WomanIndonesia.co.id – Suasana akrab dan rasa persaudaraan atmosfer yang dirasakan ketika penulis memasuki Toko Al Barkat Oriental Rugs & Carpets Jalan RS Fatmawati Nomor 28 AA, Jakarta Selatan, Sabtu (15/8). Atta Ul Karim (29) pemilik toko karpet yang familiar di kalangan aktris dan pejabat ini menyambut kami.
Diawali dengan suguhan chai (teh khas Pakistan) pengusaha muda ini mulai berbincang santai dengan awak media. Sesekali ia bercanda untuk mencairkan suasana agar tidak kaku.
Atta menceritakan awal mula terjun bisnis karpet di Indonesia. Ia mulai belajar bisnis karpet ketika usia 15 tahun. Atta hijrah dari Pakistan (negara ia berasal) ke Indonesia untuk meneruskan bisnis karpet ayahnya. Usaha karpet ayahnya dimulai sejak tahun 1993 hingga saat ini memiliki 27 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia yakni Bogor, Serpong, Bandung, Medan, Pekanbaru, Balikpapan, Semarang, Purwokerto, Makassar, Surabaya, dan kota besar lainnya.
“Pertama kali saya ke Indonesia tahun 2009, saya mau melanjutkan usaha orang tua saya. Awalnya kita cuma punya satu toko ini, sekarang Alhamdulillah sudah ada di kota lain, ada 27 cabang,” kata Atta.
Semakin ia mendalami bisnis karpet ia pun semakin termotivasi untuk lebih dikenal luas tidak hanya sebagai pengusaha karpet tetapi memiliki banyak teman. “Saya ingin punya nama baik dan kenangan di Indonesia. Saya mau punya banyak teman dan saudara di Indonesia, mau itu aktris, politikus, pejabat, TNI, polisi, orang kayak gimana pun mau saya jadikan teman,” kata Atta.
Bersyukur adalah salah satu kunci sukses yang diwariskan sang Ayah kepada Atta dan saudara-saudaranya. Ya, Toko Al Barkat Karpet ini merupakan usaha keluarga yang dijalankan dengan hati dan penuh rasa syukur. Karena, kata Atta dengan bersyukur ia tidak merasakan kesulitan dan tantangan dalam menjalankan usahanya meski ratusan bahkan ribuan kompetitor.
“Kalau kompetitor saya ada 100 gak masalah. Karena saya pakai harga jujur dan harga terbaik. Kalau saya jual mahal orang gak bakal balik belanja lagi. Lebih baik kita jujur, orang balik lagi belanja dan akan dipromosikan dari mulut ke mulut. Alhamdulillah kita juga ada website resmi dan instagram. Bisa dilihat yang beli dari artis, pejabat, pengusaha karena itulah kunci sukses kita harus jujur,” jelas Atta.
Berbeda dengan pengusaha lainnya, Atta lebih mengutamakan kedekatan emosional dengan pelanggan. Sehingga ketika hubungan persaudaraan dan persahabatan terbangun pelanggan merasa senang. Ini terlihat dari postingan review di sosial media sejumlah aktris yang menjadi pelanggan Toko Al Barkat Karpet seperti Ashanty, Tyas Mirasih, Titi Kamal, Novita Sari, Naga Lyla, Nikita Willy, Jessica Mila. Selain aktris, beberapa pejabat negara seperti Airlangga Hartarto dan Guruh Soekarno Putra juga menjadi pelanggan Toko Al Barkat Karpet.
Atta punya cara tersendiri untuk lebih akrab dengan pelanggan. Usai pelanggan membeli di toko miliknya, ia kerap mengundang mereka untuk makan makanan khas Pakistan. “Misalnya hari ini dia belanja karpet, berapa hari kemudian saya hubungi buat datang makan makanan Pakistan. Saya undang makan karena suka silaturahmi, terus mereka suka posting di media sosial jadi orang tau juga,” bebernya.
