WomanIndonesia.co.id – Saat ini kita sedang menghadapi tantangan kesehatan global pandemi virus corona (Covid-19) dan diharuskan membatasi aktivitas keluarga dengan hanya di rumah saja. Hal ini berpotensi memicu stres, baik bagi orang tua maupun anak.
Stres yang tidak dikelola dengan baik berpotensi menurunkan nafsu makan anak, yang dapat memengaruhi asupan nutrisi yang dikonsumsi anak. Padahal, untuk memastikan tumbuh kembangnya tetap terjaga, anak memerlukan asupan nutrisi bergizi seimbang dan kondisi psikis yang baik.
Penelitian menyebutkan bahwa 95% hormon serotonin diproduksi di usus. Hal ini menandakan bahwa apa yang kita makan dan kesehatan saluran cerna dapat memengaruhi kesehatan psikis.
Selain situasi hati anak bisa memengaruhi keinginannya untuk makan bergizi seimbang, anak yang tidak menerima asupan gizi seimbang juga berpotensi mengalami kecemasan. Maka dari itu, selain dukungan gizi seimbang, kondisi psikis ibu dan anak juga harus didukung.
“Tanpa disadari, kondisi psikis orang tua dan anak saling berkaitan. Stres berkepanjangan yang tidak diolah dengan baik dapat memengaruhi perilaku makan anak di rumah. Padahal asupan nutrisi adalah sumber pertahanan imun untuk saat ini,” papar Putu Andani, M.Psi, Psikolog Anak dari Tiga Generasi dalam virtual press conference oleh Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia baru-baru ini.
Untuk itu, kata Putu orang tua perlu memantau mood anak dengan baik di samping mengelola stresnya sendiri. Salah satu cara mengatasi rasa bosan anak adalah dengan mencoba keterampilan atau pengalaman baru dengan interaksi yang menyenangkan bersama anggota keluarga.
“Melibatkan anak dalam menyiapkan menu gizi seimbang sesuai dengan usia dan kemampuan anak bisa menjadi alternatif kegiatan menyenangkan yang juga edukatif,” papar Putu.
Putu mencontohkan untuk anak usia yang lebih kecil, bisa diajarkan mencuci buah dan sayur, memilah jenis makanan, menghitung jumlah makanan atau alat makan serta mengeksplorasi nama, warna dan aroma dari berbagai jenis makanan. Sedangkan untuk anak yang lebih besar, bisa dilibatkan untuk memotong, mencampur adonan, mengenalkan dan mencampur bahan, menentukan porsi makan dan menata peratan makan di meja.
Apabila dilakukan bersama-sama dan tanpa distraksi dapat mengasah perkembangan kemampuan kognitif, fisik, sosial dan emosional anak serta meningkatkan bonding antara ibu dan si Kecil.
“Sepanjang tahap kehidupannya, anak memiliki berbagai kebutuhan psikologis yang perlu dipenuhi, antara lain: merasa bisa mandiri, berinisiatif, dan menghasilkan suatu karya. Melibatkan anak pada proses dan memberikan keleluasaan untuk menentukan pilihan akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut sehingga kesehatan psikis anak tetap terjaga,” tambah Putu.
Berbagi pengalaman mengenai membiasakan gizi seimbang selama beraktivitas di rumah, Soraya Larasati yang juga seorang ibu menuturkan bahwa situasi saat ini membuatnya khawatir si Kecil akan bosan dengan menu makanan sehat di rumah.
“Saya belajar untuk kreatif dalam menyajikan makanan maupun menyiapkan berbagai kegiatan agar anak tidak bosan di rumah saja. Selain saya ajak anak terlibat dalam menyiapkan makanan, saya juga mengenalkan anak dengan sumber nutrisi yang belum pernah ia coba. Saya sering membuatkan menu makanan nabati,” terang Soraya.
Ragam makanan nabati yang sangat bervariasi dari jenis kacang-kacangan dan sayuran baik untuk dikenalkan pada anak-anak. Biasanya, Soraya lengkapi dengan nutrisi untuk anak berbasis soya yang difortifikasi dengan serat, vitamin, dan mineral lainnya karena nutrisinya sudah disesuaikan dengan kebutuhan anak. “Saya percaya bahwa pangan nabati sama pentingnya dengan pangan hewani,” cerita Soraya.
Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia memperkuat edukasi untuk orang tua mengenai cara membiasakan anak untuk menerapkan gizi seimbang selama di rumah saja.
“Mulai dari memberikan makanan bervariasi dan pengalaman menyenangkan saat makan, serta menjaga kondisi psikis anak dan juga orang tua agar tumbuh kembang anak tetap terjaga,” ujar Corporate Communication Director Danone Indonesia Arif Mujahidin.
Status gizi anak dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Pada kenyataannya di masa anak yang harus berkegiatan di rumah, anak mungkin seringkali merasa bosan dengan menu makanan di rumah. Variasi jenis nutrisi yang mengikuti pola makan bergizi seimbang perlu diterapkan agar dapat memengaruhi status gizi anak secara positif.
Dokter spesialis gizi klinik dr. Juwalita Surapsari menjelaskan bahwa gizi seimbang dapat dicapai apabila makanan yang dikonsumsi dalam jumlah cukup, berkualitas baik, dan beragam jenisnya untuk memenuhi berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.
Agar anak mendapatkan gizi seimbang, kebutuhan akan nutrisi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan mikro (vitamin dan mineral) harus dipenuhi. Namun, membuat anak mau mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisinya juga bukan perkara mudah.
“Saat di rumah saja, anak cenderung cepat bosan dan memilih makanan yang mereka sukai saja. Hal ini bisa berdampak pada kurangnya asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang optimal,” kata dr. Juwalita.
Selain porsi, kata ia variasi dan jadwal makan juga perlu diperhatikan untuk mengoptimalkan manfaat nutrisi yang dikonsumsi sesuai kebutuhan anak. Sebagai contoh, olahan protein nabati dari kacang-kacangan seperti olahan soya bisa dijadikan alternatif variasi dalam menu gizi seimbang.
“Terutama nutrisi untuk anak berbasis soya yang difortifikasi, dapat menjadi pilihan ibu karena dapat dikonsumsi oleh siapa saja, tidak hanya terbatas pada anak dengan kondisi medis tertentu,” ujar dr. Juwalita.
Momen di rumah saja merupakan saat yang tepat untuk memperkenalkan anak mengenai gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang sesuai dengan panduan “Isi Piringku”.
Untuk mendukung pertumbuhan anak yang optimal, pastikan sebanyak 12 hingga 15 persen dari porsi makanan hariannya merupakan sumber protein. Protein berguna untuk membantu pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan tubuh anak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News