Womanindonesia.co.id – Gas air mata (Chlorobenzalmalononitrile) menjadi menjadi topik pembahasan publik setelah tragedi Kanjuruan Malang, Jawa Tengah. Tragedi Kanjuruan menewaskan 132 orang usai pertandingan Derbi Jatim pada 1 Oktober tersebut.
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta atau TGIPF Tragedi Kanjuruhan yang dipimpin Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud Md menyimpulkan, gas air mata jadi penyebab utama kematian massal di Tragedi Kanjuruhan.
Hasil investigasi tersebut dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada siang ini pukul 13.30 WIB.
“Kemudian yang mati dan cacat, serta sekarang kritis dipastikan itu terjadi karena desak-desakan setelah ada gas air mata yang disemprotkan, itu penyebabnya,” kata Mahfud dalam konferensi pers di Istana, Jumat, (14/10) lalu.
Lantas apa bahaya gas air mata bagi paru-paru?
Gas air mata adalah istilah umum untuk bahan kimia yang mengiritasi kulit, paru-paru, mata, dan tenggorokan. Ada efek kesehatan jangka panjang langsung dan potensial dari paparan. Gas ini dapat menyebabkan gejala yang lebih parah pada orang dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya.
Kebanyakan orang pulih dengan cepat dari efek zat kimia tsersbut. Namun, mereka tetap harus mencari nasihat medis jika mereka bersentuhan dengan zat ini. Secara umum, paparan zat ini dapat menyebabkan sesak dada, batuk, rasa tercekik, mengi dan sesak napas, selain rasa terbakar pada mata, mulut dan hidung; penglihatan kabur dan kesulitan menelan.
Gas ini juga dapat menyebabkan luka bakar kimia, reaksi alergi, dan gangguan pernapasan. Orang dengan kondisi pernapasan yang sudah ada sebelumnya, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala penyakit parah yang dapat menyebabkan gagal napas.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan gas air mata bisa berdampak fatal bahkan kematian dalam kondisi tertentu dan terhadap komorbid paru.
Dr. dr. Agus Dwi Susanto mengatakan kondisi berbahaya dapat muncul saat zat kimia tersebut terhirup dengan konsentrasi tinggi dan dalam ruangan padat atau pada ruangan berventilasi buruk.
“Risiko kematian dilaporkan terjadi pada beberapa kasus akibat terjadinya gagal pernapasan dan respiratory distress,” kata Agus Dwi Susanto dilansir dari tempo.co Senin (17/10).
Ia menjelaskan risiko kematian lebih tinggi akibat zat kimia ini terjadi pada mereka yang mempunyai komorbid paru seperti asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Selain itu, laporan kasus kematian karena gas air mata karena terhirup konsentrasi tinggi dalam ruangan ventilasi buruk.
Tiga Faktor
Dampak fatal Chlorobenzalmalononitrile juga disampaikan Direktur Pascasarjana Universitas YARSI dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Tjandra Yoga Aditama. Ia mengatakan dampak gas air mata akan tergantung dari tiga hal.
Pertama, seberapa besar dosis gas air mata yang terkena pada seseorang. Semakin besar paparannya tentu akan semakin buruk akibatnya. Kedua, dampak juga akan tergantung dari kepekaan seseorang terhadap bahan di gas air mata itu, serta kemungkinan ada gangguan kesehatan tertentu pada mereka yang terpapar.
Ketiga, dampak akan tergantung dari apakah paparan ada di ruang tertutup atau ruang terbuka, demikian juga bagaimana aliran udara yang membawa gas beterbangan. Adapun dampak akan tergantung dari jenis dan beratnya komorbid, berapa banyak gas air mata yang terhirup, berapa lama terhirupnya dan lain-lain
Bahan Kimia Pada Gas Air Mata
Tjandra menjelaskan beberapa bahan kimia yang digunakan pada gas air mata, yakni chloroacetophenone (CN), chlorobenzylidenemalononitrile (CS), chloropicrin (PS), bromobenzylcyanide (CA) dan dibenzoxazepine (CR). Gas air mata secara umum dapat menimbulkan dampak pada kulit, mata dan paru, serta saluran napas.
Selain itu, gejala akut di paru dan saluran napas dapat berupa dada berat, batuk, tenggorokan seperti tercekik, batuk, bising mengi, dan sesak napas. Pada keadaan tertentu dapat terjadi gawat napas atau respiratory distress.
Masih tentang dampak di paru, mereka yang sudah punya penyakit asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) maka kalau terkena gas ini maka dapat terjadi serangan sesak napas akut yang bukan tidak mungkin berujung di gagal napas atau respiratory failure.
Selain di saluran nafas, gejala lain adalah rasa terbakar di mata, mulut dan hidung. Lalu dapat juga berupa pandangan kabur dan kesulitan menelan. Juga dapat terjadi semacam luka bakar kimiawi dan reaksi alergi.
Meskipun dampak utama zat kimia ini adalah dampak akut yang segera timbul, ternyata pada keadaan tertentu dapat terjadi dampak kronik berkepanjangan. Hal ini terutama kalau paparan berkepanjangan, dalam dosis tinggi dan apalagi kalau di ruangan tertutup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News