Womanindonesia.co.id – Banjir yang terjadi di Jawa Timur mengakibatkan ratusan hektar sawah mengalami gagal panen atau gagal panen.
Banjir terjadi dikarenakan adanya curah hujan tinggi . Sejak Januari hingga Februari 2023, 2.101 hektare sawah di Jawa Timur terdampak banjir oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur.
Hingga 186 hektar sawah dipastikan belum dipanen.
“Beras yang bernanah biasanya tergenang hingga tiga hari berturut-turut. Makanya susah menyelamatkan hasil panen,” kata Dydik Rudy Prasetya, Direktur Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim, Selasa (21/2).
Lahan sawah yang tergenang seluas 2.101 hektare terbagi menjadi 11 kabupaten: Sidoarjo (109,50 hektare), Mojokerto (47,50 hektare), Kota Mojokerto (11 hektare), Tuban (180 hektare), Bojonegoro (530 hektare) dan Lamongan (21 hektare)1 , Ngawi (195 hektar).
Kemudian 4 wilayah di Pulau Madura yakni Bangkalan (191 hektar), Sampang (1.061 hektar), Pamekasan (102 hektar) dan Sumenep (60 hektar).
Sawah seluas 186 hektar yang ditetapkan sebagai Puso tersebut berada di Sidoarjo (3,30 hektar), Tuban (118 hektar), Bangkalan (8,30 hektar), Sampang (22,25 hektar), Sumenepi (30 hektar) dan Kota Mojokerto (5 hektar).
Dydik mengatakan, sebagian sawah yang rusak masih bisa dipanen, sebagian sudah hancur. Ia mengaku pihaknya selama ini telah melakukan langkah proaktif rutin, yakni menyiagakan petani melalui perlindungan UPT.
“Peringatan dini ini agar petani menghindari penanaman saat musim hujan, terutama di daerah rawan banjir,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya menawarkan cadangan benih padi petani dan asuransi perusahaan budidaya padi (AUTP).
Dengan mengikuti AUTP, petani mendapatkan biaya kompensasi ketika sawahnya terkena hama atau banjir untuk mendorong mereka membeli bibit baru dan mendapatkan kompensasi untuk kegiatan produksi tanam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News