Womanindonesia.co.id – Perkumpulan Cita Tenun Indonesia (CTI) adalah sebuah organisasi nirlaba yang berangkat dari asosiasi para perempuan pemerhati wastra tenun. Lewat inisiasi Okke Hatta Rajasa, Cita Tenun Indonesia berdiri pada 28 Agustus 2008 dengan visi melestarikan Tenun Nusantara sebagai warisan budaya tinggi (heritage).
Program kerja CTI mencakup pelestarian, pelatihan dan pengembangan perajin untuk meningkatkan produksi yang bekerjasama dengan berbagai pihak, dalam rangka memperluas pasar baik di dalam negeri dan mancanegara.
Selang empat tahun terbentuk, CTI memperoleh pengakuan internasional dari Fashion 4 Development (F4D) atas upayanya dalam melestarikan dan memperkaya tenun Indonesia.
Penghargaan ini diterima oleh Okke Rajasa pada gelaran First Ladies & Fashion 4 Development Annual Luncheon yang berlokasi di The Pierre Hotel, New York City, Amerika Serikat dan didukung oleh UNESCO.
Program kerja utama CTI adalah pemberdayaan perajin tenun tradisional di Indonesia melalui pembinaan komprehensif dan ekstensif selama satu tahun.
“Program ini bertujuan untuk mengedukasi perajin tenun lokal untuk bekerja lebih efektif, efisien dan ramah lingkungan selain memperluas wawasan mereka tentang pasar mode kontemporer,” kata Okke Rajasa dalam keteranganya kepada media, Kamis (15/12).
Kini, CTI memiliki 28 sentra binaan di berbagai pulau di Indonesia. Selama program pembinaan, organisasi ini bermitra dengan perancang mode dan tekstil, antropolog dan sosiolog, ahli merek dan pewarnaan, serta pengontrol kualitas, seluruhnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekosistem desa perajin tenun.
Di penghujung program, para desainer mode yang bermitra akan membuat sebuah koleksi dengan menggunakan kain tenun hasil pelatihan tersebut dan dipresentasikan pada sebuah peragaan busana di Jakarta.
Cita Tenun Indonesia dan Mode Berkelanjutan
Di tengah bergaungnya sustainable fashion atau mode berkesinambungan pada kancah industri mode dunia, CTI telah melakukan praktik tersebut sejak awal proyek hingga saat ini.
“Dengan misi memberdayakan dan membangkitkan ekonomi lokal, CTI menjamin kesejahteraan para perajin binaan dan memperhatikan kesehatan lingkungan sekitar,” kata Okke.
Lebih lanjut ia mengatakan, CTI tidak menekan perajin dengan menentukan target yang tidak wajar serta selalu memberikan kompensasi yang sesuai.
“Pada proses pewarnaan, perajin binaan Cita Tenun Indonesia selalu menggunakan pewarna alami atau pewarna sintetis yang ramah lingkungan,” terannya.
Di tahun 2016, CTI mengadakan sebuah perhelatan akbar bertajuk “Warna Alam”, dengan menyajikan berbagai kain tenun, busana, dan dekorasi rumah yang seluruh pewarnaannya menggunakan bahan alami yang dapat ditemukan di sekitar desa perajin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News