Korban KDRT perlu mendapatkan dukungan dari orang-orang disekitar agar merasa aman.
Womanindonesia.co.id – Belum lama ini pemberitaan ramai soal kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami pedangdut Lesti Kejora. Kasus kekerasan yang dialami Lesti dari suaminya Rizky Billar menarik perhatian banyak orang. Sebagaimana kita ketahui bahwa kasus KDRT bukan hal baru di kalangan selebriti. Bahkan, banyak aktris yang akhirnya memilih cerai akibat penyiksaan yang mereka dapatkan dari pasangan mereka.
Yuni Shara, Manohara Odelia Pinot, Cornelia Agatha, Joy Tobing, Gracia Indri, Okie Agustina, Mieke Amalia, Maia Estianty, Aurelie Moeremans, Dylan Sada, dan Aska Ongi adalah sederet aktris yang pernah mengalami KDRT baik fisik maupun verbal.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiap insiden atau pola insiden pengendalian, pemaksaan, perilaku mengancam, kekerasan atau pelecehan antara mereka yang berusia 16 atau lebih yang merupakan, atau pernah, pasangan intim atau anggota keluarga tanpa memandang jenis kelamin atau seksualitas. Pelecehan dapat mencakup, tetapi tidak terbatas pada psikologis, fisik, seksual, finansial, emosional.
KDRT dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk kekerasan fisik, pelecehan seksual, kontrol koersif dan gaslighting / pelecehan emosional, pernikahan paksa, dan mutilasi alat kelamin perempuan (FGM). Semua penyintas KDRT harus bisa mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk merasa aman.
Dukungan yang Tepat Bagi Korban KDRT
1. Luangkan Waktu untuk Mereka
Jika Anda memutuskan untuk menjangkau korban pelecehan, lakukanlah pada saat tenang. Terlibat ketika emosi sedang membara dapat menempatkan Anda dalam bahaya. Juga, pastikan untuk menyisihkan banyak waktu jika korban memutuskan untuk membuka diri.
Jika orang tersebut memutuskan untuk mengungkapkan rasa takut dan frustrasi yang terpendam selama bertahun-tahun, Anda tidak akan ingin mengakhiri percakapan karena Anda memiliki komitmen lain.
2. Mulai Percakapan
Anda dapat mengangkat topik kekerasan dalam rumah tangga dengan mengatakan “Saya khawatir tentang Anda karena …..” atau “Saya khawatir tentang keselamatan Anda …” atau “Saya telah melihat beberapa perubahan yang menyangkut saya …”
Mungkin Anda pernah melihat orang yang mengenakan pakaian untuk menutupi memar atau memperhatikan bahwa orang tersebut tiba-tiba menjadi pendiam dan menarik diri. Keduanya bisa menjadi tanda pelecehan.
Beri tahu orang tersebut bahwa Anda akan menjaga kerahasiaan informasi apa pun yang diungkapkan. Jangan mencoba memaksa orang tersebut untuk terbuka; biarkan percakapan berlangsung dengan kecepatan yang nyaman.
3. Dengarkan Tanpa Menghakimi
Jika orang tersebut memutuskan untuk berbicara, dengarkan ceritanya tanpa menghakimi, menawarkan nasihat, atau menyarankan solusi. Kemungkinannya adalah jika Anda mendengarkan secara aktif, orang tersebut akan memberi tahu Anda dengan tepat apa yang mereka butuhkan.
Berikan saja orang tersebut kesempatan penuh untuk berbicara. Anda dapat mengajukan pertanyaan klarifikasi, tetapi terutama biarkan orang tersebut melampiaskan perasaan dan ketakutannya. Anda mungkin menjadi orang pertama yang menjadi tempat curhat korban.
4. Pelajari Tanda Peringatan
Banyak orang mencoba menutupi pelecehan karena berbagai alasan, dan mempelajari tanda-tanda peringatan kekerasan dalam rumah tangga dapat membantu Anda membantu mereka.
5. Percaya Korban KDRT
Karena kekerasan dalam rumah tangga lebih tentang kontrol daripada kemarahan , seringkali korban adalah satu-satunya yang melihat sisi gelap pelaku. Sering kali, orang lain terkejut mengetahui bahwa seseorang yang mereka kenal bisa melakukan kekerasan.
Akibatnya, korban sering merasa tidak ada yang akan percaya jika mereka menceritakan kekerasan tersebut kepada orang-orang. Percayai cerita korban dan katakan demikian. Bagi seorang korban, akhirnya memiliki seseorang yang tahu kebenaran tentang perjuangan mereka dapat membawa rasa harapan dan kelegaan.
6. Tawarkan Dukungan Khusus untuk Orang Tercinta Anda
Bantu korban menemukan dukungan dan sumber daya. Cari nomor telepon untuk tempat penampungan, layanan sosial, pengacara, konselor, atau kelompok pendukung. Jika tersedia, tawarkan brosur atau pamflet tentang kekerasan dalam rumah tangga.
7. Bantu Membentuk Rencana Keamanan
Bantu korban membuat rencana keamanan yang dapat diterapkan jika kekerasan terjadi lagi atau jika mereka memutuskan untuk meninggalkan situasi tersebut. Latihan membuat rencana saja dapat membantu mereka memvisualisasikan langkah-langkah mana yang diperlukan dan mempersiapkan diri secara psikologis untuk melakukannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News