Womanindonesia.co.id – Banyak cara yang bisa dilakukan orang tua untuk membesarkan anaknya. Namun banyak juga yang overprotective dalam mengasuh anak. Dalam hal ini, diperlukan pengetahuan orang tua yang tepat agar menghindari dari sikap overprotective.
Banyak orang tua menggunakan pola asuh overprotective yang biasanya keras untuk membuat anak lebih patuh dan menjalani hidup tanpa melanggar aturan, yang dapat merugikan diri sendiri.
Akibatnya, orang tua menciptakan sikap overprotective yang justru menghalangi anak mendapatkan pengalaman berharga dalam hidupnya.
Contoh tindakan overprotective yang dilakukan orang tua antara lain mengatur makan anak, mengatur pertemanan, menghukum anak karena nilai jelek, melanggar privasi anak, mengatur pendidikan anak, dll.
Padahal, anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang terlalu protektif berisiko tidak bisa mengambil keputusan dan bisa menjalani hidup mandiri. Berikut adalah beberapa efek samping lain dari pola asuh yang terlalu protektif.
1 Dampak orang tua overprotective :
1. Kurangnya keterampilan kognitif dan penilaian risiko
Para orang tua perlu mengetahui bahwa mengambil terlalu banyak kendali atas hidup anak-anak mereka dan melindungi mereka dari “kegagalan” bisa berbahaya.
Secara tidak langsung, Anda menyebabkan anak-anak kehilangan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri, membuat kesalahan, gagal dan mendapatkan pelajaran berharga. Anda tidak dapat menghadapi kesulitan nanti.
Anak juga tidak belajar mengambil risiko atau beradaptasi dengan situasi baru. Alih-alih, ajari mereka untuk berpikir sendiri dan bantu mereka membuat keputusan yang lebih baik.
2. Masalah kesehatan mental
Saat anak-anak Anda mencapai usia dewasa, mereka mungkin menderita kecemasan sosial, tingkat stres yang tinggi, depresi, dan ketidakmampuan untuk memecahkan masalah.
Mereka merasa tidak berdaya dan menjadi hipersensitif, naif, dan terbelakang mental. Anak-anak tidak belajar mengatasi ketakutan mereka dan keluar dari zona nyaman mereka.
Kekhawatiran, ketakutan, dan kecemasan adalah reaksi mereka terhadap situasi. Oleh karena itu, daripada terlalu berhati-hati, ajari anak untuk mengekspresikan diri dengan bebas.
3. Percaya Diri Rendah
Ketika orang tua terlalu mengontrol anaknya, harga diri anak akan menurun. Anak-anak secara tidak sadar percaya bahwa mereka tidak kompeten dan merasa tidak termotivasi untuk mencapai tujuan yang sulit.
Karena setiap tujuan atau keputusan yang pernah diambil seorang anak tidak sejalan dengan keinginan orang tuanya. Selain itu, anak-anak bahkan berusaha menghindari peluang dan tidak mampu menghadapi tantangan.
4. Kurangnya keterampilan sosial
Orang tua yang terlalu protektif mengirimkan pesan bahwa dunia ini berbahaya. Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua seperti itu menjadi antisosial dan tidak dapat berinteraksi dengan orang lain.
Anak Anda mulai merasa tidak aman dan mungkin takut ditolak. Mereka merasa sulit untuk mempertahankan persahabatan dan hubungan.
Anak-anak seperti itu membutuhkan perhatian, pengakuan, dan penerimaan dari orang lain. Ini dapat merusak kesehatan mental anak dan membuat mereka secara emosional bergantung pada Anda untuk kebahagiaan.
5. Bersikaplah agresif
Memarahi atau hukuman fisik oleh orang tua seringkali dapat berdampak negatif pada perilaku anak. Akibatnya, anak menjadi lebih agresif dan berusaha menjaga jarak aman dari Anda.
Mereka juga lebih memusuhi anak-anak lain. Sebagai orang tua, kita harus menanamkan empati, kebaikan dan kasih sayang pada anak-anak kita dengan ketulusan dan kelembutan.
Sikap seseorang yang terlalu mengontrol dan terlalu memperhatikan orang-orang di sekitarnya, baik itu pasangan, keluarga atau teman, seringkali dicap sebagai sikap posesif dan overprotective.
Banyak orang yang salah memahami posesif dan overprotective sebagai bentuk pengasuhan atau pengasuhan. Meskipun hal ini sering menimbulkan stres bagi orang yang menerima pengobatan tersebut.
Untuk menghindari posesif dan overprotective yang merugikan orang lain, Anda perlu memahami arti posesif dan overprotective.
Setelah Anda memahaminya, Anda dapat mengetahui sikap apa yang menyertai sikap posesif dan overprotective sehingga Anda tidak melakukannya kepada orang lain.
2 Arti posesif dan overprotective
Menurut KBBI, kepemilikan adalah perasaan memiliki. Selain itu, KBBI juga menjelaskan pentingnya posesif dalam konteks misalnya hubungan romantis yang berarti kecemburuan. Saat ini, di masyarakat luas, posesif sering dikaitkan dengan kehidupan cinta.
Dalam suatu hubungan, posesif dapat dilihat sebagai mengendalikan hidup atau mengendalikan seseorang, misalnya mengendalikan pasangan.
Jika sifat posesif ini, dalam arti mendasarnya, didasarkan pada perasaan keinginan yang berlebihan terhadap pasangan.
Sementara itu, pemaknaan overprotective ini biasa terjadi pada orang tua terhadap anak. Misalnya orang tua melarang anaknya keluar rumah atau bepergian terlalu jauh, tidak boleh pulang malam, tidak boleh berteman dengan orang ini atau itu, dll.
Biasanya, overprotection berarti orang diperbolehkan untuk bertemu dengan siapa saja, tetapi dengan batasan yang ketat, mis. Misalnya tidak pulang larut malam, tidak menggunakan angkutan umum setelah bekerja, dll.
Ketika posesif lebih merupakan penyangkalan, ketika pada dasarnya orang posesif adalah mereka yang merasa memiliki orang lain sepenuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News