Cara Deteksi Dini Kanker Payudara
Dokter Spesialis Bedah, dr. Rika Lesmana, SpB, mengatakan data dari Globocan 2020 menunjukkan bahwa jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus.
Deteksi dini kanker payudara dapat meningkatkan prognosis dan mengurangi biaya pengubatan. “Contohnya pada pasien dengan kanker payudara yang telah masuk stadium 1 dan 2, sekitar 70% dapat terhindar dari kemoterapi. Sehingga deteksi dini sangatlah penting,” katanya.
Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI
Deteksi dini dapat dilakukan dengan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) maupun SADANIS (pemeriksaan payudara klinis). Meski demikian, SADARI hanya dapat mendeteksi jika kanker sudah berkembang sehingga menunjukkan gejala yang muncul ke permukaan kulit seperti benjolan dibawah kulit. Olehnya itu, meskipun perempuan didorong untuk melakukan SADARI secara teratur, namun hal tersebut tidak dapat menggantikan metode diagnostik klinis seperti mamografi atau ultrasound.
Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADANIS (Periksa Payudara Klinis)

Dokter spesialis radiologi, dr. Semuel Manangka, SpRad(K) RI mengatakan, perempuan memiliki tipe jaringan payudara yang berbeda-beda. Sebagain memiliki jaringan dense breast sedangkan lainnya memiliki jaringan fatty breast. Mamografi dan ultrasound membantu dokter menegakkan diagnosa secara presisi.
Ini karena ada data yang menunjukkan mammografi sulit mendeteksi 1 dari 3 kanker payudara pada jaringan dense breasts sehingga kombinasi deteksi akan lebih baik. Jika digunakan bersama dengan mammografi, Invenia™ ABUS 2.0 dapat mendeteksi lebih dari 37% kanker payudara, bahkan pada perempuan dengan jaringan dense breast.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News