Womanindonesia.co.id – Berbicara dengan alam semesta telah dianjurkan oleh seorang tokoh sufi, yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul “Kebun Ma’rifat: Come to the Secret Garden”. M Rahim Bawa Muhaiyaddeen seorang tokoh sufi ternama asal Srilanka yang hijrah ke Amerika Serikat pada tahun 1971, beliau menyampaikan pesan-pesan moral yang bersumber dari alam semesta yang menjadi keahliannya. Ia memang menghabiskan masa hidupnya sebagai pengamat berbagai rahasia gaib mahluk ciptaan Tuhan.
Yang menjadi poros pengetahuan yang disampaikan oleh M. Rahim Bawa Muhaiyaddeen bahwa penciptaan semesta dan isinya selalu terdiri dari dua unsur yang berlawanan. Seperti, baik dan buruk, bahagia dan derita, manis dan pahit, siang dan malam, hingga cinta dan benci. Ini adalah anugerah dari Sang Pencipta bagi manusia yang diberi keistimewaan akal pikir. Dengan pemberian-Nya itu (akal pikir) manusia diberi kesempatan untuk memilih salah satu dari kedua realita itu. Hingga pada akhirnya kita manusia disodorkan pada pilihan yang harus dilandasi dengan keimanan, yaitu memilih surga atau neraka.
Dengan tutur kata yang lembut, M. Rahim Bawa Muhaiyaddeen menyampaikan rahasia alam semesta. Pembaca diajak mendengar pembicaraan berbagai burung, pohon, semak-semak, bunga, karang, air dan pegunungan. Mereka berbicara tentang kearifan, kebaikan, dan ketenangan. Mereka berbicara dari daya kekuatan jiwa yang telah diberikan Tuhan kepada setiap ciptaan-Nya, kepada tanah, dan samudera, kepada bumi dan langit, kepada matahari dan bulan.
Hubungan manusia dengan alam semesta sudah terjalin sejak awal penciptaan. Ada semacam ikatan batin kita manusia dengan tumbuhan dan unsur lainnya di semsta ini. Adalah Kazuo Murakami, Ph.D. Pakar genetik dalam bukunya yang terkenal yaitu “The Divine Message of the DNA” mengungkapkan hasil temuan ilmiahnya:
“Semua mahluk hidup bermula dari satu buah sel. Mungkin inilah mengapa begitu banyak orang yang merasa tenang dan damai saat dikelilingin oleh tanaman dan pepohonan atau mengapa mereka merasa adanya pertalian yang erat dengan hewan-hewan seperti anjing dan kucing. Karena semua pada awalnya muncul dari sebuah sumber yang sama, kita semua memang saling bertalian.”
Jika kita menelusuri asal mula penciptaan, yang menjadi penyebab adanya sebuah ikatan batin dan komunikasi satu dengan yang lainnya adalah semuanya berasal dari satu sumber, yaitu Tuhan Sang Pencipta. Ada sebuah kesamaan hakiki yang mengikat semua realita di semesta ini. Jika kita kaitkan dengan hukum kesamaan frekuensi, dimana frekuensi yang sama akan saling terhubung – seperti kita bisa mendengarkan siaran radio tertentu jika kita tune in di frekuensi radio tersebut. Maka sangat masuk akal jika sesama ciptaan Tuhan bisa saling terhubung secara spiritual satu dengan yang lainnya karena semua sama-sama ciptaan-Nya.
Dalam novel The Alchemist (Sang Alkemis) karya Paulo Coelho yang terjual lebih dari 30 juta eksemplar di seluruh dunia, ada sebuah percakapan menarik antara Santiago, bocah petualang yang sedang mencari harta karun dengan angin:
“Kau tak dapat menjadi angin,” kata angin. “Kita adalah dua hal yang sangat berbeda.”
“Itu tidak benar,” kata si bocah. “Aku mempelajari rahasia-rahasia para alkemis dalam perjalananku. Di dalam diriku ada angin, gurun, lautan, bintang-bintang dan semua ciptaan di bumi ini. Kita semua terbuat dari tangan yang sama, dan kita punya jiwa yang sama. Aku ingin menjadi sepertimu, mampu mencapai setiap pojok dunia, menyeberangi lautan, meniup pasir yang menutupi harta-hartaku, dan membawa suara perempuan yang kucintai.”
Membaca dialog antara Santiago dan angin ini, saya jadi teringat apa yang disampaikan oleh Sayidina Ali Bin Abi Thalib, “Kau pikir dirimu adalah tubuh yang kecil. Namun tidak, di dalam dirimu tersimpan semesta.
Mari kita kembali ke alam tuk menemui pohon, tanah, laut, karang, dan yang lainnya. Bukan hanya untuk menikmati keindahannya saja tetapi lebih dari itu, bercakaplah dengan mereka. Tentu saja bukan percakapan verbal seperti kita ngobrol di sudut kafe bersama teman, melainkan percakapan batin, percakapan tanpa kata. Sesekali bertanya lalu renungkan; “Wahai karang, mengapa kamu tetap kokoh walau bertubi-tubi ombak menghantammu?” Lalu sentuh karang itu dan rasakan tekstur permukannya dengan penuh perhatian.
Apa yang terjadi setelah kita berinteraksi dengan alam seperti dengan batu karang? Kita akan mendapatkan kedamaian juga inspirasi, bahkan lebih dari itu.
Saya pernah melakukan percakapan dengan karang di salah satu pantai Laut Selatan sambil duduk di atasnya bermeditasi, tidak hanya mendapatkan inspirasi menjadi pribadi setabah karang dalam menerima hantaman masalah, juga seperti ada aliran energi mengalir ke dalam tubuh, sebuah daya yang membuat jiwa menjadi kuat dan optimis.
Sementara ini kita berjarak dengan sesama manusia, saatnyalah mendekat dengan alam semesta. Ini adalah pengetahuan penting yang jika kamu lakukan akan membuat batinmu tenteram dan jiwamu bahagia.
Tulisan ini ditulis langsung oleh penulisnya
MOHAMAD RISAT | Motivator Jiwa Bahagia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News