Womanindonesia.co.id – Ade Irma Suryani Nasution merupakan putri bungsu yang lahir dalam keluarga Jenderal Besar Dr. Abdul Harris Nasution pada tanggal 19 Februari 1960, di Jakarta. Ade terbunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September yang berusaha untuk menculik Jenderal Besar Dr. Abdul Harris Nasution. Ade yang berumur 5 tahun tertembak ketika berusaha menjadi tameng ayahandanya pada 6 Oktober 1965 di Jakarta.
Ade Irma Suryani Nasution merupakan putri Jenderal Abdul Haris (AH) Nasution yang menjadi target dalam peristiwa kelam tersebut di kediamannya di Jalan Teuku Umar Nomor 40, Menteng Jakarta.
Jenderal AH Nasution dapat menyelamatkan diri dalam peristiwa tersebut. Namun, putrinya Ade Irma Suryani Nasution tertembak peluru pasukan Cakrabirawa dibagian punggung.
Ade Irma Suryani gugur sebagai perisai ayahnya dan pahlawan kecil untuk menjadi saksi penghianatan G-30-S/PKI.
Dalam tragedi tersebut ajudan Janderal AH Nasution, Kapten Anumerta Pierre Andreas Tandean juga menjadi korban dan tewas.
Saat peristiwa terjadi, Ade Irma Suryani sedang tidur bersama AH Nasution dan ibunya Johana Sunarti Nasution.
Pada pukul 03.30 WIB, AH Nasution dan istrinya terbangun gara-gara nyamuk. Namun, tiba-tiba terdengar kendaraan datang dan bunyi tembakan serta pintu rumah dibuka paksa.
Johana berbisik kepada AH Nasution, “…ada Tjakrabirawa, kamu jangan keluar.”
Ade Irma Suryani kemudian terbangun dan memeluk kaki ibunya. Karena tidak percaya apa yang terjadi, AH Nasution membuka pintu untuk memastikan meski sempat ditahan istrinya.
Saat berada di depan pintu, pada jarak setengah meter tampak seorang prajurit dan langsung melepaskan tembakan.
Adik Nasution, Mardiah merusaha menyelamatkan Ade Irma Suryana dengan menggendong ke kamar lain saat mendengar ada kegaduhan. Karena panik, Mardiah salah membuka pintu dan kemudian diberondong tembakan pasukan Cakrabirawa.
Naas, peluru yang ditembak mengenai punggung Ade Irma Suryani. Pintu pun langsung ditutup Johana Sunarti Nasution dan menggendong tubuh Ade Irma Suryani yang bersimpah darah.
Sementara Jenderal AH Nasution berhasil menyelamatkan diri dengan memanjat tembok belakang.
Kemudian, terjadi dialog lain antara Ade Irma dan Johanna yang cukup menyayat hati. “Ade masih hidup?,” tanya Johanna pilu sambil terus menggendong putri bungsunya tersebut.
“Hidup, Mama,” sahut Ade Irma.
“Ade hidup terus?,” tanya Johanna sekali lagi.
“Hidup terus, Mama,” sahut Ade Irma lagi.
Johanna yang khawatir dan sedih mulai kembali bertanya dengan getir, “Ade masih kuat?,”.
“Masih Ma,” jawab Ade Irma lirih.
Setelah hari menjelang pagi Ade Irma dibawa ke RSPAD untuk mendapatkan pertolongan.
Ade Irma sempat menjalani operasi beberapa kali.
Saat dalam perawatan Ade Suryani meminta kakaknya jangan menangis. “Adik saya bilang, kakak jangan nangis, adik sehat,” ujar kakak Ade Irma, Hendrianti Sahara Nasution.
Namun, nyawa Ade Irma pada akhirnya tidak tertolong. Gadis kecil tak berdosa ini meninggal pada 6 Oktober 1965 atau 6 hari setelah tertembak pada peristiwa G30S PKI.
Ade Irma dimakamkan di area kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Jalan Raya Prapanca Raya Nomor 9, RT 01 RW 01, Petogogan, Kebayoran Baru. Demi menghormati pengorbanannya, pemerintah membangun monumen di tempat peristirahatan terakhirnya.
Di depan nisannya, tertulis kata-kata dari sang ayah, Jenderal AH Nasution. “Anak saya yang tercinta, engkau telah mendahului gugur sebagai perisai ayahmu”.
Profil singkat
Ade Irma Suryani Nasution kelahiran 19 Februari 1960 dan wafat pada 6 Oktober 1965). Ia adalah putri bungsu Jenderal Besar Dr. Abdul Harris Nasution. Ade terbunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September yang berusaha untuk menculik Jenderal Besar Dr. Abdul Harris Nasution. Ade yang berumur 5 tahun tertembak ketika berusaha menjadi tameng ayahandanya. Dalam peristiwa tersebut tewas juga ajudan Jenderal Besar Dr. Abdul Harris Nasution yaitu Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean.
Sebelum meninggal, Ade Irma Suryani sempat dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat di Jakarta. Namun, nyawanya tidak tertolong. Ia meninggal pada tanggal 6 Oktober 1965 atau 6 hari setelah penembakan. Pemerintah membangun monumen di tempat peristirahatan terakhirnya, di kawasan Kebayoran Baru, persis di samping Kantor Wali Kota Jakarta Selatan. Di depan nisannya, tertulis kata-kata dari sang ayah, Jenderal A.H. Nasution. “Anak saya yang tercinta, engkau telah mendahului gugur sebagai perisai ayahmu.”
Saat ini, namanya diabadikan sebagai nama jalan, sekolah taman kanak-kanak, hingga panti asuhan, di beberapa daerah di Indonesia. Salah satunya adalah taman permainan dan rekreasi di Kota Cirebon yang diberi nama Taman Ade Irma Suryani Nasution.
sumber: wikipedia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News