan darah terdapat dua bagian yakni tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan saat jantung berelaksasi sebelum kembali memompa darah.
Nah, lantas gaya hidup apa sajakah yang bisa sebabkan hipertensi bagi generasi muda? Simak berikut ini.
Risiko Gaya Hidup Kurang Bergerak
Dr Badai Bhatara Tiksnadi, Sp.JP (K), MM, FIHA, dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menjelaskan, gaya hidup kurang bergerak menjadi salah satu faktor penyebabnya.
“Pada milenial, kemajuan teknologi yang membuat kita kurang bergerak, dan stres menyebabkan risiko hipertensi meningkat. Sekarang ini kita bisa memesan makanan secara online lewat aplikasi sehingga kita lebih sedikit bergerak,” jelas Dokter Badai
Melansir dari antaranew.com, menurut penelitian Asia BP@Home Study 2017, hipertensi menyebabkan kematian dini sekitar 1,4 miliar orang di dunia yang mayoritasnya adalah penduduk di negara berkembang.
Disamping itu, angka kematian pasien akibat penyakit kardiovaskular (CVD) atau penyakit yang berkaitan dengan pembuluh darah dan jantung di Asia sangatlah tinggi yang disebabkan oleh tingkat kesadaran hipertensi yang masih rendah dan banyak dokter yang belum menyadari bahwa variabilitas tekanan darah mempengaruhi peningkatan risiko kardiovaskular.
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang membebani masyarakat. Menurut pakar hipertensi di Indonesia Prof. Dr. dr. Suhardjono, SpPD, K-GH, K-Ger, diperkirakan pada tahun 2025 hipertensi akan diderita oleh 1,56 milyar penduduk dunia dan akan terus bertambah jika tidak ditanggulangi dengan baik.
Hipertensi dapat terjadi pada siapa saja, termasuk pada generasi milenial, atau mereka yang berusia 18 hingga 39 tahun keatas pada tahun ini. Generasi milenial menempati 68,7 persen dari populasi (SUPAS 2015) dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia, diharapkan dapat melakukan deteksi dini terhadap penyakit hipertensi.
Maka dari itu, Perhimpunan Hipertensi Indonesia (InaSH) menghimbau generasi milenial untuk mewaspadai adanya penyakit hipertensi dengan melakukan pencegahan dan pengontrolan terhadap hipertensi.
Mereka juga dianjurkan melakukan modifikasi salah satu faktor penyebab hipertensi, yaitu melakukan pola hidup sehat sehingga mengurangi risiko terkena hipertensi.
Menurut dr. Paskariatne Probo Dewi Yamin, SpJP, seorang pakar hipertensi, salah satu faktor risiko hipertensi adalah gaya hidup yang tidak tepat yang banyak dilakukan oleh sebagian kaum milenial.
Gaya hidup yang dimaksud tersebut adalah gaya hidup instan yang mengakibatkan kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh kaum milenial, selain itu juga kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan mengandung vetsin (monosodiun glutamat/ MSG).
Merokok juga menjadi salah satu penyebab hipertensi. Faktor psikososial seperti stres akibat pekerjaan, sikap tidak sabar, dan konflik dengan orang lain juga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.
Selain faktor-faktor tersebut, obat-obatan juga dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah, yaitu seperti obat penghilang rasa nyeri, seperti ibuprofen, obat hormon, seperti pil kontrasepsi, obat penurun berat badan yang biasa dikonsumsi oleh kaum milenial, hingga agen stimulan seperti nikotin.
Selain itu, usia juga menjadi faktor lain penyebab hipertensi, bahkan etnis Amerika keturunan Afrika menempati risiko tertinggi terkena hipertensi. Keturunan juga merupakan faktor penyebab hipertensi. Beberapa peneliti meyakini bahwa 30-60 persen kasus hipertensi adalah diturunkan secara genetis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News