Womanindonesia.co.id – Anak yang tumbuh dalam lingkungan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) akan berdampak buruk bagi perkembangan psikologinya. KDRT tidak hanya terjadi oleh istri atau ibu, namun anak juga rentan mengalami kekerasan fisik dan psikis dan dampaknya bisa seumur hidup.
Untuk mengetahui pengaruh kekerasan rumah tangga terhadap psikologi anak, maka perlu dijelaskan tentang penyebab terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga serta pengaruhnya terhadap korban.
Beberapa faktor penyebab terjadinya tindak KDRT antara lain:
- Ekonomi, secara umum salah satu penyebab terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga dimana kebutuhan hidup tidak dapat dipenuhi oleh keluarga terutama oleh kepala keluarga atau karena ketidak puasan terhadap penghasilannya, akibat suami tidak memiliki pekerjaan tetap, disatu sisi istri selalu menuntut suami agar dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
- Perselingkuhan merupakan faktor dominan penyebab terjadinya pertengkaran dalam rumah tangga baik itu perselingkuhan yang dilakukan oleh pihak suami maupun istri. Tekanan Keluarga dapat terjadi jika salah satu pihak baik dari keluarga suami maupun dari keluarga istri yang selalu ikut campur urusan keluarga anaknya. tersebut tidak perlu terjadi.
- Nikah usia dini mengakibatkan terjadinya pertengkaran dalam rumah tangga. Hal tersebut terjadi karena pemahaman akan kehidupan rumah tangga sangat kurang sehingga dalam mengambil keputusan sering tidak berdasarkan akal sehat Tindakan kekerasan dalam rumah tangga biasanya sebagian besar dilakukan oleh pihak suami dan si istri yang menjadi sasaran emosional dari tindakan kekerasan tersebut.
Dampak Psikologi Anak
Tindakan kekerasan dalam rumah tangga biasanya sebagian besar dilakukan oleh pihak suami dan si istri yang menjadi sasaran emosional dari tindakan kekerasan tersebut.
Bahkan kasus tersebut mengakibatkan adanya pengaduan kepada ketua RT bahkan dilanjutkan pada pihak yang berwajib, pertengkaran yang terjadi secara terus menerus juga mengakibatkan dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan psikologi anak untuk selanjutnya.
Adapun ciri-ciri seorang anak yang mengalami tekanan psikologi dalam rumah tangga akibat sering terjadinya keributan dan pertengkaran yang terus menerus antara lain: stress, trauma, sering terlihat menyendiri, susah tidur, kewaspadaan berlebihan, gangguan makan dan selalu merasa was-was.
Anak yang mengalami perkembangan seperti hal tersebut di atas cendrung memiliki perasaan cepat sedih, cepat marah, ingin menangis, ketakutan yang berlebihan, merasa bersalah, merasa tidak berdaya dan merasa tidak dipahami oleh orang-orang disekitarnya.
Apalagi kondisi dalam rumah tangga tidak dapat sidelesaikan secara kekeluargaan bahkan penyelelesaiannya melibatkan aparat kepolisian, hal ini akan sangat mempengaruhi kondisi psikologi seorang anak terutama dalam lingkungan pergaulan.
Anak merasa malu dan minder akibat munculnya kasus kekerasan yang terjadi terhadap orang tuanya terutama yang dilakukan oleh bapak terhadap ibunya tanpa dapat melakukan sesuatu untuk melindungi ibunya.
Pertumbuhan dan perkembangan psikologi seorang anak akan berpengaruh untuk pertumbuhan anak selanjutnya dan hal itu akan terjadi sampai anak tumbuh kembang pada usia dewasa bahkan sampai tuapun anak tersebut selalu menghantui kehidupan masa lalunya yang tidak dapat dihapuskan begitu saja.
Oleh sebab itu bagi keluarga terutama orangtua hendaknya hindari pertengkaran yang terjadi dihadapan anak-anak dan selesaikan permasalahan keluarga dengan baik dan tanpa emosi dalam menjaga dan demi kelangsungan tumbuh kembangnya anak terutama yang berhubungan dengan masalah pertumbuhan dan perkembangan psikologi anak.
Studi menunjukkan bahwa hidup di lingkungan KDRT dapat menyebabkan kerusakan fisik dan emosional pada anak-anak dan remaja dengan cara berikut:
- kecemasan dan depresi yang berkelanjutan
- tekanan emosional
- gangguan makan dan tidur
- gejala fisik, seperti sakit kepala dan sakit perut
- merasa sulit untuk mengelola stres
- tingkat percaya diri yang rendah
- menyakiti diri sendiri
- bersikap agresif terhadap teman dan teman sekolah
- merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri atas kekerasan tersebut
- mengalami kesulitan membentuk hubungan positif
- mengembangkan fobia dan insomnia
- berjuang dengan pergi ke sekolah dan mengerjakan tugas sekolah
- menggunakan perilaku bullying atau menjadi target bullying
- kesulitan berkonsentrasi
- merasa sulit untuk memecahkan masalah
- kurang memiliki empati dan kepedulian terhadap orang lain
Orang-orang muda yang terpapar kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga lebih mungkin untuk menderita depresi, menjadi tunawisma, menyalahgunakan narkoba dan alkohol, terlibat dalam perilaku mengambil risiko, dan mengalami atau menggunakan kekerasan dan mengendalikan dan manipulatif dalam hubungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News