Selama pandemi virus corona atau Covid-19 kata Atta impor karpet terhambat. Kendati demikian, Toko Al Barkat Karpet tetap berjualan dengan stok yang ada. Meskipun tidak seramai sebelum Covid-19 dalam seminggu ada saja pelanggan yang datang.
“Kalau karpet itu gak bisa dibilang satu hari laku berapa karpet, bisa aja seminggu laku dua karpet tapi nominalnya puluhan juta, tergantung karpetnya memang. Ini kan barang seni, jadi gak ada omzet tetap, pernah sebulan Rp40 juta, Rp100 juta atau Rp200 juta. Jadi gak tentu,” ujarnya.
Tak dipungkiri semenjak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Toko Al Barkat harus merumahkan sebagian karyawannya namun tetap memberi mereka gaji.
“Pokoknya tetap bertahan dan maju karena saya selalu bersyukur keadaan apapun. Kalau bersyukur dari hati pasti rezeki ada terus.
Semua ada hikmahnya. Saya juga tidak memberhentikan karyawan. Saya rumahkan, tapi tetap saya beri gaji, karena kita tidak boleh memutuskan rezeki orang, karena ada anak, istri dan keluarganya yang mendoakan, sehingga kita pun ikut didoakan,” tutur Atta.
Saat ini Atta fokus untuk karpet masjid karena, setiap tahun masjid suka mengganti suasana sesuai momen. Untuk masjid kata ia cocoknya dengan karpet motif polos agar jamaah fokus solatnya.
Atta menguraikan berbagai alasan mengapa masyarakat memantapkan hatinya membeli karpet.
- Timeless
Atta Ul Karim mengungkapkan alasan orang lebih memilih membeli karpet daripada kursi ialah karena karpet dengan kualitas terbaik bisa bertahan hingga puluhan tahun. Selain digunakan sebagai alas duduk untuk berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara karpet juga digunakanan sebagai alas untuk shalat dan ada juga yang menjadikannya pajangan. Karpet berkualitas bagus akan tahan lama. Contohnya karpet rajutan tangan semakin diinjak dia semakin bagus dan tahan lama.
“Di Indonesia orang mikirnya kalau beli sofa cuma beberapa orang bisa duduk, kalau pake karpet bisa banyak yang duduk. Secara Islam juga kan mengajarkan makan di lantai dan pakai tangan, jadi duduk di karpet,” tuturnya.
- Nilai Seni
Jika Anda memperhatikan antara karpet yang satu dengan lainnya maka anda akan melihat banyak perbedaan. Perbedaan terlihat dari ukuran, bahan, warna, dan motif. Atta Ul Karim menuturkan, di Toko Al Barkat ia menjual karpet dari tujuh negara diantaranya Pakistan, Turki, Iran, Afghanistan, Kazakhstan dll.
Dikatakan Atta setiap negara mempunyai ciri khas masing-masing misalnya karpet Iran. Karpet Iran ada yang dibuat dengan rajuran tangan atau handmade, menggunakan bahan wool (bulu domba) dan sutra. Karpet buatan tangan ini kata Atta harganya mahal karena selain proses pengerjaan yang lama memakan waktu 6 bulan hingga 4 tahun, bahan yang digunakan juga merupakan bahan terbaik.
Karpet rajutan tangan kata Atta biasanya dijadikan pajangan oleh kolektor atau pecinta seni. Bahkan karpet buatan tangan dipamerkan di pameran-pameran internasional di berbagai negara.
Harga karpet rajutan tangan mulai ratusan juta sampai miliaran rupiah. Mengapa mahal? Karpet buatan tangan ini lebih esklusif karena produksinya dilakukan secara manual dirajut dan tidak berseri (terbatas). Itu yang menjadikannya mahal, selain itu juga materialnyan yang didapatkan melalui bulu domba, sutra dan lain-lain.
