Layanan kesehatan belum merata untuk seluruh daerah di Indonesia. Kendati demikian terjadi peningkatan konsumsi layanan kesehatan melalui berbagai platform digital.
Womanindonesia.co.id – Pandemi Covid-19 telah mendisrupsi cara hidup kita sedemikian rupa, sehingga mengakselerasi transisi ke solusi digital untuk banyak hal, termasuk layanan kesehatan. Meskipun belum merata untuk seluruh daerah di Indonesia, terjadi peningkatan konsumsi layanan kesehatan melalui berbagai platform digital.
Kesenjangan yang terjadi sangat terkait dengan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, konektivitas, dan belum dapat memanfaatkan teknologi dengan baik. Akibatnya, masih banyak masyarakat di daerah, khususnya daerah yang terpencil atau hanya memiliki fasilitas kesehatan primer, yang belum mendapatkan akses yang layak pada layanan kesehatan.
Hal-hal ini tentunya yang harus segera ditangani mengingat salah satu fokus Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah telemedisin.
Philips bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat, oleh karenanya, Philips memahami bahwa penting untuk memperluas akses pada layanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang terlayani. Dalam menyediakan akses pada layanan kesehatan, Philips berfokus pada tiga aspek utama: Aksesibilitas, Keterjangkauan, dan Ketersediaan layanan perawatan.
Philips sendiri memiliki misi untuk meningkatkan kehidupan 2,5 miliar orang setiap tahun pada tahun 2030, termasuk 400 juta masyarakat yang kurang terlayani di seluruh dunia.
Perusahaan ini berkomitmen untuk membantu memperkuat sistem kesehatan melalui transformasi digital layanan kesehatan untuk menciptakan akses yang lebih luas pada perawatan berkualitas yang terjangkau.
“Hal ini dapat dicapai dengan mendorong konektivitas digital dan inovasi teknologi; mengembangkan model bisnis baru dan solusi pembiayaan; dan membangun kemitraan yang kuat dalam ekosistem kolaborasi,” kata Access to Care Manager, Philips Indonesia Marjolijn Heslinga dalam diskusi virtual “Akselerasi Digitalisasi untuk Menjawab Ketimpangan Layanan Kesehatan di Indonesia Melalui Kolaborasi” salah satu rangkaian Digital Health Week 2021 pekan lalu.
Kemenkes Dukung Digitalisasi Layanan Kesehatan
Pada kesempatan yang sama, perwakilan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Setiaji mengatakan, rencana digitalisasi sistem kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah nantinya harus dapat meliputi seluruh tahapan kehidupan mulai dari dalam kandungan hingga lansia.
“Digitalisasi sistem kesehatan melalui pencatatan berbasis rekam medis, dan bersifat individu, yang bisa diintegrasikan oleh fasilitas kesehatan (faskes),” kata Setiaji.
Lebih lajut Setiaji memaparkan, cakupan prioritas program transformasi digital kesehatan meliputi Pengembangan dan Integrasi Data Kesehatan (meningkatkan kualitas kebijakan kesehatan berbasis data yang akurat, yang terbaru, dan lengkap); Pengembangan dan Integrasi Aplikasi Kesehatan (efisiensi layanan kesehatan di level Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit, Laboratorium, dan Apotek) yang perlu menjadi perhatian, mengingat masih banyak nakes dengan literasi digital rendah; serta, Pengembangan Ekosistem Teknologi Kesehatan (inovasi teknologi kesehatan canggih dan ekosistem antar pemerintah, industri, dan masyarakat).
“Kemenkes baru saja meluncurkan program Regulatory Sandbox untuk menjadi sebuah ruang bagi para pelaku inovasi di bidang kesehatan, agar dapat melakukan uji coba inovasi dan model bisnis baru dalam lingkungan yang aman dan dipantau oleh regulator,” ujar Setiaji.
Mewakili Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Fery Rahman menyampaikan, telemedisin membantu sekali mengurangi gap dalam layanan kesehatan, terutama untuk daerah-daerah terpencil dan tertinggal yang minim dokter dan dokter spesialis. “Hal ini pernah diinisiasi dengan menerapkan telemedisi antar fasilitas kesehatan (faskes) sebelumnya. Tentunya hal ini perlu didukung oleh infrastruktur yang baik,” tuturnya.
Kematian Ibu dan Anak Capai 60 Persen
Sementara itu, mewakili Humanitarian Programme Analyst, United Nations Population Fund (UNFPA) Elisabeth A. Sidabutar, mengungkapkan, dari sisi penanganan kebencanaan dimana digitalisasi dan telemedisin akan bermanfaat bagi para penyedia layanan kesehatan dalam memprioritaskan perawatan, terutama bagi para ibu hamil dan anak-anak.
“Sekitar 60% kematian ibu hamil yang dapat dicegah terjadi dalam situasi krisis, karena sulitnya mendapat akses layanan kesehatan dan penanganan segera, mengingat secara geografis wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk mencapai 270 juta jiwa, dan 97% tinggal di daerah rawan bencana.
Kolaborasi dalam Mengakselerasi Digitalisasi
Menyentuh hal-hal yang dibutuhkan untuk memastikan kesuksesan dari program kemitraan/kolaborasi dalam mempersempit kesenjangan pada akses layanan kesehatan di wilayah terpencil di Indonesia, dr. Fery, menyatakan bahwa IDI siap bertransformasi dan berkolaborasi secara internal, melakukan pelatihan-pelatihan untuk dokter dan nakes sebagai langkah konkrit dalam mendukung digitalisasi pelayanan kesehatan.
“Philips percaya dengan kemitraan yang kuat dan kolaboratif antar pemangku kepentingan, membantu memperluas akses ke perawatan, seperti yang dilakukan di Brasil dan Kenya, bekerja sama dengan
UNFPA dalam proyek perawatan ibu dan anak,” kata Marjolijn.
Di Indonesia, Philips telah bekerja sama dengan CISDI, Palang Merah Indonesia untuk penanggulangan Covid-19, dan belum lama ini, mendukung kampanye kesadaran kanker payudara bersama organisasi non-pemerintah Lovepink Indonesia, dan memfasilitasi skrining payudara bagi perempuan pra-sejahtera, selain menjalin kerja sama lainnya dengan sociopreneur dan komunitas, seperti Docquity dan Alodokter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News