Womanindonesia.co.id – Bocah korban penculikan di Jakarta Pusat berinisial MA (6) berhasil ditemukan aparat Kepolisian Resort (Polres) Metro Jakarta Pusat hari ini Selasa (3/1).
Bocah malang tersebut diculik oleh pemulung bernama Iwan Sumarno (42), di Gunung Sahari, Jakarta Pusat (Jakpus). Pihak kepolisian pun selanjutnya akan memberikan pendampingan psikiater kepada korban.
“Setelah ini tentunya kita serahkan kepada tim ya, termasuk juga untuk dari psikiater bantu kita hadirkan untuk memulihkan,” kata Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Komarudin, kepada wartawan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur dikutip dari detik.com.
Ia mengatakan saat ini korban masih berada di RS Polri. Korban juga sudah bertemu dengan kedua orangtuanya.
“Saat ini korban kami bawa ke RS Kramat Jati untuk kita lakukan pemeriksaan, mengingat sudah cukup lama berhari-hari bersama terduga pelaku ya,” ucapnya.
Bagaimana Pendampingan Anak Korban Penculikan?
Anak yang menjadi korban penculikan akan mengalami trauma. Pasca disandera, korban dihadapkan pada transisi dari kondisi isolasi dan ketidakberdayaan ke kelebihan sensorik dan kebebasan. Transisi ini sering mengakibatkan kesulitan penyesuaian yang signifikan.
Korban sandera dan penculikan dapat mengalami reaksi stres. Reaksi khas terjadi pada:
Berpikir: Pikiran yang mengganggu, penyangkalan, gangguan ingatan, penurunan konsentrasi, terlalu berhati-hati dan sadar, kebingungan, atau ketakutan akan kejadian yang terjadi lagi
Emosi: Terkejut, mati rasa, cemas, bersalah, depresi, marah, dan rasa tidak berdaya
Interaksi: Penarikan diri dan menghindari keluarga, teman, aktivitas, dan berada di ujung tanduk
Reaksi seperti itu terhadap peristiwa yang sangat menegangkan dapat dimengerti dan normal. Ini adalah tanggapan khas dan umumnya menurun setelah jangka waktu tertentu. Biasanya reaksi orang berbeda-beda dari satu orang ke orang lain.
Menurut penelitian, orang yang selamat dari sandera sering mengembangkan ikatan tidak sadar dengan penculiknya dan mengalami kesedihan jika penculiknya disakiti. Mereka mungkin juga merasa bersalah karena mengembangkan ikatan. Ini biasanya disebut sebagai sindrom Stockholm.
Para penyintas yang disandera mungkin juga memiliki perasaan bersalah karena bertahan hidup sementara yang lainnya tidak. Penting bagi para penyintas untuk menyadari bahwa ini adalah reaksi manusia yang biasa ketika ditahan.
Ketika sandera dibebaskan, penting bagi mereka untuk:
- Menerima perhatian medis
- Berada di lingkungan yang aman dan terlindungi
- Terhubung dengan orang yang dicintai
- Memiliki kesempatan untuk berbicara atau mencatat pengalaman mereka jika dan ketika mereka mau
- Menerima sumber daya dan informasi tentang cara mencari konseling, terutama jika kesusahan mereka akibat insiden tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari mereka
- Lindungi privasi mereka (misalnya, hindari paparan media yang berlebihan termasuk menonton dan mendengarkan berita dan berpartisipasi dalam wawancara media)
- Luangkan waktu untuk menyesuaikan kembali ke dalam keluarga dan pekerjaan
Keluarga dan teman-teman dapat mendukung penyintas dengan mendengarkan, bersabar, dan berfokus pada kebebasan mereka alih-alih terlibat dalam pembicaraan negatif tentang para penculik.
Penting untuk disadari bahwa keluarga dan teman-teman sandera dihadapkan pada banyak masalah dalam mengatasi ketakutan dan ketidakpastian juga dan mungkin juga membutuhkan dukungan dalam menghadapi reaksi emosional mereka sendiri.
Pemulihan dan Masa Depan Anak Korban Penculikan
Sandera yang dibebaskan membutuhkan waktu untuk pulih dari kesulitan fisik, mental, dan emosional yang mereka hadapi. Namun, penting untuk diingat bahwa manusia sangat ulet dan dapat bertahan meskipun ada tragedi. Penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan ketahanan yang positif dapat terjadi setelah trauma.
Para penyintas yang disandera mungkin merasa tersesat atau mengalami kesulitan mengelola reaksi yang intens dan mungkin memerlukan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan lama mereka setelah dibebaskan.
Jika ada indikasi stres kronis, perasaan mati rasa yang berlanjut, gangguan tidur, serta tanda-tanda lain, penyintas mungkin ingin mempertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental berlisensi, seperti psikolog, yang dapat membantu mengembangkan strategi yang tepat. untuk bergerak maju.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News