Harga paling mahal biasanya ditentukan dari ukurannya yang besar, dengan motif yang indah, 100 persen berbahan sutra, dan menggunakan pewarna alam.
“Kenapa mahal? karena pakai tangan dan benangnya tipis. Dalam 1 inch ada 180 ikat disulam, belum lagi bahannya. Kalau karpet rajutan tangan paling bagus berbahan sutra. Karpet itu kan seperti barang seni ya. Jadi gak ada batasan harga, karena sama seperti lukisan. Ada aja lukisan yang Rp1 juta ada aja yang Rp1 miliar,” kata Atta sembari menyebutkan karpet terbaik adalah karpet Qom salah satu kota penghasil karpet rajutan tangan di Iran.
Meski rajutan tangan disebut-sebut sebagai produk terbaik dan memiliki nilai seni yang tinggi, karpet yang diproduksi dengan mesin juga bisa bersaing. Diakui Atta karpet yang diproduksi dengan teknologi modern bagusnya berbahan acrylic.
- Dimiliki Semua Kalangan
Karpet merupakan salah satu item dekorasi rumah untuk semua kalangan. Bukan hanya pecinta seni atau kalangan pejabat, aktris atau orang kaya yang bisa memiliki karpet, bahkan kalangan menengah ke bawah juga bisa menggunakannya. Seperti dikatakan Atta bahwa karpet bermacama-macam ragam dan motif serta kualitas.
Di Toko Al Barkat Karpet menyediakan karpet untuk semua kalangan. Namun yang menjadi favorite keluarga Indonesia ialah karpet Turki karena terkesan klasik atau minimalis. Karpet buatan mesin berasal dari Turki ini berbahan tebal dan harganya terjangkau di bawah harga produk Persia. Sehingga karpet Turki menjadi pilihan alternatif pembeli yang menginginkan karpet bagus dan murah. “Karakter pasar Indonesia mereka menginginkan produk bagus tapi harga murah,” imbuhnya.
Karpet Persia menjadi pioneer untuk buatan mesin karena motifnya yang rumit tetapi esklusif dan bisa menjadi pengganti karpet handmade karena motifnya menyerupai buatan tangan. “Para aktris sukanya yang orang lain gak punya (limited edition), jadi dia aja yang punya motif itu. Lebih ke unsur seninya,” imbuh Atta.
Kalau karpet Iran, kata Atta lebih menyasar kelas atas. Karena kualitasnya yang bagus dan terbatas. “Memang bagus banget makanya harganya juga bagus (mahal). Tapi ada aja orang yang suka karpet handmade, dia gak suka karpet buatan mesin. Karena suka karpet seni, jadi one and only. Motifnya cuma satu, karena bikinnya pakai tangan. Ada yang 6 bulan baru jadi karpetnya (handmade), itu yang murah. Kalau yang bagus banget bisa 4 tahun baru jadi (handmade),” jelas pria yang hobi fotografi ini.
- Perawatannya Gampang
Merawat karpet tidak sesulit merawat sofa. Lebih lanjut Atta mebagikan tips merawat karpet kesayangan Anda di rumah. Pertama, tiga minggu sekali karpet dijemur selama 5 menit untuk membunuh kuman dan menjaga kualitas karpet. Kedua, ketika ketumpahan air atau cairan cukup ditap pakai tisu atau lap (jangan diusap) untuk menyerap air pada karpet. Setiap 8 bulan sekali karpet bisa dicuci, tergantung jenis atau bahan karpet.
“Ada yang 4 tahun gak dicuci malah makin bagus, cukup bersihin pake vacum cleaner.
Kalau bahan wool makin diinjak makin bagus juga malah. Kita juga ada servicenya untuk mencuci karpetnya. Jadi pelanggan kita mau cuci karpetnya bawa ke sini aja (Toko Al Barkat Karpet),” tutur Atta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News