Tayangan kekerasan atau kriminal tidak hanya terjadi pada film saja. Kekerasan dapat juga disaksikan setiap hari dalam siaran berita di televisi.
Womanindonesia.co.id – Hampir setiap hari kita disuguhkan dengan tayangan berita kasus kekerasan di media massa elektronik. Pada artikel sebelumnya, sudah dibahas mengenai bahaya tayangan kekerasan atau kriminal terhadap otak.
Menurut Rusdi Muchtar (dalam Kompas, 16 April 1998), seorang pakar komunikasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, berita-berita kriminal di televisi sudah tampak begitu vulgar, sehingga dikhawatirkan memberikan dampak buruk bagi perkembangan psikologis anak dan remaja.
Contoh berita kriminal yang vulgar di televisi, menurut Rusdi Muchtar, adalah penayangan secara detil tempat kejadian perkara kasus pembunuhan, bahkan sampai memperlihatkan ceceran darah dan potongan mayatnya.
Namun, benarkah tayangan kekerasan atau kriminal dapat mempengaruhi psikologi seseorang? Simak penejelasan berikut.
Dampak Psikologis Tayangan Kekerasan atau Krimial
Menonton film kekerasan yang terlalu sadis sebaiknya dihindari apabila usia penonton masih dibawah 17 tahun. Karena sedikit banyak akan dapat mempengaruhi perkembangan mental emosional anak tersebut. Memang hingga saat ini belum ada sumber yang dapat memastikan hal tersebut.
Namun pembentukan karakter seseorang itu dipengaruhi oleh stimulus atau rangsangan dari sekitarnya. Bila terlalu banyak menonton film dengan konten kekerasan, pembunuhan, atau konten negatif lainnya, biasanya dibawah alam sadar kita akan terbentuk suatu kepribadian tertentu.
Misalnya menjadi kepribadian yang paranoid atau antisosial. Atau mungkin akan timbul suatu gangguan kecemasan pada diri kita. Sehingga akan cenderung sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain disekitar kita.
Karena manusia itu terdiri dari jiwa dan raga. Maka sebaiknya kesehatan mental juga turut dijaga agar dapat berfungsi sebagaimana manusia lainnya. Film atau tayangan video dari berbagai sumber dapat mempresentasikan kepada anak-anak maupun orang dewasa suatu gambar dunia yang penuh harapan.
Begitu juga sebaliknya, film dan tayangan video bisa juga mengemukakan suatu gambar dunia yang penuh dengan kekhawatiran, ketakutan, hingga impian tanpa batas. Film atau tayangan yang menunjukkan tindakan kekerasan yang ditonton anak-anak bahkan dapat meninggalkan suatu impresi gambaran dunia dan masyarakat yang membahayakan serta penuh kecurigaan.
Oleh mereka, orang lain akhirnya selalu dianggap sebagai seseorang yang harus diwaspadai. Anak-anak kemudian memulai hidup dengan keyakinan bahwa orang lain tak pantas dipercaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News