WomanIndonesia.co.id – Indonesia masih dihadapkan pada persoalan stunting dan masalah gizi. Salah satu penyebab stunting dan masalah gizi adalah rendahnya asupan makanan kaya nutrisi.
Bukan hanya makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) setiap individu juga harus memenuhi kebutuhan mikronutrien (vitamin dan mineral).
Meskipun jumlah makronutrien yang dibutuhkan tubuh tidak sebanyak makronutrien namun mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan hormon, aktivitas enzim serta mengatur fungsi sistem imun dan sistem reproduksi.
Ir. Doddy Izwardy MA Direktur Gizi Masyarakat, Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral bisa diperoleh dari mengonsumsi sayur dan buah.
“Konsep ‘Piring Makanku’ yang memenuhi kaidah gizi seimbang yaitu 1/2 piring makan berupa sayur dan buah beraneka jenis dan warna dimana 2/3 piring makan kita adalah sayur,” jelas dr. Doddy di sela-sela peluncuran program Panah Merah Innovation Award (PMIA) 2019 oleh PT East West Seed Indonesia (EWINDO) di Balai Sidang Universitas Indonesia di Depok, Kamis (4/7).
Kebiasaan ini tentukan dari pola asuh dan pola ASI di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Anak tidak suka mengonsumsi sayur dan buah ada kaitannya dengan pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif (0 – 6 bulan).
Lebih lanjut Doddy menerangkan bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berpotensi mengalami stunting dan masalah gizi.
“Berdasarkan data pada tahun 2007 – 2018 ASI eksklusif hanya 37 persen, angkanya tidak bergeser,” ujarnya.
Padahal, kata Doddy ada tiga dampak buruk yang akan dialami anak jika tidak diberikan ASI eksklusif yakni anak akan mengalami gagal tumbuh, gangguan kognitif, dan gangguan metabolisme.
“Ketiga dampak ini akan muncul bersamaan dan stunting baru terlihat ketika anak berumur 2 tahun,” bebernya.
Tidak hanya sampai disitu, bencana nutrisi anak akan terjadi ketika di awal kehidupan anak (0 – 6 bulan) dikenalkan dengan makanan selain ASI.
“Ketika anak baru lahir dikasi susu formula ini awal petaka kehidupan anak. Saat diberi susu formula ia akan mengenal tiga rasa yakni manis, asin dan lemak ketiga rasa ini akan mempengaruhi anak kelak sehingga ia tidak suka makan sayur dan buah,” jelas Doddy.
Maka dari itu, kata Doddy perlu dilakukan revolusi di awal kehidupan (1000 HPK) dan second kehidupan (remaja).
“Yang kami lakukan saat ini adalah double track 1000 HPK. Kita melakukan edukasi dan advokasi kepada masyarakat. Ada 750 orang menikah setiap hari yang usianya sekitar 18 tahun. Ini kita edukasi soal stunting, karena stunting 30 persen karena genetik,” jelas Doddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News